2.1.9 Model Pengajaran Langsung
Menurut Kardi Nur, sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007 pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau
praktek dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada peserta didik. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran harus seefesien mungkin sehingga guru dapat merancang waktu yang digunakan dengan tepat.
Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin adanya keterlibatan peserta didik. Jadi, lingkungannya harus diciptakan yang
berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik. Sintaks model pengajaran langsung disajikan dalam 5 tahap seperti ditunjukkan dalam tabel 2.1
berikut. Tabel 2.1 Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase Peran Guru
Fase 1 Menyampaikan
tujuan dan
mempersiapkan siswa Guru menjelaskan tujuan, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran memotivasi siswa, dan mempersiapkan
siswa untuk belajar dengan apersepsi.
Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan
dan keterampilan Guru
mendemonstrasikan keterampilan
dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3 Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi latihan terbimbing.
Fase 4 Mengecek
pemahaman dan
memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas
dengan baik
atau memberikan umpan balik.
Fase 5 Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan Guru
mempersiapkan kesempatan
melakukan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada simulasi
lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Sumber : Kardi Nur dalam Trianto, 2007
Pada fase persiapan, guru memotivasi peserta didik agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang
keterampilan tertentu. Menurut Kardi Nur, sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007, meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan
peserta didik, model ini terutama terpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan
peserta didik, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi tanya jawab yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter,
dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan
memberi harapan tinggi agar peserta didik mencapai hasil belajar dengan baik. 2.1.10
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Permendiknas No. 22 Depdiknas 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika menyatakan bahwa pelajaran matematika SMA bertujuan
agar para peserta didik SMA 1 memiliki pengetahuan matematika konsep, keterkaitan antarkonsep, dan algoritma; 2 menggunakan penalaran; 3
memecahkan masalah; 4 mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika. Demikian pula berdasarkan dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.
506CPP2004 Depdiknas tahun 2004, sebagaimana dikutip oleh Shadiq 2009: 14, penalaran dan komunikasi merupakan kompetensi yang ditunjukkan peserta
didik dalam melakukan penalaran dan mengomunikasikan gagasan matematika.
Beberapa indikator yang menunjukkan kompetensi penalaran dan komunikasi
antara lain sebagai berikut. 1
Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram,
2 mengajukan dugaan conjectures,
3 melakukan manipulasi matematika,
4 menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadap beberapa solusi, 5
menarik kesimpulan dari pernyataan, 6
memeriksa kesahihan suatu argument, dan 7
menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
2.1.11 Ketuntasan Belajar