ANOVA
b
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
3.057 5
.611 .404
.843
a
Residual 57.532
38 1.514
Total 60.589
43 a. Predictors: Constant, ROE, NPM, DER, EPS, ROI
b. Dependent Variable: RS
Sumber : data diolah oleh penulis, 2011
Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh F
hitung
sebesar 0,404 dengan tingkat signifikansi 0,843, sedangkan F
tabel
sebesar 2,61 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio, net
profit margin, earning per share, return on investment dan return on equity secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham karena
F
hitung
F
tabel
0,404 2,61 dan signifikansi penelitian 0,05 0,843 0,05.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian secara simultan diketahui bahwa kinerja keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap return saham pada tingkat kepercayaan 95
. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 0,404 yang lebih kecil dari F
tabel
sebesar 2,61. Nilai Adjusted R Square sebesar -0,074. Angka ini sama dengan nol karena bernilai negatif. Hal ini berarti tidak ada variasi atau
perubahan dalam return saham dapat dijelaskan oleh DER, NPM, EPS, ROI
dan ROE, sedangkan sisanya 100 dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan. Hasil pengujian menujukkan bahwa
hasil penelitian ini sejalan dengan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marisa 2010 yang menyatakan bahwa kinerja keuangan tidak
berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur secara simultan. Hasil pengujian dalam penelitian ini memang tidak sesuai dengan teori
yang ada dimana kinerja keuangan seharusnya mempengaruhi return saham perusahaan property dan real estate karena kemampuan perusahaan dalam
bertahan hidup, menghasilkan laba, bersaing, dan berkembang dapat dilihat dari kinerja keuangannya. Membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu
kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Kegiatan membeli saham juga dipengaruhi oleh psikologis pembeli,
kondisi perusahaan, tingkat suku bunga, harga komoditas, kondisi perekonomian, faktor investasi, inflasi, permintaan dan penawaran, juga
tindakan irasional pembeli yaitu ikut-ikutan membeli saham. Para investor, dalam melakukan kegiatan investasi pada perusahaan property tidak hanya
memperhatikan kinerja keuangan, hal ini didukung dengan sifat perusahaan yang biasanya memiliki karekteristik untuk bertahan dalam jangka waktu yang
lama 5-10 tahun. Calon investor sangat memungkinkan untuk mempertimbangkan bagaimana reputasi dari perusahaan tersebut, misalnya
saja dengan melihat bagaimana kelangsungan hidup, siapa yang menjadi pihak manajemen manajer dalam perusahaan yang ingin sahamnya diinvestasikan.
Kondisi ini disesuaikan dengan pola keberlangsungan perusahaan property dan real estate yang biasanya bersifat jangka panjang.
Oleh karena itu, harga saham dan besarnya dividen lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri. Namun, pada
saat ini banyak perusahaan telah menerapkan window dressing dalam menyusun laporan keuangannya sehingga para investor menjadi kurang
percaya terhadap laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Window dressing dalam pengertian pasar modal, akuntansi dan keuangan diartikan
sebagai suatu rekayasa akuntansi yang berupaya untuk menyajikan gambaran keuangan yang lebih baik. Caranya dengan menetapkan aktiva dan atau
pendapatan lebih tinggi atau menetapkan kewajiban dan atau beban lebih rendah dalam laporan keuangan.
Secara umum, window dressing terjadi menjelang akhir tahun yang berarti juga menjelang tutup buku yang dikarenakan adanya aksi para
pengelola dana fund managers yang masuk pasar. Mereka melakukan transaksi terutama untuk jenis saham yang ada dalam portofolio efeknya.
Tujuannya adalah mengangkat harga saham yang dimiliki. Selain itu banyak faktor lain yang lebih mempengaruhi return saham dibandingkan dengan
kinerja keuangnya, seperti peristiwa ekonomi dan pengumuman laporan keuangan. Pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global yang menyebabkan
harga saham turun secara drastis dan banyak pemegang saham berusaha menjual sahamnya, padahal pada tahun tersebut ternyata ada beberapa
perusahaan property dan real estate yang mampu bertahan bahkan kinerja keuangannya mengalami peningkatan.
1. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa debt to equity ratio
tidak memiliki pengaruh terhadap return saham pada tingkat kepercayaan 95. DER menunjukkan t
hitung
sebesar 0,210 dengan nilai signifikan 0,835, sedangkan t
tabel
adalah 2,02, sehingga t
hitung
t
tabel
0,210 2,02, maka DER secara individual tidak mempengaruhi return saham. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Krisnawati 2009 yang menyatakan bahwa debt to
equity ratio secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Akan tetapi, hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marisa 2010 yang menarik kesimpulan
bahwa DER secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Koefisien regresi variabel debt to
equity ratio sebesar 7,2 menunjukkan bahwa setiap kenaikan debt to equity ratio sebesar 1 satuan, maka perubahan return saham yang dilihat dari nilai Y
akan bertambah sebesar 7,2 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Hubungan debt to equity ratio dan return saham menurut hasil penelitian ini
adalah positif dimana return saham akan naik jika nilai debt to equity ratio meningkat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori secara umum yang
mengemukakan bahwa investor tidak menyukai perusahaan yang struktur modalnya dibiayai sebagian besar oleh hutang. Perusahaan property dan real
estate cenderung lebih memilih tipe struktur modal yang dibiayai oleh hutang dalam memenuhi kebutuhan dana untuk melakukan pengembangan daripada
memperoleh dana dari investor melalui penerbitan saham. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti bahwa sebagian perusahaan property dan real estate
mengalami peningkatan nilai debt to equity ratio dari tahun 2007-2009.
2. Pengaruh Net Profit Margin terhadap Return Saham Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa net profit margin
tidak memiliki pengaruh terhadap return saham pada tingkat kepercayaan 95. Hal ini ditunjukkan oleh t
hitung
sebesar -0,715 dengan nilai signifikan 0,479, sedangkan t
tabel
adalah 2,02, sehingga t
hitung
t
tabel
-0,715 2,02. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian Kie 2010 yang menyimpulkan bahwa net profit margin memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan return saham
pada perusahaan manufaktur. Koefisien regresi variabel net profit margin sebesar -0.078 menunjukkan bahwa setiap kenaikan net profit margin sebesar
1 satuan, maka perubahan return saham yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,0078 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
3. Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa earing per share
tidak memiliki pengaruh terhadap return saham pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini ditunjukkan oleh t
hitung
sebesar -0,136 dengan nilai signifikan 0,893, sedangkan t
tabel
adalah 2,02, sehingga t
hitung
t
tabel
-0,136 2,01. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Krisnawati 2009 yang menyimpulkan bahwa earing per share memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham. Hasil
pengujian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marisa 2010 yang menyatakan bahwa earing per share secara parsial tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur. Koefisien regresi variabel earning per share sebesar -0,001 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan earning per share sebesar 1 satuan, maka perubhan return saham yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,001 dengan asumsi variabel
lain dianggap tetap. Para investor cenderung enggan melihat earning per share dalam memprediksi besarnya return saham yang akan diperoleh karena nilai
earning per share tidak mencerminkan secra pasti laba yang akan diperoleh investor untuk setiap lembar saham yang dimilikinya. Hal tersebut dapar terjadi
karena laba yang digunakan untuk menghitung earning per share adalah laba bersih setelah pajak, sedangkan laba yang dibagikan kepada para pemegang
saham bukan merupakan seluruhnya dari laba bersih setelah pajak tetapi ditentukan sebesar persentase tertentu besarnya persentase tidak tetap setiap
tahunnya berdasarkan RUPS.
4. Pengaruh Return On Investment terhadap Return Saham Dari hasil pengujian secara parsial, return on investment tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini dapat dilihat dari t
hitung
sebesar 0.469 dengan nilai signifikan 0,642, sedangkan t
tabel
adalah 2,02, sehingga t
hitung
t
tabel
0,469 2,01. Koefisien regresi variabel return on investment sebesar 12,038 menunjukkan bahwa setiap kenaikan
return on investment sebesar 1 satuan, maka perubhan return saham yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar 12,038 dengan asumsi variabel lain
dianggap tetap. Hasil pengujian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati 2009 yang menyimpulkan bahwa return on
investment memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori bahwa semakin besar
ROA maka usaha pemanfaatan modal saham yang dimilki perusahaan untuk mendapatkan laba dapat dikatakan semakin efektif. Semakin efektif perusahaan
untuk mendapatkan laba, maka hal ini akan menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut dan akan meningkatkan harga saham
perusahaan tersebut, sehingga semakin tinggi pula return saham yang diperoleh.
5. Pengaruh Return On Equity terhadap Return Saham Dari hasil pengujian secar parsial return on equity tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham pada tingkat kepercayaan sebesar 95. Hal ini ditunjukkan oleh t
hitung
sebesar -0,734 dengan nilai signifikan 0,468, sedangkan t
tabel
adalah 2,02, sehingga t
hitung
t
tabel
-0,734 2,01. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Krisnawati 2009 yang menunjukkan bahwa return on equity memiliki pengaruh yang negatif terhadap return saham. Hasil pengujian ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marisa 2010 yang menunjukkan return on equity secara parsial tidak berpengaruh terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Koefisien regresi variabel return on equity sebesar -8,637 menunjukkan bahwa setiap kenaikan return on
equity sebesar 1 satuan, maka perubhan return saham yang dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 8,637 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
Nilai return on equity merupakan salah satu cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Semakin besarnya return on equity
suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola modal yang ditanamkan secara efektif sehingga mampu menghasilkan laba
yang maksimal. Pada saai ini, investor lebih tertarik untuk mendapatkan imbal hasil return atas dana yang mereka tanamkan berupa keuntungan atas jual
beli saham daripada mendapatkan dividen. Oleh karena itu, para investor kurang tertarik untuk memantau nilai return on equity suatu perusahaan karena
mereka tidak mengharapkan laba yang akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut untuk dibagikan kepada para pemegang saham.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan real estate dan properti baik secara simultan maupun parsial.
1. Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio, net profit margin, earning per share,
return on investment dan return on equity terhadap return saham perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI Hasil penelitian
menujukkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Krisnawati 2009 dan Marisa
2010 dan yang menyatakan bahwa kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur secara simultan.
2. Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan Real Estate dan Properti
yang terdaftar di BEI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
Krisnawati 2009 yang menyatakan bahwa debt to equity ratio secara