mengerjakan soal, terutama tipe soal yang belum pernah diajarkan. Waktu yang terbatas untuk berlatih mengerjakan soal menjadi salah satu penyebabnya.
4.2.2 Hasil Belajar Afektif Siswa
Persentase keaktifan siswa dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir di kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan. Data
tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition AIR dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan
hasil belajar afektif siswa. Hal ini diperkuat dengan penelitian Sugino et al. 2011 yang menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Auditory
Intellectually Repetition AIR dapat digunakan sebagai salah satu strategi alternatif dalam kegiatan pembelajaran IPA Fisika di SMP atau sederajat untuk
meningkatkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial tersebut terdiri dari lima aspek yakni berada dalam tugas, mendorong pastisipasi, mengambil giliran
dan berbagi tugas, mendengarkan dengan aktif dan mengajukan pertanyaan. Pada pertemuan pertama dan kedua, sebagian besar siswa masih pasif
dalam pembelajaran, belum terjalin kerjasama yang baik antar siswa dalam kelompok, dan diskusi kelompok masih didominasi oleh siswa tertentu. Hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Melalui hasil yang diperoleh dari pertemuan pertama, dilakukan perbaikan di
beberapa poin guna diterapkan pada pertemuan berikutnya sehingga terjadi peningkatan hasil belajar afektif siswa.
Peningkatan pada aspek antusiasme siswa disebabkan penggunaan media puzzle dalam pembelajaran menarik perhatian dan minat belajar siswa sehingga
siswa tidak bosan selama proses pembelajaran. Hasil penelitian Lestari 2009 menunjukkan pembelajaran fisika kontekstual berbantuan jigsaw puzzle
competition dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih interaktif. Suasana belajar yang interaktif akan lebih
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya. Hal ini sesuai pernyataan Putra 2013: 29 bahwa jika suasana belajar berlangsung
dengan baik, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Pada aspek keseriusan siswa selama pembelajaran, terjadi peningkatan
terutama pada pertemuan ke empat. Hal ini dikarenakan model pembelajaran AIR menekankan pada penggunaan auditory dalam belajar sehingga siswa lebih serius
dalam memperhatikan materi yang disampaikan guru. Pada aspek keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat terjadi peningkatan yang siginifikan karena
selama pembelajaran siswa dilatih untuk berani menyampaikan pendapat melalui metode tanya jawab. Peningkatan aspek afektif ini menunjukkan bahwa
pemahaman siswa sudah semakin baik. Hal ini sesuai pendapat Sanjaya 2007: 277, bahwa pengembangan aspek afektif tidak bisa dipisahkan dari aspek
kognitif dan psikomotorik. Tingkat penalaran kognitif terhadap suatu objek dan kemampuan untuk bertindak terhadapnya psikomotorik turut menentukan sikap
seseorang terhadap objek yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition AIR dengan media puzzle
mampu meningkatkan antusiasme dan semangat siswa dalam belajar. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa.
Semakin tinggi semangat belajar, siswa akan semakin tertarik untuk mempelajari materi fisika sehingga pemahaman konsep siswa akan semakin meningkat. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwantoko 2011 yang menyimpulkan bahwa pembelajaran fisika dengan menggunakan media puzzle
dapat meningkatkan pemahaman konsep, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa.
76
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan