2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengawasan, Pengamanan, SAR dan Penegakan Hukum di Laut
Pengawasan surveillance dalam hal ini diartikan sebagai proses untuk mengamati dengan lebih baik dan teliti tidak meleng atau lengah terhadap
perbuatan suatu kegiatan dan keadaan Nurhayati, 2005. Pengamanan adalah perbuatan atau tindakan atau cara mengamankan,
menyelamatkan, melindungi, menyimpan atau menyembunyikan supaya tidak diambil orang, menahan orang yang melanggar hukum demi keamanan umum
dan keamanan orang itu dari kemungkinan tindakan main hakim sendiri. Search and Rescue
SAR merupakan kegiatan penyelamatan dan pencarian korban bencana alam atau korban kecelakaan, baik kecelakaan darat,
udara atau kecelakan kapal laut yang dilakukan oleh sekelompok orang atau tim. Penegakan hukum di laut memiliki makna memberlakukan ketentuan-
ketentuan, peraturan-peraturan untuk dipatuhi dengan sanksi pelanggaran sesuai perundang-undangan yang sah dan berlaku di laut perairan Indonesia yurisdiksi
NKRI.
2.2 Kapal Aparat Negara di Laut
Lembaga yang mewadahi kapal-kapal aparat negara di laut perairan Pelabuhan Tanjung Emas terdiri dari :
1 TNI Angkatan Laut mengendalikan dan mengoperasikan alat utamanya di laut seperti kapal perang atau Kapal Republik Indonesia KRI dan Kapal
Angkatan Laut KAL. KRI dan KAL yang beroperasi di perairan Pelabuhan
Tanjung Emas adalah kapal-kapal dibawah kendali komando armada kawasan timur KOARMATIM dan pangkalan angkatan laut LANAL Semarang.
2 Kepolisian Republik Indonesia POLRI mengoperasikan kapal-kapal polisi KP berpatroli di laut. Kapal-kapal polisi yang beroperasi di perairan
Pelabuhan Tanjung Emas berada di bawah kendali Direktorat Kepolisian Air Ditpolair Jawa Tengah.
3 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan mengoperasikan kapal kesatuan penjagaan laut dan pantai KPLP. Kapal KPLP yang
dipergunakan untuk patroli di laut perairan Pelabuhan Tanjung Emas dibawah kendali KPLP Tanjung Emas Semarang merupakan kesatuan unit pelaksana
teknis dibidang keamanan pelabuhan, bandar, perairan laut, pantai dan bantuan SAR dalam lingkungan kantor administrator pelabuhan ADPEL
Departemen Perhubungaan Tanjung Emas. KPLP dalam tugasnya mempunyai fungsi menegakan ketentuan dan peraturan bidang perhubungan
laut di daerah pelabuhan dan perairan bandar, melaksanakan patroli perairan dan bantuan SAR .
4 Direktorat Jenderal Bea Cukai Departemen Keuangan mengoperasikan kapal- kapal Bea Cukai. Kapal-kapal Bea Cukai yang beroperasi di perairan
Pelabuhan Tanjung Emas di bawah kendali Kantor Pelayanan Bea Cukai Direktorat Bea dan Cukai Tanjung Emas Semarang yang bertugas patroli di
laut untuk memeriksa dan memungut pajak-pajak tidak langsung bagi wajib pajak seperti : bea masuk, bea keluar, cukai serta mencegah adanya
penyelundupan pajak-pajak seperti tersebut di atas.
5 Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Tengah mengoperasikan kapal pengawas ikan KPI. KPI adalah salah satu komponen dari monitoring,
control and surveillance MCS atau sistem pemantauan, pemeriksaan dan
pengamatan lapangan di lingkungan Direktorat Jendral Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan
Perikanan yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan tugas- tugas pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan seperti penghentian,
pemeriksaan dan penahanan di laut.
Kapal angkatan laut navy vessel dan kapal negara government vessel
adalah kapal milik negara dan dioperasikan oleh lembaga pemerintah dengan tugas yang berbeda sesuai dengan tujuan penggunaannya. Menurut Santosa
2004, kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk perang, termasuk kapal- kapal yang digunakan untuk mengangkut tentara atau perlengkapan perang.
Menurut UNCLOS 1982 pasal 29 menyebutkan bahwa batasan kapal perang adalah suatu kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu negara yang
memakai tanda luar yang menunjukan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut, dibawah komando seorang perwira yang diangkat untuk itu oleh pemerintah
negaranya dan yang namanya terdapat didalam daftar dinas militer yang tepat atau daftar yang serupa, dan yang diawaki oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin
angkatan bersenjata regular. Kapal negara adalah kapal yang digunakan oleh negara untuk
melaksanakan tugas-tugas keperluan pemerintahan sesuai dengan fungsi dan tugas instansilembaga pemerintah yang mengoperasikan kapal negara tersebut.
Menurut Markas Besar Tentara Nasional Angkatan Laut 2002, TNI AL memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan keamanan laut sebagai
berikut : 1 Kapal Perang Republik Indonesia KRI merupakan komponen Sistem Senjata
Armada Terpadu SSAT dalam menjamin keamanan di laut, berperan untuk mengadakan pengawasan dan deteksi sasaran, pengenalan dan penilaian
sasaran, penindakan dan penyidikan terhadap kejadian pelanggaran di laut sesuai dengan prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku.
2 Kapal TNI Angkatan Laut KAL merupakan unsur pembantu perkuatan unsur-unsur KRI dalam melaksanakan tugas Kamla. Terbatasnya jumlah
kekuatan TNI AL khususnya KRI, maka dipandang perlu mengatur lebih
lanjut pembinaan dan pengoperasian KAL dalam tugas operasi Kamla.
3 Pangkalan TNI AL merupakan komponen SSAT yang berfungsi untuk memproyeksikan kekuatan TNI AL ke daerah operasi serta memberikan
dukungan administrasi dan logistik secara berlanjut agar terjamin kelangsungan operasional unsur-unsur TNI AL. Selain itu pangkalan TNI AL
berperan pula sebagai fasilitator proses yustisial pelanggaran hukum di laut.
4 Kapal-kapal dari instansi non TNI AL yang memiliki kapasitas dan wewenang di dalam penyelenggaraan operasi keamanan di laut sebagaimana diamanatkan
oleh undang-undang terdiri dari Polri, Direktorat Jenderal Bea Cukai,
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Sesuai dengan TZMKU 1939 Stb 1939 Nomor 442 yang diwewenangkan untuk melaksanakan hukum di laut adalah instansi perhubungan laut dan angkatan
laut. Sedangkan aparat kepabeanan diberi wewenang di bidangnya untuk menjamin pemasukkan bea-bea bagi negara.
Kewenangan ini didukung dengan peraturan-peraturan pelaksana dibidang acara pidana di laut melalui Stb 1939 Nomor 525 dan Stb 1939 No. 43 yang
dilaksanakan oleh aparat dan kapal institusi angkatan laut dan Ditjen Perhubungan Laut, sejalan dengan perkembangan negara-negara di dunia dan hukum
internasional khususnya UNCLOS yang telah diratifikasi oleh pemerintah RI sesuai Undang-undang No. 17 Tahun 1985 bahwa laut bagi suatu negara harus
dijaga dan diamankan baik untuk kepentingan kedaulatan sovereignty maupun untuk kesejahteraan prosperity melalui fungsi pertahanan defence function dan
fungsi polisionil constabulary function yang dilakukan hanya dengan kapal perang warship dan kapal pemerintahsipil government ship.
Hasil loka karya nasional hukum laut tentang penegakan kedaulatan dan hukum di laut yuridiksi negara kesatuan RI di tinjau dari aspek pengamanan batas
wilayah dan sumber daya nasional di Jakarta pada September 2003 menjelaskan bahwa : Direktorat Jenderal Perhubungan laut dalam hal penegakan kedaulatan,
keamanan dan kesejahteraan serta persatuan negara Republik Indonesia memiliki sarana alat dan peralatan kapal. Sesuai keputusan presiden Keppres Nomor 12
tahun 1982 menetapkan bahwa kapal tersebut adalah kapal negara yang digunakan dalam pelaksanaan tugas operasional di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut yang terdiri atas:
1 Kapal negara government vessel
1 Kapal negara yang digunakan di bidang kenavigasian sebanyak 72 kapal yang terdiri atas kapal induk perambuan, kapal bantu perambuan, kapal
inspeksi dan kapal survei. 2 Kapal negara yang digunakan dibidang penjagaan dan penyelamatan
KPLP sebanyak 146 kapal terbagi atas 5 kelas yang berfungsi untuk patroli, penanggulangan pencemaran dan pemberian bantuan SAR.
2 Senjata api Senjata api yang dimiliki Ditjen Perhubungan Laut saat ini digunakan di
pelabuhan dan di atas kapal negara terdiri atas : 1 Senjata api berat meriam sebanyak 24 pucuk
2 Senjata api panjang sebanyak 400 pucuk 3 SenjataaApi genggam sebanyak 535 pucuk
Kapal negara yang dioperasikan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan adalah kapal pengawas perikanan yang berfungsi melaksanakan pengawasan dan
penegakan hukum di bidang perikanan. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan pada pasal 69 menyebutkan bahwa kapal pengawas perikanan
dapat menghentikan, memeriksa, membawa, dan menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran di wilayah penggeloaan perikanan Republik
Indonesia ke pelabuhan terdekat untuk pemrosesan lebih lanjut. Kapal pengawas perikanan tersebut dapat dilengkapi dengan senjata api. Saat ini kapal pengawas
perikanan yang beroperasi jumlahnya 16 kapal terdiri dari berbagai tipe dan jenis.
2.3 Legalitas Tugas Aparat Negara di Laut