2.2. Latar Belakang Pendidikan Di Pematang Siantar Sebelum Tahun 1962
Sebelum masuknya pendidikan Barat, yang diperkenalkan oleh pemerintah Belanda melalui politik ethisnya, di Sumatera Utara pada umumnya telah
berkembang pendidikan yang berakar pada ajaran-jaran islam. Pendidikan- pendididkan Islam inipun ikut berkembang dengan masuknya pengaruh pendididkan
barat, mulai dari perubahan dalam sistem pengajaran smpai kepd perubahan kurikulum. Perubahan yang terlihat dari pengaruh tersebut ialah diperkenalkannya
sarana pendidikan seperti papantulis, meja, kursi belajar dan lain sebagainya. Pada masa kolonial Belanda pendidikan yang pernah didirikan adalah
Europase Lgere School ELS pada tahun 1920. Sekolah ini umumnya diperuntukkan bagi anak-anak bangsa Eropah, anak-anak pegawai bangsa Indonesia yang dianggap
sederajat dengan dengan bangsa Belanda dan anak-anak Cina dari kalangan Mayor dan Kapten. Kurikulum sekolah ELS mengikuti kurikulum yang berlaku di Belanda.
Dengan demikian murid yang banyak diterima di ELS biasanya murid yang menggunakan bahasa Belanda di rumahnya.
Sekolah untuk masyarakat bawah baru didirikan pada pertengahan abad ke-20 dengan nama Volkschool sekolah rakyat. Sekolah ini mengajarkan membaca dan
menulis bahasa melayu dan huruf latin, berhitung serta bahasa daerah. Tujuan pendirian sekolah ini sekedar untuk membebaskan rakyat dari buta huruf dan juga
untuk mengisi kedudukan pegawai rendahan di kerajaan atau di perkebunan seperti mandor atau kerani.
Lulusan ELS melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi yaitu disekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwus MULO yang didirikan pada tahun
Universitas Sumatera Utara
1920. sekolah ini terdapat di Medan yang terletak di jalan Cut Meutiah sekarang atau dahulu Jan Lighart Laan. Untuk masuk disekolah ini, murid-murid harus menjalani
testing terlebih dulu. Bagi murid-murid yang lulus akan diterima di kelas satu, sedangkan bagi yang tidak lulus diterima pada Voorklas atau kelas pendahuluan. Di
Medan, MULO terbagi atas Afdeling A yaitu untuk jurusan bahasa dan kebudayaan dan afdelinh B untuk jurusan ilmu pasti.
Pemerintah militer Jepang menggabungkan pendidikan tingkat sekolah dasar menjadi satu macam saja sehingga mempermudah pengawasan sekolah tersebut.
Sekolah-sekolah pada masa pemerintahan Jepang antara lain: 1.
sekolah umum terdiri dari: •
sekolah rakyat 6 tahun kokumin gakko •
sekolah menengah 3 tahun •
sekolah menengah tinggi 3 tahun 2.
sekolah guru terdiri dari: •
sekolah guru 2 tahun syoto syihan gakko •
sekolah guru 4 tahun guto syihan gakko •
sekolah guru 6 tahun koto syihan gakko Semua sekolah memakai bahasa pengantar bahasa Indonesia dan dianggap
sebagai mata pelajaran utama. Bahasa Jepang menjadi matapelajaran wajib. Bahsa daerah juga diajarkan kepada murid-murid kelas 1 dan kelas 2 sebagai bahasa
pengantar sampai murid mengerti bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia baru diajarkan padamurid kelas 3. Disamping proses belajar-mengajar, murid juga
Universitas Sumatera Utara
diharuskan melakukan kerja bakti kinro hosyi dan latihan jasmani serta latihan kemiliteran.
Setelah terbentuknya Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1948 maka banyak dibangun Sekolah Menengah Umum, karena tamatan Sekolah Menengah telah
banyak maka didirikanlah Sekolah Menengah Tinggi di Pematang Siantar. Agresi Militer Belanda I melanda sebahagian besar daerah di Sumatera Utara maka Sekolah
Menengah Tinggi kemudian dipindahkan ke Medan dan merupakan sekolah republik yang berada di bawah pendudukan Belanda, Sekolah Menengah Tinggi ini disebut
dengan SMA Darurat.
9
Banyak anak usia sekolah dan kurangnya daya tampung yang tidak dapat disediakan oleh pemerintah mengakibatkan banyaknya anak usia sekolah yang
Badan ini terdiri dari 52 anggota yang berasal dari semua lapisan dan aliran yang ada dan mencakup semua lapangan dan tingkatan. Di awal kemerdekaan tujuan
pendidikan dan pengajaran mengarah kepada usaha membimbing anak didik untuk menjadi warga negara yang mempunyai rasa tanggung jawab dan berjiwa intelektual
sehingga pendidikan harus dilanjutkan sampai ke perguruan tinggi. Menyangkut perguruan tinggi, maka kebijakan yang dikeluarkan pada waktu
itu adalah agar perguruan tinggi diadakan seluas-luasnya. Dan bila perlu dapat merekrut pengajar dari tenaga-tenaga asing sebagai guru besar untuk dapat mengajar
di perguruan tinggi yang akan dikembangkan di Sumatera Utara.
9
Sumarsono Mestoko, Pendidikan Indonesia dari Jaman ke Jaman, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979, hlm.
51
Universitas Sumatera Utara
sekolahnya terputus atau tidak dapat melanjutkan pendidikanya kejenjang yang lebih tinggi. karena untuk melanjutkan pendidikan tersebut harus keluar dari Pulau
Sumatera.
2.3 Berdirinya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nomensen Pematang Siantar