Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG AKAN MENJALANI TINDAKAN KATETERISASI JANTUNG

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

Skripsi Oleh

Gohana Simanjuntak 121121012

FAKULTAS KEPERAWATAN UNUVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Gohana Simanjuntak NIM : 121121012

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijungjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang menyatakan,

Gohana Simanjuntak NIM 121121012


(4)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat, bimbingan, dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Skripsi ini tidak akan terlaksana penulisannya tanpa ada dukungan, doa, kasih sayang, semangat dan motivasi setiap saat oleh kedua orang tua tercinta A.B Simanjuntak dan J. Sinaga yang telah merawat, mendidik, menyayangi, memperhatikan dan memberikan dukungan penuh baik secara material dan non material. Penulis juga telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, SKp., MNS., selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, SKp,. MNS., selaku pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp,. MNS., selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Ikram, S.Kep, Ns, M.Kep., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. 6. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp,. MNS., selaku penguji I

7. Bapak Setiawan, SKp., MNS., Ph.D., selaku penguji II

8. Buat teman-teman satu angkatan 2012 yang memberikan masukan, dan semangat selama proses pengerjaan Skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsil ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Medan, Januari 2014

Penulis,

GOHANA SIMANJUNTAK


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan ... 5

2.2.1 Defenisi ... 5

2.2.2 Tingkat kecemasan ... 5

2.2.3 Tingkat kecemasan menurut S-AI ... 7

2.2.4 Peyebab terjadinya tingkat kecemasan ... 7

2.2.6 Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan ... 9

2.2 Konsep Jantung Koroner ... 11

2.2.1 Defenisi ... 11

2.2.2 Etiologi ... 13

2.2.3 Patofisiologi ... 14

2.2.4 Faktor risiko penyakit jantung koroner ... 14

2.2.5 Manifestasiklinis ... 18

2.3 Kateterisasi Jantung ... 19

2.3.1 Defenisi ... 19

2.3.2 Prosedur tindakan kateterisasi jantung ... 20

2.3.3 Tanggung jawab perawat tindakan kateterisasi jantung 22 2.3.4 Langkah-langkah persiapan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung ... 22

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep ... 25

3.2 Defenisi Operasional ... 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 27


(7)

4.3 Sampel ... 27

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian ... 28

4.4 Pertimbangan Etik ... 28

4.5 Instrumen Penelitian ... 29

4.5.1 Kuesioner Tingkat Kecemasan ... 29

4.5.2 Kuesioner Data Demografi ... 29

4.6 Metode Pengumpulan Data ... 30

4.7 Metode Analisis Data ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 31

5.1.1 Karakteristik Demografi Responden ... 31

5.1.2 Gejala Kecemasan ... 33

5.1.3 Tingkat Kecemasan ... 34

5.2 Pembahasan ... 35

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Rekomendasi ... 41

6.2.1 Rekomendasi terhadap pendidikan ... 42

6.2.2 Rekomendasi bagi Rumah Sakit ... 42

6.2.3 Rekomendasi bagi Penelitian Keperawatan ... 42

Daftar Pustaka ... 43 Daftar Lampiran

Lampiran 1 : Informed consent Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Surat Persetujuan Penelitian dari Pendidikan

Lampiran 4 : Surat Balasan Penelitian dari RSUP Haji Adam Malik Medan Lampiran 5 : Surat Komisi Etik

Lampiran 6 : Hasil Penelitian Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup


(8)

Judul : Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Gohana Simanjuntak

NIM : 121121012

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti, tidak berdaya dan tidak memiliki objek yang spesifik. Penyebab kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung umumnya disebabkan karena kurangnya informasi tentang persiapan tindakan kateterisasi jantung, pemulihan, pengobatan dan biaya kateterisasi jantung yang mahal. Desain penelitian adalah deskriptif, jumlah sampel 38 orang dengan tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap kardiovaskuler RSUP Haji Adam Malik Medan. Instrumen mengenai kecemasan yang diadopsi dari State Anxiety Inventory (SAI)

form Y yang dikembangkan oleh Spielbeger. Hasil data ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Kecemasan pasien dalam menghadapi tindakan kateterisasi jantung dikelompokkan pada kategori, cemas ringan, cemas sedang dan cemas berat. Dari hasil data diketahui bahwa tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung adalah kecemasan sedang (55,3%), kecemasan ringan (31,6%) dan kecemasan berat (13,2%). Penelitian ini menunjukkan adanya cemas pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung. Untuk itu diperlukan peran tenaga kesehatan khususnya keperawatan untuk memeberikan informasi dan pendidikan kesehatan sehingga kecemasan pasien dapat diatasi selama menjalani tindakan kateterisasi jantung

.


(9)

Title : The Overview of Anxiety Levels in Patients Undergoing Cardiac Catheterization Actions in Central General Hospital of H. Adam Malik

Name of Student : Gohana Simanjuntak Student Number : 121121012

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Anxiety is a concern that is not clear and spread which is associated with feelings of uncertainty , helplessness and does not have a specific object . The cause of anxiety in patients undergoing cardiac catheterization action is generally caused by a lack of information about the preparation of cardiac catheterization action, recovery, treatment and expesive cardiac catheterization costs. The study design was descriptive, with 38 samples. The technique used for the research is purposive sampling. This research was conducted in cardiovascular inpatient room of Central General Hospital of H. Adam Malik. The anxiety instrument is adopted from State Anxiety Inventory (SAI) Y form developed by Spielbeger. The results of the data shown in the frequency distribution tables and percentages. The patient's anxiety to face cardiac catheterization actions grouped into categories, mild anxiety, moderate anxiety and severe anxiety. From the results of the data found that the anxiety levels of patients undergoing cardiac catheterization action is moderate anxiety (55.3 %), mild anxiety (31.6 %) and severe anxiety (13.2%). This study showed the presence of anxiety in patients undergoing cardiac catheterization action. It is necessary for health workers, especially nursing to provide health information and education so that patients can overcome their anxiety when undergoing cardiac catheterization actions.


(10)

Judul : Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Gohana Simanjuntak

NIM : 121121012

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti, tidak berdaya dan tidak memiliki objek yang spesifik. Penyebab kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung umumnya disebabkan karena kurangnya informasi tentang persiapan tindakan kateterisasi jantung, pemulihan, pengobatan dan biaya kateterisasi jantung yang mahal. Desain penelitian adalah deskriptif, jumlah sampel 38 orang dengan tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap kardiovaskuler RSUP Haji Adam Malik Medan. Instrumen mengenai kecemasan yang diadopsi dari State Anxiety Inventory (SAI)

form Y yang dikembangkan oleh Spielbeger. Hasil data ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Kecemasan pasien dalam menghadapi tindakan kateterisasi jantung dikelompokkan pada kategori, cemas ringan, cemas sedang dan cemas berat. Dari hasil data diketahui bahwa tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung adalah kecemasan sedang (55,3%), kecemasan ringan (31,6%) dan kecemasan berat (13,2%). Penelitian ini menunjukkan adanya cemas pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung. Untuk itu diperlukan peran tenaga kesehatan khususnya keperawatan untuk memeberikan informasi dan pendidikan kesehatan sehingga kecemasan pasien dapat diatasi selama menjalani tindakan kateterisasi jantung

.


(11)

Title : The Overview of Anxiety Levels in Patients Undergoing Cardiac Catheterization Actions in Central General Hospital of H. Adam Malik

Name of Student : Gohana Simanjuntak Student Number : 121121012

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Anxiety is a concern that is not clear and spread which is associated with feelings of uncertainty , helplessness and does not have a specific object . The cause of anxiety in patients undergoing cardiac catheterization action is generally caused by a lack of information about the preparation of cardiac catheterization action, recovery, treatment and expesive cardiac catheterization costs. The study design was descriptive, with 38 samples. The technique used for the research is purposive sampling. This research was conducted in cardiovascular inpatient room of Central General Hospital of H. Adam Malik. The anxiety instrument is adopted from State Anxiety Inventory (SAI) Y form developed by Spielbeger. The results of the data shown in the frequency distribution tables and percentages. The patient's anxiety to face cardiac catheterization actions grouped into categories, mild anxiety, moderate anxiety and severe anxiety. From the results of the data found that the anxiety levels of patients undergoing cardiac catheterization action is moderate anxiety (55.3 %), mild anxiety (31.6 %) and severe anxiety (13.2%). This study showed the presence of anxiety in patients undergoing cardiac catheterization action. It is necessary for health workers, especially nursing to provide health information and education so that patients can overcome their anxiety when undergoing cardiac catheterization actions.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan permasalahan kesehatan yang dihadapi di berbagai negara di dunia. Banyaknya faktor yang mempengaruhi, menyebabkan diagnosis dan terapi penyakit tersebut terus berkembang. Di Indonesia kemajuan perekonomian menjadi salah satu faktor dalam meningkatnya prevalensi penyakit jantung koroner. Kemajuan perekonomian yang terus berkembang maka pola hidup masyarakatpun berubah dan menyebabkan perubahan pola kesehatan masyarakat (Ramandika, 2012).

Penyakit jantung koroner masih menduduki peringkat teratas sebagai pembunuh nomor satu di dunia. Berdasarkan laporan World Health Statistic 2010, tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit jantung koroner dan diperkirakan angka ini akan meningkat terus hingga 2030 menjadi 23,4 juta kematian di dunia (Ridwan, 2011).

Penyakit Jantung Koroner dapat dideteksi dengan pemeriksaan diagnostik non-invasif ataupun pemeriksaan invasif. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan berbagai alat. Mulai dengan alat sederhana seperti EKG dan treadmill sampai alat yang canggih yaitu MS-CT. Pemeriksaan secara invasif yang dilakukan adalah kateterisasi jantung. Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan penunjang dengan memasukkan kateter ke dalam sistem kardiovaskular untuk memeriksa keadaan anatomi dan fungsi jantung. Prosedur kateterisasi jantung yang bertujuan


(13)

untuk mengevaluasi anatomi pembuluh darah koroner disebut tindakan angiografi koroner. Kateterisasi jantung merupakan teknik yang diakui dunia internasional sebagai teknik terbaik dan terakurat untuk mendeteksi adanya sumbatan di pembuluh darah koroner (Ramandika, 2012).

Pada tahun 2010 jumlahnya meningkat hingga 3 juta prosedur kateterisasi jantung dilakukan setiap tahunnya. Di Indonesia, khususnya di Rumah sakit cipto Mangunkusumo Jakarta, telah melakukan tindakan kateterisasi jantung 650 tindakan pada tahun 2006 dan 1125 tindakan pada tahun 2007. Data dari Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, rata-rata hampir sekitar 15-20 pasien dirawat tiap harinya dan sekitar 350-400 yang berobat ke poliklinik. Pasien yang dilakukan pemeriksaan kateterisasi sekitar 25-30 pasien perhari (Willian, 2011). Sayangnya belum banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang kateterisasi, sekitar 90% lebih berada di pulau Jawa.

Salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang kateterisasi jantung di Sumatera Utara adalah RSUP Haji Adam Malik Medan. Data yang diperoleh peneliti pada tahun 2013 dari Medical Record RSUP Haji Adam Malik Medan di dapatkan bahwa jumlah pasien jantung koroner yang menjalani tindakan kateterisasi jantung tahun 2012 dan Januari-April 2013 sebanyak 378 pasien. Dalam kateterisasi jantung atau angiografi koroner banyak pasien yang tidak mau melakukannya karena takut rasa sakit yang ditimbulkan. Perasaan takut ini menjadi bentuk kecemasan yang tidak teratasi oleh pasien penyakit jantung, sehingga menahan rasa sakit lebih baik dari pada harus memeriksanya (Dakota, 2010).


(14)

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Cemas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Cemas berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian intelektual akan bahaya ( Suliswati, 2009).

Dari hasil penelitian Shidqy yang dilakukan pada tahun 2009, 62% dari 8 pasien laki-laki penyakit jantung koroner adalah memiliki kecemasan. 40% dari mereka memiliki kecemasan ringan, 40% dari mereka memiliki kecemasan sedang, dan 20% memiliki kecemasan yang parah. Dari pasien kecemasan, ada 80% dari mereka yang merasa bahwa kondisi kesehatan mereka semakin memburuk. Sebaliknya, pasien yang tidak cemas, 67% dari mereka merasa kondisi kesehatan mereka mengalami kemajuan, dan 33% dari mereka merasa lebih buruk. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara kecemasan dan munculnya kondisi yang lebih buruk dari penderita penyakit jantung koroner (Shidqy, 2009).

Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin melakukan penelitian Gambaran tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Dari permasalahan diatas peneliti ingin meneliti tentang Gambaran tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan


(15)

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Kateterisasi Jantung Di RSUP. Haji Adam Malik Medan

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada Pasien Yang Akan Menjalani Kateterisasi Jantung Di RSUP Haji Adam Malik Medan

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1.5.1 Tenaga Kesehatan (perawat)

Sebagai bahan masukan bagi perawat sebagai dasar memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung sehingga kecemasan dapat diminimalkan.

1.5.2 Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumber informasi bagi RSUP Haji Adam Malik Medan tentang bagaimana tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Defenisi

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Cemas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Cemas berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian intelektual akan bahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat cemas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan.

Cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan pada individu merupakan pengalaman yang subjektif, dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup ( Suliswati, 2009).

2.1.2 Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan dibagi 3 (tiga), yaitu: a. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu akan berhati-hati dan waspada serta lahan persepsi meluas,


(17)

belajar menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas ringan seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bergetar, telinga berdengung, waspada, lapang persepsi meluas, sukar konsentrasi pada masalah secara efektif, tidak dapat duduk tenang dan tremor halus pada tangan.

b. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini, lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu telah berfokus pada hal-hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal-hal yang lain. Respon cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, muka merah dan pucat, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak, firasat buruk.

c. Kecemasan Berat

Pada tingkat ini, lapangan persepsi individu sangat sempit. Seseorang cenderung hanya memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau tuntutan. Responnya meliputi nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, rasa tertekan pada dada, berkeringat dan sakit kepala, mula-mual, gugup, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat, takut pikiran sendiri dan perasaan ancaman meningkat dan seperti ditusuk-tusuk.


(18)

2.1.3 Tingkat Kecemasan State Anxiety Inventory (S-AI) form Y

Status kecemasan menggunakan State Anxiety Inventory (SAI) form Y

yang dikembangkan oleh Spielbeger : Pernyataan Positif

Nilai 0 = Tidak sama sekali Nilai 1 = Kurang

Nilai 2 = cukup

Nilai 3 = sangat merasakan Pernyataan Negatif

Nilai 0 = Sangat merasakan Nilai 1 = Cukup

Nilai 2 = Kurang

Nilai 3 = Tidak Sama sekali

2.1.4 Penyebab Terjadinya Kecemasan a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut berupa :

1. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis perkembangan atau situasional.

2. Konflik emosional yang dialami individu dan terselesaikan dengan baik. Konflik antara Id dan super ego atau keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.


(19)

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4. Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasan.

8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotransmiten gamma amino butyfik acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuro di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.


(20)

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Faktor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi: Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan fisiologis normal. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal, yaitu: Sumber internal yaitu kesulitan dalam berhubungan dengan interpersonal di rumah dan tempat kerja. Penyesuaian terhadap peran baru, berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. Sumber eksternal yaitu kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya

( Suliswati, 2009 ) .

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien antara lain: a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain:

Pengalaman pasien menjalani pengobatan: Pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman-pengalaman yang


(21)

sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa - masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari (Kaplan dan Sadock, 2010) .

Konsep diri dan peran: Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu berhubungan dengan orang lain. Peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya. Juga keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

Disamping itu pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran, jadi setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya pada setiap waktu. Pasien yang mempunyai peran ganda baik di dalam keluarga atau di masyarakat ada kecenderungan mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan konsentrasi terganggu (Stuart & Sunden, 2005) .

b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain

Kondisi medis (diagnosis penyakit) Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering ditemukan walaupun


(22)

insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis, misalnya: pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat kecemasan klien. Sebaliknya pada pasien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu mempengaruhi tingkat kecemasan.

2.2 Konsep Jantung Koroner 2.2.1 Defenisi

Jantung adalah sebuah otot yang memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot jantung mati sewaktu tidak mendapatkan darah. Untuk tetap sehat, jantung membutuhkan oksigen dan zat-zat gizi lain yang dibawa oleh darah. Ini didapatkan melalui arteri (pembuluh darah) koroner, yang membungkus bagian luar jantung (Soemantri, 2012).

Penyakit-penyakit dapat mempengaruhi bagian manapun dari jantung. Tetapi, penyakit yang paling umum adalah penyakit kronis pada arteri koroner yang disebut aterosklerosis. Karena itu, sakit jantung yang umum dikenal dan paling banyak diderita adalah penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner. Penyakit ini paling sering menyebabkan serangan jantung pada seseorang yang bisa menyebabkan kematian (Soemantri, 2012).

Penyakit arteri koroner atau penyakit jantung koroner (Coronary Artery Disease) adalah penyempitan atau penyumbatan di dinding koroner karena adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Perubahan pola hidup, pola makanan,


(23)

dan stres juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner (Kasron, 2012).

Penyakit jantung koroner ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap, ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit. Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner. Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemia (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung (Soemantri, 2012).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat pembuluh darah koroner yang mensuplai darah ke jantung mengalami hambatan akibat pengerasan dan penyempitan. Penyempitan terutama oleh penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah melalui proses aterosklerosis. Saat aliran darah ke jantung berkurang di atas 50% atau terhenti akibat penyempitan itu, seketika itu jantung akan kekurangan oksigen (Muttaqin, 2009)


(24)

2.2.2 Etiologi

Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koronaria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka retensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium (Brunner & Suddarth, 2011).

Rangkaian penyebab terjadinya penyakit jantung bersifat multifaktorial. Arteriosklerosis diyakini sebagai rangkaian pertama penyebab penyakit jantung. Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul dan menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri. Setiap daerah penebalan (plak aterosklerotik atau ateroma) akan terisi dengan sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.

Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan


(25)

mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan (Anonim, 2010).

2.2.3 Patofisiologi

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembekuan darah. Pembentukan

trombus pada permukaan plak, konsolidasi trombus akibat efek fibrin, perdarahan ke dalam plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah (Brunner & Suddarth, 2011).

2.2.4 Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Faktor Utama

1. Hipertensi

Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi


(26)

hipertropi dari tunika media diikuti dengan hialisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah.

2. Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk faktor resiko utama penyakit jantung koroner. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Hiperkolesterolemi merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler di samping hipertensi dan merokok. Di Amerika pada saat ini 50% orang dewasa didapatkan kadar kolesterolnya >200 mg/dl dan ± 25% dari orang dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol >240 mg/dl, sehingga risiko terhadap penyakit kardiovaskuler akan meningkat. Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran darah pada pembuluh darah koroner yang fungsinya memberi oksigen ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya oksigen akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.


(27)

3. Merokok

Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengeruhi atau memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya. Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi oksigen akibat inhalasi karbondioksida atau takikardia (Kasron, 2012).

b. Faktor resiko lainnya 1. Umur

Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun.

2. Jenis kelamin

Di Amerika Seriket gejala penyakit jantung koroner sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 wanita. Ini berarti bahwa laki- laki mempunyai resiko Penyakit Jantung Koroner 2-3 x lebih besar dari perempuan.

3. Diet

Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari (diet).

4. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19% pada laki-laki dan > 21% pada perempuan. Obesitas sering didapatkan


(28)

bersama-sama dengan hipertensi, Diabetes Mellitus. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol. Resiko penyakit jantung koroner akan jelas meningkat bila berat badan mulai melebihi 20% dari berat badan ideal. Penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kolesterolnya dengan mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah exercise.

5. Diabetes

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita Diabetes Mellitus resiko penyakit jantung koroner lima puluh persen (50%) lebih tinggi dari pada orang normal, sedangkan pada perempuan resikonya menjadi dua kali lipat. 6. Exercise

Dapat meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol dan memperbaiki kolaterol koroner sehingga resiko penyakit jantung koroner dapat dikurangi. Exercise bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigenke miokard, menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol, membantu menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan kesegaran jasmani.


(29)

7. Perubahan keadaan sosial dan stress

Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat stress. Penelitian Supargo dkk (1981-1985) di FKUI menunjukkan orang yang stress satu setengah kali lebih besar mendapatkan resiko penyakit jantung koroner stress disamping dapat menaikkan tekanan darah dan juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

2.2.5 Manifestasi Klinis

Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup. Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasi utama iskemia

miokardium adalah nyeri dada. Angina pektoris adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan irreversibel sel-sel jantung. Iskemia

yang lebih berat, disertai kerusakan sel dinamakan infark miokardium. Jantung yang mengalami kerusakan irreversibel akan mengalami degenerasi dan menjadi jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung akan mengalami kegagalan, artinya, ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dengan memberikan curah jantung yang adekuat. Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner dapat berupa perubahan pola


(30)

elektrokardiogram (EKG), aneurisma ventrikel, disritmia, dan kematian mendadak (Brunner & Suddarth, 2011).

2.3 Kateterisasi jantung 2.3.1 Defenisi

Kateterisasi jantung adalah istilah umum yang digunakan untuk rangkaian prosedur pencitraan untuk memasukkan kateter ke dalam bilik atau pembuluh darah jantung. Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan jantung dengan memasukkan kateter ke dalam sistem kardiovaskuler untuk memeriksa keadaan anatomi dan fungsi jantung. Pemeriksaan ini dilakukan apabila diduga terdapat penyakit jantung tertentu. Sesuai lokasi lesi yang dicurigai dan derajat disfungsi miokardium maka dilakukan pemeriksaan selektif antara lain, pengukuran besar tekanan pembuluh darah dalam ruang-ruang jantung, analisis bentuk gelombang tekanan yang dicatat, pengambilan sampel kandungan oksigen pada daerah-daerah tertentu dan penentuan besarnya curah jantung (Price, 2012).

Kateterisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan dan pemeriksaan angiografi dengan kontras, tekanan sisi kanan biasanya diukur denganmenyisipkan kateter lewat vena femoralis, brakialis atau jugularis, sedangkan tekanan sisi kiri diukur lewat arteri brakialis atau femoralis (Tao, 2012).

Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu atau lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk mengukur tekanan darah berbagai kamar dan untuk menentukan saturasi


(31)

oksigen dalam darah. Sejauh ini kateter jantung paling sering digunakan untuk mengkaji potensi arteri koronaria pasien dan untuk menentukan terapi yang diperlukan. Selama kateterisasi jantung elektrokardiogram pasien dipantau. Karena pemasukan kateter ke dalam jantung dapat mengakibatkan disritmia fatal, maka peralatan resusitasi harus siap tersedia bila prosedur ini dijalankan (Brunner & Suddarth, 2011).

Kateterisasi jantung dianjurkan untuk memastikan keadaan yang dicurigai secara klinis, menetapkan seberapa berat gangguan fisiologik dan anatomiknya, serta menentukan apakah ada kondisi penting lain yang menyertai. Kebutuhan ini paling sering muncul ketika pasien mengalami gejala yang bermakna atau peningkatan gejala gangguan fungsi jantung (Harrison, 2013).

2.3.2 Prosedur tindakan kateterisasi jantung

Kateterisasi jantung dilakukan di suatu laboratorium khusus yang disebut laboratorium kateterisasi (Catheter Laboratorium) yang menyerupai ruang operasi. Istilah kateterisasi jantung mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat. Katerisasi jantung atau arteriografi koroner merupakan suatu prosedur medis yang dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi, mencari atau mengobati penyakit jantung. Pada arteriogarfi koroner, kateter radiopaque dimasukkan ke arteri brakial kanan atau kiri atau arteri femoralis dan didorong ke aorta asendens selanjutnya diarahkan ke arteri koronia yang dituju dengan bantuan fluoroskopi. Arteri koroner digunakan untuk mengevaluasi daerah aterosklerosis dan untuk menentukan


(32)

cara penaganannya. Juga digunakan untuk mempelajari adanya kecurigaan anomali kongenital dan arteri koronaria (Brunner dan Suddart, 2011)

Bila hanya satu ruang jantung atau pembuluh darah tertentu yang diperiksa, maka prosedur ini dinamakan angiografi selektif. Angiografi menggunakan sineangiogram, satu seri film atau gambar hidup pada layar fluoroskopi yang diperkuat yang mencatat perjalanan media kontras melalui berbagai tempat pembuluh darah. Pencatatan informasi tersebut memberikan perbandingan berbagai informasi dari waktu ke waktu. Empat tempat yang paling sering digunakan untuk angiografi selektif adalah aorta, arteri koronaria kanan dan kiri serta jantung kiri (Brunner & Suddarth, 2011).

Pada angiografi koroner, dalam prosedur yang umum ini dilakukan penyuntikan bahan kontras radiografik secara selektif ke dalam arteri koroner. Penempatan ujung kateter ke dalam arteri koroner kanan dan kiri dilakukan dengan tuntutan fluoroskopi, dan bahan kontras disuntikkan dengan menggunakan tangan selama dilakukan perekaman pencitraan radiografi. Setiap arteri koroner biasanya diperlihatkan dalam beberapa proyeksi untuk menilai beratnya stenosis dan untuk memperkecil tumpang tindih pembuluh darah yang bersebelahan, mendeteksi kelainan sirkulasi koroner kongenital (Harrison, 2013).

2.3.3 Tanggung jawab perawat tindakan kateterisasi jantung Langkah-langkah observasi tindakan kateterisasi jantung : 1. Persiapan pasien untuk prosedur kateterisasi jantung.


(33)

Mempersiapkan pasien bahwa ia akan mengalami bermacam rasa selama kateterisasi jantung. Dengan mengetahui apa yang dirasakan dapat membantu pasien untuk menghadapi hal yang akan terjadi.

2. Menginstruksikan pasien untuk berpuasa selama 3-4 jam. Mempersiapkan pasien sesuai dengan perkiraan lamanya prosedur, pasien akan berbaring dimeja kurang lebih dua jam lamanya.

3. Dukungan pasien untuk mengekspresikan kecemasannya, berikan pendidikan dan dukungan untuk mengurangi kecemasannya. Terapinya ialah berikan kondisi nyaman, aman dan tenang, dan juga bisa berikan reflex mendengarkan musik (Brunner & Suddarth, 2011).

2.3.4 Langkah-langkah persiapan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung

Pasien yang akan menjalani kateterisasi jantung berhak mendapat informasi mengenai tindakan yang akan dijalaninya, termasuk resiko yang ditimbulkan dan kewajiban yang harus dilakukan sebelum tindakan dimulai. Seperti pada banyak pemeriksaan medis lainnya, ada beberapa resiko yang dapat terjadi, tetapi masalah yang serius jarang dijumpai, kebanyakan pasien tidak mempunyai masalah dan jika dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan ini berarti manfaat yang akan didapat jauh lebih melampaui resiko yang mungkin terjadi.

Masalah yang dapat terjadi adalah memar kecil disekitar tempat penusukan abokat kateterisasi jantung yang biasanya hilang dalam beberapa hari, benjolan di arteri tempat pemasukan atau iritasi serabut saraf sekitarnya


(34)

(dapat menyebabkan mati rasa atau kesemutan lokal yang bersifat sementara). Masalah lain yang juga jarang di jumpai adalah reaksi alergi terhadap zat kontras. Masalah yang lebih serius dapat terjadi pada pasien dengan resiko tinggi dan hal ini dapat didiskusikan dengan dokter yang bersangkutan.

Hal-hal yang harus dilakukan sebelum pasien dilakukan tindakan :

1. Dianjurkan pasien datang ke rumah sakit dan dirawat untuk satu malam berikutnya, pasien akan diminta puasa (tidak boleh makan dan minum) sampai 4 jam sebelum pemasangan kateterisasi jantung.

2. Pasien mendapatkan penjelasan dari perawat tentang tindakan yang akan dilakukan.

3. Melakukan pemeriksaan darah lengkap (terutama masa bekuan darah, fungsi ginjal dan kadar gula darah), Elektrokardiogram (EKG), uji latih beban jantung (treadmild) dan lakukan pemeriksaan foto thorak.

4. Pada bagian yang akan dilakukan kateterisasi seperti pada Arteri Brahialis pada lipatan siku lengan kanan maupun kiri dibersihkan dan di cukur, semua perhiasan akan dilepas kemudian mengenakan pakaian khusus, selama tindakan ini berjalan keadaan pasien tetap sadar (Brunner & Suddarth, 2011).


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan

Skema 3.1. Kerangka konsep dalam penelitian tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung

Pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung 

Tingkat Kecemasan - Ringan - Sedang - Berat


(36)

3.2. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional

Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1 Tingkat Kecemasan

Respon klien akibat adanya peubahan situasi atau kondisi karena akan menghadapi tindakan kateterisasi jantung

Kuesioner

State Anxiety Inventory

(SAI) oleh Spielbeger 

Nominal

 

41 – 60 = kecemasan ringan 21 - 40 = Kecemasan sedang 0 – 20 = kecemasan berat


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitaian ini adalah bersifat Deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung

4.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di ruang rawat Inap Kardiovaskuler Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan tahun 2012 dan Januari-April 2013 pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di ruang rawat Inap Kardiovaskuler Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebesar 378 orang.

4.3 Sampel

Menurut Arikunto (2010) bila total populasi lebih dari 100 maka pengambilan sampel 10% - 15% dan 20% - 25% dari total populasi, maka besarnya sampel yang digunakan adalah 38 orang. Adapun dasar pengambilan sampel dalam penelitian adalah dengan menggunakan sampel bertujuan (Purposive Sampling)

yaitu dilakukan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau kriteria populasi yang sudah diketahui. Dengan kriteria inklusi; pasien yang pertama kali menjalani tindakan kateterisasi jantung


(38)

dapat berkomunikasi dengan bahasa indonesia, dapat membaca dan bersedia menjadi sampel pada penelitian ini.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang rawat inap kardiovaskuler RS H. Adam Malik Medan. Pemilihan rumah sakit ini sebagai tempat penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tipe A yang memiliki fasilitas kateterisasi jantung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013. 4.5 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Ethical clearance atau kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset yang melibatkan makluk hidup yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan literatur, sedangkan komisi etik adalah komisi yang bertugas melaksanakan pengkajian kelayakan etik, pendidikan, etik peenlitian,

peer review dan pemantauan uji klinik untuk melindungi keselamatan dan kesejahteraan subjek riset. Dilain pihak, persetujuan dari komisi Ethical Clearance (EC) dalam suatu penelitian sangat diperlukan dalam publikasi terutama publikasi internasional.

Dalam penelitian ini, hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik adalah sebagai berikut : Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner, meminta persetujuan responden


(39)

(informed Consent), responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri pada saat proses pengisian kuesioner tanpa paksaan, semua informasi yang telah dikumpullkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset dan penelitian ini digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.6 Instrumen Penelitian

Istrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yaitu: 4.6.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan status perkawinan

4.6.2 Kuesioner Tingkat Kecemasan

Kecemasan pasien diukur dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini diadopsi dari Tingkat kecemasan  State Anxiety Inventory (S-AI) form-Y yang dipopulerkan Spielberger, karena S-AI form Y mengukur tingkat kecemasan pasien secara subjektif pada saat dirasakan sekarang dan validitas dan realibilitasnya teruji. Skala S-AI form Y Spielberger terdiri dari 20 pertanyaan dengan 4 respon skala likert. Pernyataan positif pada kuesioner nomor 1,2,5,8,10,11,15,16,19, dan 20 diberi nilai dengan pilihan jawaban tidak dirasakan sama sekali (skor 0), kurang (skor 1), cukup (skor 2) hingga sangat dirasakan (skor 3). Pernyataan negatif pada nomor 3,4,6,7,9,12,13,14,17 dan 18 diberi nilai sebaliknya: tidak dirasakan sama sekali (skor 3), kurang (skor 2), cukup (skor 1) hingga sangat dirasakan (0)


(40)

4.6 Metode Pengumpulan Data

Tahap awal prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan) kemudian surat perohonan izin yang diperoleh diajukan ketempat penelitian (Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan). Setelah mendapat izin dari Rumah Sakit, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi yang dibuat sebelumnya. Setelah mendapatkan responden, peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan maksud pengumpulan data, bila responden bersedia maka penelitian dilakukan.Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Responden diminta mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Selama pengisisn kuesioner responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

4.8 Metode Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti malakukan analisa data melalui beberapa tahap yaitu : persiapan: megecek kelengkapan identitas dan data responden untuk memastikan semua pertanyaan telah diisi. Tabulasi : mentabulasi data yang telah terkumpul. Penerapan: pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik deskriptif didapatlan frekuensi dan persentase untuk mendeskripsikan data demografi dan tingkat kecemasan.


(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan diuraikan tentang data hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gambaran Tingkat Kecemasan pada Pasien yang akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari Agustus sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini melibatkan 38 orang responden yang menggambarkan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.1 Data Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan. Data demografi responden yang meliputi: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan status perkawinan, yang melibatkan 38 orang responden. Berdasarkan hasil dalam penelitian menggambarkan bahwa rata-rata usia responden > 55 tahun (50,00%). Lebih dari setengah responden (81,6%) adalah berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa tingkat yang paling tinggi adalah berpendidikan SMA (42,1%). Lebih dari setengah responden


(42)

status perkawinan menunjukkan bahwa mayoritas sudah menikah (94,7%). Berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa responden rata-rata berprofesi sebagai wiraswata (34,2%). Dan berdasarkan tingkat penghasilan responden, menunjukkan bahwa tingkat yang paling tinggi berpenghasilan sebesar < Rp 1.000.000

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

Karakteristik Demografi

Responden Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Usia :

35-44 Tahun 5 15,2%

45-54 Tahun 14 36,8%

>55 Tahun 19 50,0%

2. Jenis Kelamin :

Laki-Laki 31 81,6%

Perempuan 7 18,4%

3. Pekerjaan :

PNS/BUMN 8 21,1%

Pegawai Swasta 4 10,5%

Petani/Buruh 7 18,4%

Wiraswasta 13 34,2%

Pensiunan PNS 6 15,8%

4. Pendidikan :

SLTP 9 23,7%

SMA 16 42,1%

Diploma 9 23,7%

Sarjana 4 10,5%

5. Status Perkawinan :

Belum Menikah 2 5,3%

Sudah Menikah 36 94,7%

6. Penghasilan

<1000000 18 47,4%

1000000 – 3000000 13 34,2%


(43)

5.1.2 Gejala Kecemasan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kuesioner tingkat kecemasan pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

No

Pernyataan Mean Standart

Deviasi

Maksimum Minimum

1. Saya merasa tersiksa 2,44 0,92 3 0

2. Saya merasa tidak bernasib baik

2,44 0,89 3 0

3. Saya merasa terganggu 2,36 0,94 3 0

4. Saya merasa bingung 2,13 0,99 2 0

5. Saya merasa percaya diri

2,10 0,83 3 0

6. Saya merasa tabah 2,02 0,59 3 1

7. Saya merasa tenang 1,92 0,71 2 0

8. Saya merasa nyaman 1,86 0,77 3 0

9. Saya merasa bimbang 1,65 0,84 3 0

10. Saya merasa tegang 1,65 0,70 3 0

11. Saya merasa aman 1,65 0,70 3 0

12. Saya merasa gugup 1,60 0,71 3 0

13. Saya merasa takut 1,55 0,79 3 0

14. Saya merasa tentram 1,44 1,44 3 0

15. Saya merasa khawatir 1,44 0,76 3 0

16. Saya merasa gelisah 1,36 0,75 3 0

17. Saya merasa puas 1,21 0,70 3 0

18. Saya merasa santai 1,07 0,67 3 0

19. Saya merasa senang 1,00 1,01 3 0

20. Saya merasa gembira 0,34 1,78 3 0

Hasil penelitian terhadap responden yang menggambarkan tentang gejala kecemasan berdasarkan nilai rata-rata tertinggi pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung yaitu merasa kurang tersiksa di dukung dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 2,44 yang menunjukan nilai angka/skor berada pada rentang kurang dengan standar deviasi 0,92, nilai maksimum 3 dan nilai minum 0


(44)

Selanjutnya hasil penelitian terhadap responden yang menggambarkan tentang gejala kecemasan berdasarkan nilai rata-rata terbawah pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung yaitu tidak sama sekali gembira didukung dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,34 yang menunjukkan angka/skor berada pada rentang tidak sama sekali, dengan standar deviasi 1,78, nilai maksimum 3 dan nilai minum 0.

5.1.3 Tingkat Kecemasan

Tabel 5.3 Distribusi Statistik frekuensi berdasarkan tingkat kecemasan responden (n= 38) Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

No Tingkat Kecemasan

Frekuensi Persentase (%)

1 Cemas Ringan 12 31,6%

2 Cemas Sedang 21 55,3%

3 Cemas Berat 5 13,2%

Jumlah 38 100

N= 38, Mean= 32.55, Std Deviasi = 11.76

Pada tabel diatas menunjukkan hampir setengah responden mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak (55,3%), di dukung dengan nilai skor rata-rata pasien 32.55 yang menunjukan kepada kriteria tingkat kecemasan sedang dan memiliki standar deviasi 11,76 sedangkan responden yang mengalami kecemasan ringan (31,6%), dan responden mengalami kecemasan berat (13,2%).


(45)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Demografi Responden

Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung berada dalam rentang usia > 55 tahun. Hurlock (2002), pada usia tengah (41-60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi. Pada usia ini sering kali menimbulkan stres. Pendidikan terbanyak pendidikan Sekolah Menengah Atas yaitu 16 orang (42,1 %). Tingkat pendidikan berhubungan dengan pengetahuan, sesuai pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi. Dengan demikian responden yang berpendidikan tinggi memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan pendidikan menengah. Seseorang yang tingkat pendidikan tinggi akan lebih rasional dalam menghadapi masalah sehingga akan berdampak pada penurunan tingkat kecemasan. Pekerjaan terbanyak pada wiraswasta yaitu 13 orang (34,2%). Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) bahwa pekerjaan akan mempengaruhi penghasilan. Menurut Hawari (2001) kehilangan pekerjaan berakibat terjadinya pengangguran akan berdampak pada gangguan kesehatan bahkan sampai pada kematian.

5.2.2 Gejala Kecemasan

Hasil penelitian terhadap responden yang menggambarkan tentang gejala kecemasan berdasarkan nilai rata-rata tiga tertinggi pada pasien yang


(46)

akan menjalani tindakan kateterisasi jantung yaitu merasa kurang tersiksa di dukung dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 2,44 yang menunjukan nilai angka/skor berada pada rentang kurang dengan standar deviasi 0,92, nilai maksimum 3 dan nilai minum 0. Selanjutnya gejala kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung yaitu kurang tidak bernasib baik didukung dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 2,44 yang menunjukkan angka/skor berada pada rentang kurang dengan standar deviasi 0,89, nilai maksimum 3 dan nilai minum 0. Dan gejala kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung yaitu kurang terganggu didukung dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 2,36 yang menunjukkan angka/skor berada pada rentang kurang dengan standar deviasi 0,94, nilai maksimum 3 dan nilai minum 0. Berdasarkan gejala kecemasan diatas dapat disimpulkan bahwa pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung kurang terganggu, kurang tidak bernasib baik dan kurang tersiksa dilakukannya tindakan kateterisasi jantung. Menurut Riyadi (2009), sumber koping dapat membantu individu mengurangi dan mengatasi masalah. Sumber koping tersebut dapat berupa keadaan ekonomi keluarga, dukungan keluarga atau sosial, kemampuan meyelesaikan masalah dan keyakinan agama dan budaya. Dengan adanya sumber koping yang dimiliki pasien dapat mengendalikan perasaan cemas yang dimilikinya sehingga dalam menjalani tindakan kateterisasi jantung pasien kurang/tidak terlalu tersiksa, tidak terlalu terganggu dan tidak merasa mendapat nasib yang tidak baik.


(47)

Selanjutnya hasil penelitian terhadap responden yang menggambarkan tentang gejala kecemasan berdasarkan nilai rata-rata tiga terbawah pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung yaitu kurang santai didukung dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 1,07 yang menunjukkan angka/skor berada pada rentang kurang dengan standar deviasi 0,67, nilai maksimum 3 dan nilai minum 0. Selanjutnya gejala kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung yaitu kurang senang didukung dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 1,00 yang menunjukkan angka/skor berada pada rentang kurang, dengan standar deviasi 1,01, nilai maksimum 3 dan nilai minum 0. Dan gejala kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung yaitu tidak sama sekali gembira didukung dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,34 yang menunjukkan angka/skor berada pada rentang tidak sama sekali, dengan standar deviasi 1,78, nilai maksimum 3 dan nilai minum 0. Berdasarkan gejala kecemasan diatas dapat disimpulkan bahwa pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung kurang santai, kurang senang dan tidak sama sekali gembira dilakukannya tindakan kateterisasi jantung. Menurut Kaplan dan Sadock (2010), pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan bahkan menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari. Sehingga pasien yang akan


(48)

menjalani kateterisasi jantung kurang santai, kurang senang dan tidak sama sekali gembira dilakukannya tindakan kateterisasi jantung.

5.2.3 Tingkat Kecemasan

Dari hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan terhadap 38 orang responden maka dapat dilihat hasilnya seluruh responden mengalami kecemasan. Dari 38 responden tersebut di ketahui tingkat kecemasan yang dihadapi responden yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung bervariasi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Setiawati, 2008). Tingkat kecemasan responden dipengaruhi oleh koping dan tingkat pengetahuan, informasi dan keyakinan. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung sebagian besar mengalami tingkat kecemasan sedang (55,3%). Pada tingkat ini, lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu telah berfokus pada hal-hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal-hal yang lain Hasil penelitian pada paisen yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung mengalami kecemasan ringan (31,6%), pada kecemasan ringan ini ketegangan yang dialami sehari-hari dan menyebabkan pasien menjadi waspada dan lapangan persepsi meningkat. Hasil penelitian pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung mengalami kecemasan berat (13,2%). Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Individu tidak mampu


(49)

berfikir berat lagi, sehingga membutuhkan banyak pengarahan, cenderung memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan yang lain.

Dimana Mahfudz (2006) menyatakan bahwa masalah psikologis yang sering dijumpai pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Selanjutnya tingkat kecemasan pasien preoperasi ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pasien itu sendiri khususnya terhadap prosedur pre kateterisasi jantung dan kelanjutan pengobatan. Umumnya pasien mencemaskan tindakan operasi karena kurangnya informasi tentang persiapan operasi, pemulihan, pengobatan dan biaya operasi yang dianggap mahal (Perry & Potter, 2000).

Hasil penelitian ini sesuai dengan keadaan pasien penyakit jantung koroner sebelum menjalani tindakan kateterisasi jantung yang mengalami kecemasan, akan berdampak pada psikologis pasien sehingga apabila cemas dibiarkan berlarut-larut, respon psikologis yang tampak pertama dari pasien adalah khawatir, takut, tegang, gelisah, dan tidak fokus dalam berkomunikasi akan mempengaruhi respon fisiologis dan meperburuk kondisi klien saat akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung.

Menerima pelayanan yang layak dan semestinya sesuai berdasarakan kode etik dan norma-norma yang berlaku merupakan salah satu hak pasien sebagai pengguna pelayanan jasa dari rumah sakit yakni pasien berhak mendapatkan pelayanan yang disertai dengan keramahtamaan petugas kesehatan salah satunya adalah perawat. Perawat harus menjelaskan bahwa rasa cemas dan khawatir merupakan perasaan normal, kemampuan pasien untuk mengungkapkan perasaannya bergantung pada keinginan perawat


(50)

untuk mendengar dan memberikan dukungan. Memberikan pujian (reinforcement) juga dapat membina hubungan terapeutik karena dapat meningkatkan harga diri dan menguatkan pasien (Suryani, 2005). Hal ini sesuai dengan pendapat Fyfe (1999) yang menjelaskan bahwa tindakan perawat dapat membantu mengurangi dan menurunkan kecemasan pasien dengan memastikan memahami proses pembedahan.


(51)

BAB 6 PENUTUP

6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di RSUP Haji Adam Malik. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mayoritas responden dari segi karakteristik data demografi pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung rata-rata usia responden > 55 tahun (50,00%). Lebih dari setengah responden (81,6%) adalah berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa tingkat yang paling tinggi adalah berpendidikan SMA (42,1%). Lebih dari setengah responden status perkawinan menunjukkan bahwa mayoritas sudah menikah (94,7%). Berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa responden rata-rata berprofesi sebagai wiraswata (34,2%). Dan berdasarkan tingkat penghasilan responden, menunjukkan bahwa tingkat yang paling tinggi berpenghasilan sebesar

< Rp 1.000.000

2. Mayoritas responden berdasarkan tingkat kecemasan menunjukkan lebih dari setengah pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 21 orang (55,3 %).

6.2 Rekomendasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada pendidikan keperawatan, Rumah Sakit dan Penelitian Keperawatan.


(52)

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian ini menggambarkan pasien mayoritas mengalami tingkat kecemasan sedang. Oleh karena itu, Diharapkan kepada petugas kesehatan agar diberikan metode yang digunakan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman informasi kesehatan kepada pasien sebelum dilakukan tindakan khususnya tentang kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung.

6.2.2 RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Penelitian ini peran perawat dapat membantu mengurangi dan menurunkan kecemasan pasien. Oleh karena itu, Diharapkan kepada Perawat RSUP H. Adam Malik Medan memberikan pengetahuan dan pemahaman akan suatu tindakan medis yang diberikan kepada pasien, khususnya pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung. Sehingga tingkat kecemasan pasien tidak mengganggu proses suatu tindakan medis kepada pasien.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Diharapkan untuk penelitian yang akan datang, peneliti mengaharapkan agar menghubungkan antara komunikasi teraupetik terhadap tingkat kecemasan terhadap sampel sebelum diberikan komunikasi terapeutik (pre-test) dan setelah diberikan komunikasi terapeutik (Post test). Hasil penelitian ini sebagai data tambahan pada penelitian selanjutnya.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A, (2006). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan lmiah. Jakarta : Salamba Medica.

Arikunto, S. (2010). Praktek prosedur penelitian suatu pendekatan, Edisi 2,. Jakarta : Rineka Cipta

Brunner & Suddarth. (2011).Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 9, Vol 2,.Jakarta : EGC

Dakota. (2010). Kateterisasi Jantung di RS Harapan Kita. http://posredaksi.co.id. Diakses 15 April 2013.. 

 

Fyfe A. (1999). Buku Ajar Aspek Spritual dalam Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

Harrison. (2013). Buku saku Kardiologi, Tangerang : Karisma Publishing Group Harsono, (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca

bedah abdomen dalam konteks asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ade Mohammad Djoen Sintang. http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=124910&lokasi=lok al. Diakses tanggal 20 April 2013

Hurlock, B.,E. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup. Jakarta : Erlangga

Hawari, D. (2008). Menejemen Stress, Cemas dan Depresi FKUI. Jakarta Kaplan & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatry Klinis. Jakarta : EGC

Kasron. (2012). Kelainan dan penyakit jantung, pencegahan serta pengobatannya, Edisi 1.,Yogyakarta : Nuha Medika

Machfoedz, M. (2009). Komunikasi Keperawatan jiwa dengan masalah psikososial, Jakarta : Trans InfoMedia

Mahfudz,M, (2006). “Hubungan antara informasi prabedah dengan tingkat kecamsan pasien pre operasi dirumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta http://digib.umsu.ac.id/print.phd?id=jptums-gdl-s1-2006-mahfudz-2979. Diakses tanggal 20 April 2013


(54)

Notoadmojo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

Potter & Perry, A.G.(1992). Buku Ajar Fundamental : Konsep, proses, dan Praktik

(Edisi Terjemahan). Jakarta : EGC

Priyatno, D., 2009, SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Jakarta : Mediakom.

Price, S,A. (2005).Konsep klinis proses-proses penyakit, Jakarta : EGC.

Ramandika, A, E. (2012). “ Hubungan faktor risiko mayor penyakit jantung koroner dengan skor pembuluh darah koroner dari hasil angiografi koroner di RSUP Dr.Karladi Semarang”. Jurnal Media Medika Muda. Ridwan, M. (2002). Mengenal, mencegah, mengatasi silent killer jantung

koroner, Semarang : Pustaka Widyamara.

Rosyada, dkk. (2010). “Profesionalism of nurse in anxiety management of client with aortic incuffiency before cardiac catheterization procedure”. http://nezfine.files.wordpress.com Diakses 17 April 2013.

Setiawati. S. Dan Dermawan.C,Agus.(2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Cetakan 1, Edisi 2. Jakarta : Trans Info Media

Soemantri, S.(2012). Panduan lengkap mencegah dan mengobati serangan jantung,

Yogyakarta : Araska

Soeharto, I. (2004). Penyakit koroner dan serangan jantung, Edisi 2,.Jakarta : Yayasan Pembina Kardiovaskuler Indonesia.

Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa, Jakarta : EGC.

Suryani., 2005, Komunikasi Terapeutik. teori dan praktik. Jakarta : Penerbit EGC.

Suliswati, dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans Infomedica.

Shidqy. (2009). Hubungan Kecemasan Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. http://penelitian.unair.ac.id Diakses 17 April 2013

Tanjung, M, S. (2005). “Efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan”. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1.

Taylor, C (1997). Fundamental of nursing the art and science of nursing care,(13th edition). Philadelphia : Lippincott company


(55)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan

Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan

Oleh

Gohana Simanjuntak

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Kateterisasi Jantung di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan Saudara untuk mengisi lembar kuosioner saya dengan jujur apa adanya. Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani formulir ini.

Medan, Juni 2013 Peneliti Responden


(56)

A. KUESIONER DATA DEMOGRAFI Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda cek (√) pada kotak sesuai dengan jawaban yang dipilih 2. Bila ada yang kurang dimengerti Bapak/Ibu, dapat dipertanyakan pada peneliti

1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2. Usia

15-24 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun

>55 tahun 3. Pendidikan Terakhir SD SLTP SMA Diploma Sarjana

4. Pekerjaan

Pegawai negeri/BUMN Pegawai swasta


(57)

Petani/buruh Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga Pensiuman PNS Pensiunan swasta 5. Status Perkawinan

Belum menikah Sudah menikah Janda

Duda

6. Penghasilan keluarga perbulan < Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.000-Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000


(58)

KUESIONER SKALA PENGUKURAN KECEMASAN DENGAN STATE ANXIETY INVENTORY (S-AI) FORM Y

(State – Trait Anxiety Inventory oleh Spielberger,C.D.(1983)) Petunjuk Pengisian :

Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan tanda centang (√) pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan perasaan yang dialami saat ini.

No Pernyataan Tidak Sama Sekali (0) Kurang (1) Cukup (2) Sangat Merasakan (3)

1. Saya merasa tenang        

2. Saya merasa aman        

3. Saya merasa tegang        

4. Saya merasa tersiksa        

5. Saya merasa tentram        

6. Saya merasa terganggu        

7. Saya merasa tidak bernasib baik

       

8. Saya merasa puas        

9. Saya merasa takut        

10. Saya merasa nyaman        

11. Saya merasa Percaya diri

       

12. Saya merasa gugup        

13. Saya merasa Gelisah        

14. Saya merasa bimbang        

15. Saya merasa Santai        

16. Saya merasa Senang        

17. Saya merasa Khawatir        

18. Saya merasa Bingung        

19. Saya merasa Tabah        

20. Saya merasa Gembira        

     


(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

Hasil Penelitian

   

Distibusi Frekuensi Tingkat Kecemasan 

   

tingkatkecemasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid berat 5 13.2 13.2 13.2

ringan 12 31.6 31.6 44.7

sedang 21 55.3 55.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Statistics

totalskor

tingkatkecemasa

n umur penghasilan

N Valid 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0

Mean 32.5526

Median 34.0000


(64)

Distribusi Frekuensi Gejala Kecemasan

(Nilai Mean, Standar Deviasi, Nilai Maximum dan Minimum ) Statistics

tenang aman tentram puas nyaman percaya santai

N Valid 38 38 38 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.9211 1.6579 1.4474 1.2105 1.8684 2.1053 1.0789

Std. Deviation .71212 .70811 .76042 .70358 .77707 .83146 .67310

Minimum .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

Maximum 3.00 3.00 3.00 2.00 3.00 3.00 2.00

Statistics

senang tabah gembira tegang tersiksa terganggu nasib

N Valid 38 38 38 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.0000 2.0263 .3421 1.6579 2.4474 2.3684 2.4474

Std. Deviation 1.01342 .59215 .78072 .70811 .92114 .94214 .89132

Minimum .00 1.00 .00 .00 .00 .00 .00

Maximum 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00

Statistics

takut gugup gelisah bimbang khawatir bingung

N Valid 38 38 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 1.5526 1.6053 1.3684 1.6579 1.4474 2.1316

Std. Deviation .79517 .71809 .75053 .84714 .76042 .99107

Minimum .00 .00 .00 .00 .00 .00


(65)

Tenang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekai 3 7.9 7.9 7.9

kurang 2 5.3 5.3 13.2

cukup 28 73.7 73.7 86.8

sangat merasakan 5 13.2 13.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

aman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 4 10.5 10.5 10.5

kurang 6 15.8 15.8 26.3

cukup 27 71.1 71.1 97.4

sangat merasakan 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

tentram

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 5 13.2 13.2 13.2

kurang 12 31.6 31.6 44.7

cukup 20 52.6 52.6 97.4

sangat merasakan 1 2.6 2.6 100.0


(66)

puas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 6 15.8 15.8 15.8

kurang 18 47.4 47.4 63.2

cukup 14 36.8 36.8 100.0

Total 38 100.0 100.0

nyaman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 3 7.9 7.9 7.9

kurang 5 13.2 13.2 21.1

cukup 24 63.2 63.2 84.2

sangat merasakan 6 15.8 15.8 100.0

Total 38 100.0 100.0

   

percaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 2 5.3 5.3 5.3

kurang 5 13.2 13.2 18.4

cukup 18 47.4 47.4 65.8

sangat merasakan 13 34.2 34.2 100.0


(67)

santai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 7 18.4 18.4 18.4

kurang 21 55.3 55.3 73.7

cukup 10 26.3 26.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

senang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 14 36.8 36.8 36.8

kurang 15 39.5 39.5 76.3

cukup 4 10.5 10.5 86.8

sangat merasakan 5 13.2 13.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

tabah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 6 15.8 15.8 15.8

cukup 25 65.8 65.8 81.6

sangat merasakan 7 18.4 18.4 100.0


(68)

gembira

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 31 81.6 81.6 81.6

kurang 2 5.3 5.3 86.8

cukup 4 10.5 10.5 97.4

sangat merasakan 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

tegang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 4 10.5 10.5 10.5

cukup 6 15.8 15.8 26.3

kurang 27 71.1 71.1 97.4

tidak sama sekali 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

tersiksa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 2 5.3 5.3 5.3

cukup 5 13.2 13.2 18.4

kurang 5 13.2 13.2 31.6

tidak sama sekali 26 68.4 68.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

     


(69)

 

terganggu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 2 5.3 5.3 5.3

cukup 6 15.8 15.8 21.1

kurang 6 15.8 15.8 36.8

tidak sama sekali 24 63.2 63.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

nasib

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 1 2.6 2.6 2.6

cukup 7 18.4 18.4 21.1

kurang 4 10.5 10.5 31.6

tidak sama sekali 26 68.4 68.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

takut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 4 10.5 10.5 10.5

cukup 12 31.6 31.6 42.1

kurang 19 50.0 50.0 92.1

tidak sama sekali 3 7.9 7.9 100.0


(70)

gugup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 4 10.5 10.5 10.5

cukup 8 21.1 21.1 31.6

kurang 25 65.8 65.8 97.4

tidak sama sekali 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

gelisah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 5 13.2 13.2 13.2

cukup 15 39.5 39.5 52.6

kurang 17 44.7 44.7 97.4

tidak sama sekali 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

bimbang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 4 10.5 10.5 10.5

cukup 10 26.3 26.3 36.8

kurang 19 50.0 50.0 86.8

tidak sama sekali 5 13.2 13.2 100.0


(71)

khawatir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 3 7.9 7.9 7.9

cukup 18 47.4 47.4 55.3

kurang 14 36.8 36.8 92.1

tidak sama sekali 3 7.9 7.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

bingung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 3 7.9 7.9 7.9

cukup 7 18.4 18.4 26.3

kurang 10 26.3 26.3 52.6

tidak sama sekali 18 47.4 47.4 100.0


(72)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Gohanna Simanjuntak

Tempat Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 21 Februari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Email : gohanna_simanjuntak@yahoo.com Alamat : Jl. Semangka 3 No 1, Perumnas Batu 6

Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan

1996 – 1997 : TK Methodist Pematang Siantar

1997 – 2006 : SD RK Budi Mulia 3 Pematang Siantar 2003 – 2006 : SLTP Negeri 1 Pematang siantar

2006 – 2009 : SMA Negeri 4 Pematang Siantar

2009 – 2012 : Kementerian Kesehatan Jurusan Keperawatan Medan

2012 : Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(1)

santai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 7 18.4 18.4 18.4

kurang 21 55.3 55.3 73.7

cukup 10 26.3 26.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

senang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 14 36.8 36.8 36.8

kurang 15 39.5 39.5 76.3

cukup 4 10.5 10.5 86.8

sangat merasakan 5 13.2 13.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

tabah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 6 15.8 15.8 15.8

cukup 25 65.8 65.8 81.6

sangat merasakan 7 18.4 18.4 100.0


(2)

gembira

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sama sekali 31 81.6 81.6 81.6

kurang 2 5.3 5.3 86.8

cukup 4 10.5 10.5 97.4

sangat merasakan 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

tegang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 4 10.5 10.5 10.5

cukup 6 15.8 15.8 26.3

kurang 27 71.1 71.1 97.4

tidak sama sekali 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

tersiksa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 2 5.3 5.3 5.3

cukup 5 13.2 13.2 18.4

kurang 5 13.2 13.2 31.6

tidak sama sekali 26 68.4 68.4 100.0

Total 38 100.0 100.0


(3)

 

terganggu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 2 5.3 5.3 5.3

cukup 6 15.8 15.8 21.1

kurang 6 15.8 15.8 36.8

tidak sama sekali 24 63.2 63.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

nasib

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 1 2.6 2.6 2.6

cukup 7 18.4 18.4 21.1

kurang 4 10.5 10.5 31.6

tidak sama sekali 26 68.4 68.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

takut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 4 10.5 10.5 10.5

cukup 12 31.6 31.6 42.1

kurang 19 50.0 50.0 92.1

tidak sama sekali 3 7.9 7.9 100.0


(4)

gugup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 4 10.5 10.5 10.5

cukup 8 21.1 21.1 31.6

kurang 25 65.8 65.8 97.4

tidak sama sekali 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

gelisah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 5 13.2 13.2 13.2

cukup 15 39.5 39.5 52.6

kurang 17 44.7 44.7 97.4

tidak sama sekali 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

bimbang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 4 10.5 10.5 10.5

cukup 10 26.3 26.3 36.8

kurang 19 50.0 50.0 86.8

tidak sama sekali 5 13.2 13.2 100.0


(5)

khawatir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 3 7.9 7.9 7.9

cukup 18 47.4 47.4 55.3

kurang 14 36.8 36.8 92.1

tidak sama sekali 3 7.9 7.9 100.0

Total 38 100.0 100.0

bingung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat merasakan 3 7.9 7.9 7.9

cukup 7 18.4 18.4 26.3

kurang 10 26.3 26.3 52.6

tidak sama sekali 18 47.4 47.4 100.0


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama

: Gohanna Simanjuntak

Tempat Tanggal Lahir

: Pematangsiantar, 21 Februari 1991

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Email

: gohanna_simanjuntak@yahoo.com

Alamat

: Jl. Semangka 3 No 1, Perumnas Batu 6

Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan

1996 – 1997

: TK Methodist Pematang Siantar

1997 – 2006

: SD RK Budi Mulia 3 Pematang Siantar

2003 – 2006

: SLTP Negeri 1 Pematang siantar

2006 – 2009

: SMA Negeri 4 Pematang Siantar

2009 – 2012

: Kementerian Kesehatan Jurusan Keperawatan

Medan

2012 :

Mahasiswi

Fakultas

Keperawatan Universitas

Sumatera Utara