David dan Newstrom mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang.
Menurut Beehr dan Franz dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17, mendefinisikan stress kerja sebagai “suatu proses yang menyebabkan orang
merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu”.
Sementara, Robbins mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi yang dinamis di mana seseorang dikonfrontasikan dengan kesempatan, hambatan, atau
tuntutan yang berhubungan dengan apa yang diinginkannya dan untuk itu keberhasilannya ternyata tidak pasti 2007:368.
Evan dan Johnson 2000 menyebutkan bahwa stres kerja merupakan satu faktor yang menentukan naik turunnya kinerja pegawai. Hal ini juga didukung
Luthans 2006 bahwa pemicu stres kerja tersebut berasal dari interaksi seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya yang tidak nyaman.
Berdasarkan beberapa pengertian yang diungkapkan diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi dimana
seorang pegawai mengalami gangguan psikologis maupun fisik dalam menghadapi suatu permasalahan atau pekerjaan yang berakibat merusak kinerja pegawai.
1.5.1.2 Gejala Stres Di Tempat Kerja
Pengaruh stres kerja tidak selalu negatif atau dengan kata lain stres kerja juga dapat memberikan dampak yang menguntungkan bagi organisasi. Pada
taraf stres tertentu stres diharapkan dapat memacu pegawai untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Pekerja atau pegawai yang
berada dalam kondisi stres kerja akan menunjukkan perubahan perilaku.
Perubahan tersebut terjadi sebagai bentuk usaha mengatasi stres kerja yang dialami. Robbins 2007:375-377 membagi tiga jenis konsekuensi yang
ditimbulkan oleh stres kerja: a.
Gejala fisiologis Stres menciptakan penyakit-penyakit dalam tubuh yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung berdebar, bahkan hingga sakit jantung.
b. Gejala psikologis
Gejala yang ditunjukkan adalah ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda dan lain sebagainya. Keadaan stres seperti ini
dapat memacu ketidakpuasan. c.
Gejala perilaku Stres yang dikaitkan dengan perilaku dapat mencakup dalam perubahan
dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya pegawai. Dampak lain yang ditimbulkan adalah perubahan dalam kebiasaan sehari-hari seperti
makan, konsumsi alkohol, gangguan tidur dan lainnya. Gejala stres ditempat kerja menurut Veithzal Rivai Deddy Mulyadi
2003:309 ada 7, yaitu; a. Kepuasan kerja rendah
b. Kinerja yang menurun c. Semangat dan energy menjadi hilang
d. Komunikasi tidak lancar e. Pengambilan keputusan jelek
f. Kreativitas dan inovasi kurang
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif Menurut Bambang Tarupolo, 2002:5. Gejala- gejala stres kerja dapat
berupa letih dan lelah, kecewa, perasaan tidak berdaya, gangguan tidur, kegelisahan, ketegangan, kecemasan, cepat marah, kehilangan rasa percaya diri,
perasaan kesepian atau keterasingan, makan terlalu sedikit, mudah tersinggung, berdebardebar dan sulit berkonsentrasi.
1.5.1.3 Sumber-Sumber Stres Kerja Penyebab Stres Kerja
Keberadaan stres kerja yang dialami oleh pegawai tentu saja tak dapat dipisahkan dari sumber-sumber penyebab stres kerja tersebut. Robbins
menyatakan, sumber stres kerja yang dialami oleh seorang pegawai setidaknya ada 3 Robbins, 2003. Sumber stres kerja tersebut adalah:
a. Konflik Kerja
Konflik kerja adalah ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota atau kelompok dalam organisasi yang timbul karena harus menggunakan sumber
daya secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama, atau karena mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda.
Konflik kerja juga merupakan kondisi yang dipersepsikan ada antara pihak- pihak yang merasakan adanya ketidaksesuaian tujuan dan peluang untuk
mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lainTuntutan peran. b.
Beban Kerja.
Beban kerja adalah keadaan dimana pegawai dihadapkan pada sejumlah pekerjaan dan tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Pegawai juga merasa tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena standar pekerjaan terlalu tinggi.
c. Waktu Kerja
Pegawai selalu dituntut untuk segera menyelesaikan tugas pekerja sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam melakukan pekerjaannya pegawai
merasa dikejar oleh waktu untuk mencapai target kerja. d.
Sikap Pemimpin
Dalam setiap organisasi kedudukan pemimpin sangat penting, seorang pemimpin melalui pengaruhnya dapat memberikan dampak yang sangat
berarti terhadap aktifitas kerja pegawai. Dalam pekerjaan yang bersifat stessfull, para pegawai bekerja lebih baik jika pimpinannya mengambil
tanggung jawab lebih besar dalam memberikan pengarahan.
Copper dan Davidson Veithzal, 2003:313 membagi penyebab stress dalam pekerjaan menjadi dua, yakni:
a. Group stressors, adalah penyebab stress yang berasal dari situasi maupun
keadaan di dalam organisasi, misalnya kurangnya kerjasama antara pegawai, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan
social dari sesama pegawai di dalam organisasi. b.
Individual stressor, adalah penyebab stress yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, control personal dan tingkat
kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.
1.5.1.4 Ambang Stres Kerja