khusus  diselenggarakan  oleh  pendidik  atau  tenaga  kependidikan  yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolahmadrasah.
Ekstrakurikuler  yang  dapat  menunjang  pembentukan  sikap  nasionalisme siswa
adalah pramuka
dan PPBN.
Kegiatan ekstrakurikuler
dapat mengaplikasikan  teori  yang  didapatkan  dalam  pembelajaran  untuk  dipraktekkan
secara langsung. PPBN yang mengajarkan tentang cinta tanah juga menanamkan kedisiplinan, percaya diri, dan tanggung jawab.
2. Peranan Guru Sejarah dan Pendidikan Karakter dalam Pembentukan
Sikap Nasionalisme Siswa
a. Peranan Guru Sejarah
Berdasarkan  kajian  Pullias  dan  Young  1988,  Manan  1990  serta  Yelon and  Weinstein  1997,  yang  dikutip  oleh  Mulyasa  2005:37  sedikitnya  ada  19
peran  guru  yakni  guru  sebagai  pendidik,  guru  sebagai  pengajar,guru  sebagai pembimbing,  guru  sebagi  pelatih,  guru  sebagai  penasehat,  guru  sebagai
pembaharu,  guru  sebagai  model  dan  teladan,  guru  sebagai  pribadi,  guru  sebagai peneliti, guru sebagai pendorong kreativitas, guru sebagai pembangkit pandangan,
guru sebagai pekerja rutin, guru sebagai pemindah kemah, guru sebagai pembawa cerita, guru sebagai aktor, guru sebagai emansipator, guru sebagai evaluator, guru
sebagai pengawet, guru sebagai kulminator Dalam  kaitannya  peranan  guru  sejarah  dalam  pembentukan  sikap
nasionalisme siswa ini adalah guru sebagai teladan, guru sebagai inspirator, guru sebagai motivator, guru sebagai dinamisator  dan guru sebagai evaluator,.
Pelaksanaan  guru sebagai  teladan dilakukan secara teoritis  maupun praktek secara langsung. Pemberian keteladanan  yang di  contohkan dari perjuangan para
pahlawan  sanggup  memberikan  teladan  yang  bagus  kepada  siswa  dalam menentukan  sikap  agar  lebih  mencintai  tanah  air.  Perihal  praktek  keteladanan
yang  diharuskan  dilakukan  guru  sejarah  adalah  mengenai  kedisiplinan  dalam pembelajaran  baik  disiplin  waktu  maupun  disiplin  dalam  menyampaikan  materi
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru  sebagai  inspirator  mengarahkan  siswa  untuk  mengoptimalkan  segala
potensi  yang  dimiliki.  Guru  melakukan  usaha  dalam  mengubah  mind  set  siswa agar  lebih  mencintai  sejarah  dengan  tidak  hanya  menjelaskan  tentang  teori  saja
namun  dapat  dikembangkan  menjadi  penelitian  secara  ilmiah  pada  benda-benda sejarah.  Hal  tersebut  dapat  dikembangkan  guru  sebagai  teknik  dalam
pembelajaran di dalam kelas agar bisa menumbuhkan sikap ingin tahu siswa akan sejarah yang pernah ada di daerah sekitar tempat tinggal mereka.
Guru  sebagai  motivator  banyak  memberikan  pengaruh  kepada  siswa. Motivasi  yang  diberikan  Achmad  Sofwan  dan  Sapto  Ari  Rahayu  mengarahkan
siswa  untuk  berani  mengeluarkan  pendapat,  bertanggung  jawab,  dan  juga  lebih rajin membaca yang merupakan cerminan sikap nasionalisme.
Guru sebagai dinamisator menuntut adanya tindakan dari guru menggerakan warga sekolah dalam mengembangkan sikap nasionalisme. Upaya yang dilakukan
oleh  Achmad  Sofwan  dalam  pendirian  kegiatan  menjadi  penggagas  sekaligus pembina  ekstrakurikuler  PPBN  yang  mengajarkan  siswa  tentang  kecintaan  pada
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara, kerelaan berkorban untuk Negara.
Peranan  guru  sebagai  evaluator  memberikan  pengarahan  kepada  siswa tentang  sikap  yang  seharusnya  dilakukan  oleh  siswa  terutama  saat  pelaksanaan
upacara bendera  yang merupakan salah satu sikap nasionalisme. Hal  yang sering dilakukan  Sapto  Ari  setelah  upacara  adalah  melakukan  refleksi  kepada  siswa
untuk  melakukan  perenungan  terhadap  sikap  yang  dilakukan  siswa  yang  kurang mentaati peraturan.
b. Peranan Pendidikan Karakter
Pendidikan  karakter  merupakan  pendidikan  nilai,  pendidikan  budi  pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
seluruh  warga  sekolah  untuk  memberikan  keputusan  baik-buruk,  keteladanan, memelihara  apa  yang  baik  dan  mewujudkan  kebaikan  dalam  kehidupan  sehari-
hari dengan sepenuh hati Fasli Jalal, dkk, 2011: 5-6. Nilai-nilai  pendidikan  karakter  yang  dapat  menunjang  pembentukan  sikap
nasionalisme  siswa  diantaranya:  nilai  nasionalisme,  nilai  tanggung  jawab,  nilai disiplin,nilai  toleransi,  nilai  kerja  keras,  nilai  peduli  sosial.  Dalam  pelaksanaan
internalisasi  nilai-nilai  karakter  ini  sudah  berjalan  dengan  baik.  Seperti  yang terlihat  pada  pemaknaan  nilai  nasionalisme,  toleransi  dan  peduli  sosial  yang
dilakukan  oleh  siswa  maupun  guru  .  Nilai  nasionalisme  yang  disampaikan  guru baru  sebatas  pemahaman  saja  dan  akan  lebih  bermakna  ketika  siswa  telah
mengikuti  kegiatan  ekstrakurikuler  karena  dapat  penerapan  sikap  nasionalisme secara  langsung    praktek.  Penerapan  nilai  toleransi  beragama  oleh  Sapto  Ari
Rahayu  yang  memberikan  kelonggaran  waktu  untuk  menjalankan  ibadah  sholat Dhuhur.  Nilai  peduli  sosial  yang  ditunjukkan  siswa  kelas  XI  IPA  6  ketika  ada
teman  yang  sakit  segera  menggalang  bantuan  dana  dan  selanjutnya  menjenguk kerumah  teman  tersebut.  Pengamalan  nilai  tanggung  jawab  dan  kerja  keras  juga
berjalan  dengan  baik  saat  metode  yang  digunakan  guru  dalam  mengajarkan tanggung jawab akan tugas yang diberikan kepada siswa. Namun penerapan nilai
disiplin  belum  sepenuhnya  dapat  dilaksanakan  oleh  seluruh  siswa  karena  masih banyak yang terlambat datang ke sekolah.
3. Hambatan-hambatan yang Muncul dalam Proses Pembentukan Sikap