129 terkait kompetensi, 1 jam terkait hal teknis dan 1 jam terkait pembentukan sikap
siswa. Disisi lain, SMK Negeri 6 Yogyakarta dan SMK Negeri 7 Yogyakarta
memberikan alokasi waktu pembekalan lebih lama dibandingkan dengan pembekalan di SMK Negeri 4 Yogyakarta. Alokasi waktu untuk penyelenggaraan
kegiatan pembekalan praktik industri kompetensi keahlian usaha perjalanan wisata di SMK Negeri 6 Yogyakarta yaitu 39 jam, terdiri dari 2 jam pembekalan
untuk orangtua wali siswa, 30 jam pembekalan terkait peningkatan kompetensi siswa, 2 jam terkait hal teknis, dan 5 jam terkait pembentukan sikap siswa.
Kemudian, alokasi waktu penyelenggaraan pembekalan praktik industri kompetensi keahlian usaha perjalanan wisata SMK Negeri 7 Yogyakarta yaitu 11
jam, terdiri dari 8 jam pembekalan terkait peningkatan kompetensi siswa, 1,5 jam pembekalan terkait hal teknis dan 1,5 jam terkait pembentukan sikap siswa.
Berdasarkan temuan diatas dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 6 Yogyakarta memberikan perhatian lebih terhadap kesiapan siswa sebelum
melaksanakan praktik industri. Hal ini terlihat dari keseriusan sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan pembekalan. Selain hal tersebut dapat diketahui pula
bahwa aspek peningkatan kompetensi siswa menjadi prioritas dalam penyelenggaraan pembekalan praktik industri.
c. Metode Pembekalan
Fari Ulfah 2015: 57 mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu cara yang dipilih dan digunakan di dalam kegiatan pembelajaran sehingga
penyampaian materi pembelajaran kepada siswa dapat tercapai dengan maksimal.
130 Terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan dalam menyelenggarakan
kegiatan pembekalan. Henry Simamoran dalam Suwatno dan Donni Juni Priansa 2011: 119 menyebutkan bahwa metode pelatihan dapat dikelompokkan dalam
tiga cara, yaitu: 1 presentasi informasi: memberikan informasi-informasi yang dimiliki dari suatu pelatihan kepada trainee, 2 metode simulasi: teknik penerapan
yang dilakukan dalam pelatihan, dan 3 pelatihan pada pekerjaan: pelaksanaan langsung pelatihan pada pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Senada dengan hal
tersebut Kaswan 2012: 108 juga menyebutkan bahwa metode yang dapat diterapkan dalam pelatihan, yaitu 1 metode presenstasi, 2 metode hands-on, dan
3 metode membangun kelompok. Dari beberapa metode tersebut, tidak terdapat satu metode yang dianggap
paling baik. Metode yang paling baik tergantung pada efektivitas biaya, isi yang diharapkan, prinsip-prinsip belajar, fasilitas yang layak, kemampuan dan
preferensi peserta serta kemampuan dan preferensi pamateri. Berikut tabel temuan lintas situs terkait metode dalam pembekalan praktik industri kompetensi keahlian
usaha perjalanan wisata SMK Negeri di Kota Yogyakarta.
Tabel 17. Temuan Lintas Situs terkait Metode Pembekalan
No Aspek Metode
Temuan Lintas Situs SMK N
4 SMK N
6 SMK N
7 1
Ceramah 2
Diskusi 3
Simulasi 4
Karya Wisata
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa SMK Negeri 4 Yogyakarta, SMK Negeri 6 Yogyakarta dan SMK Negeri 7 Yogyakarta
131 menerapkan beberapa metode dalam menyelenggarakan kegiatan pembekalan
praktik industri kompetensi keahlian usaha perjalanan wisata. Metode yang diterapkan yaitu ceramah, diskusi dan simulasi. Menurut Suwatno dan Donni Juni
Priansa 2011: 112-113 ceramah merupakan metode yang diberikan kepada peserta dalam jumlah yang banyak dalam kelas. Pelatih mengajarkan teori-teori
yang diperlukan sedangkan yang dilatih mencatatnya dan mempresepsikannya. Metode ceramah merupakan suatu metode tradisional, karena hanya pelatih yang
berperan aktif sedangkan peserta bersikap pasif. Moh. Agus Tulus 1989: 107 diskusi merupakan metode yang
menekankan adanya partisipasi aktif dari peserta untuk mengemukakan pemikiran atau pendapat secara lisan. Pendapat-pendapat tersebut dikumpulkan kemudian
didiskusikan dan dievaluasi, sehingga diperoleh pendapat kelompok. Selanjutnya untuk meningkatkan pemahaman siswa, pemateri melakukan simulasi dalam
menyampaikan materi. Menurut Moh. Agus Tulus 1989: 109-110 terdapat beberapa jenis metode simulasi, diantaranya yaitu simulasi alat, simulasi situs dan
simulasi bermain peran. a simulasi alat yaitu metode pelatihan dengan menggunakan alat yang relatif hampir sama dengan peralatan yang sesungguhnya,
b simulasi situs yaitu metode penyampaikan materi pelatihan dengan menyajikan permasalahan dalam kehidupan nyata secara lisan maupun tertulis kemudian
dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, dan c simulasi bermain peran yaitu metode pelatihan dimana peserta memainkan suatu peran tertentu masing-masing
untuk melakukan suatu pekerjaan.
132 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa metode simulasi yang
diterapkan pada masing-masing sekolah berbeda. Pembekalan di SMK Negeri 4 Yogyakarta menerapkan metode simulasi bermain peran, hal ini terlihat ketika
pemateri memperagakan diri sebagai seorang pegawai biro perjalanan wisata, kemudian salah satu siswa diminta untuk memperagakan sebagai customer yang
akan memesan tiket penerbangan. Pembekalan di SMK Negeri 6 Yogyakarta dan SMK Negeri 7 Yogyakarta menerapkan metode simulasi alat dan bermain peran.
Simulasi alat terlihat pada saat pembekalan peningkatan kompetensi, dimana pemateri menyediakan laptop komputer yang dapat dioperasikan untuk
melakukan resevasi tiket penerbangan melalui sistem Computerized Reservation System
CRS. Kemudian, simulasi bermain peran dapat dilihat pada saat siswa diminta oleh pemateri untuk memperagakan cara memperkenalkan diri ketika
pertama kali berada di dunia usaha industri. Disisi lain, SMK Negeri 6 Yogyakarta juga menerapkan metode karya
wisata field trip dalam penyelenggaraan praktik industri kompetensi keahlian usaha perjalaan wisata. Karya wisata merupakan sebuah metode pelatihan dengan
melakukan kunjungan ke lapangan kerja untuk memperoleh penjelasan, pengalaman serta melakukan observasi langsung. Senada dengan hal tersebut,
Winarno 1980: 115-116 menyebutkan bahwa field trip merupakan metode belajar dan mengajar dimana siswa dengan bimbingan guru diajak untuk
mengunjungi tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Dengan metode ini peserta dapat melakukan analisis dan interpretasi terhadap apa yang dilihat dan
didengar.
133 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi keahlian usaha
perjalanan wisata SMK Negeri 6 Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan karya wisata di Solo, Jawa Tengah selama 2 hari 1 malam. Dalam kegiatan ini siswa
mengunjungi beberapa obyek wisata seperti Candi Cetho dan Sangiran. Selama kegiatan, siswa didampingi oleh pramuwisata. Tujuan sekolah menyelenggarakan
kegiatan ini yaitu untuk memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa terkait tugas kepramuwisataan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Soekidjo
Notoatmodjo 1998: 60 bahwa keuntungan melakukan karya wisata yaitu peserta memperoleh pengalaman langsung, peserta dapat melakukan interpretasi secara
bebas, dan dapat mengembangkan pengalaman yang diperoleh Peneliti berasumsi bahwa SMK Negeri 4 Yogyakarta dan SMK Negeri 7
Yogyakarta belum
menerapkan metode
karya wisata
dikarenakan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang dimiliki. Sabagaimana yang
diungkapkan oleh Soekidjo Notoatmodjo 1998: 60 bahwa metode karya wisata memerlukan perencanaan yang matang, waktu yang lama dan biaya yang cukup
besar.
d. Sarana dan Prasarana Pembekalan