Masalah gizi pada remaja.

19 kkalcm. Banyaknya energy yang dibutuhkan oleh remaja dapat diacu pada tabel RDA Recommended Daily Allowances, Arisman,2004

2.2.2. Masalah gizi pada remaja.

Menurut Narendra 2002 masalah makan yang sering timbul pada masa remaja, adalah: a. Makan tidak teratur Pada masa remaja aktifitasnya tinggi, baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Mereka sering makan dengan cepat lalu keluar rumah. Tidak jarang mereka makan di luar rumah, dengan risiko mereka makan dengan komposisi gizi yang tidak seimbang. Banyak iklan makanan dengan sasaran remaja, antara lain restoran cepat saji. Oleh karena itu sebaiknnya di rumah disediakan sayur dan buah segar, untuk menjaga agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi. Pola makan remaja sering kacau. Tidak jarang mereka makan pagi dan siang dijadikan satu, remaja perempuan cenderung sering melakukan diet dibanding remaja laki-laki. Padahal untuk memenuhi kebutuhan pada puncak pacu tumbuh, mereka memerlukan makan lebih sering atau dalam jumlah yang banyak, agar pertumbuhannya optimal. Tetapi hati-hati pada saat pertumbuhan mulai melambat, karena kebiasaan makan berlebihan dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang merugikan antara lain obesitas. Kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang merupakan masalah remaja yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan status gizinya. Keadaan ini tergantung pada jumlah dan lama pemakaian dan status kesehatan remaja yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara b. Anoreksia nervosa Remaja dengan gangguan anoreksia nervosa pada umumnya disebabkan kesalahan dalam menginterprestasikan penampilannya dengan cara menurunkan berat badannya. Asupan energi berkurang tetapi pengeluaran meningkat melalui olahraga yang berlebihan, bahkan kadang-kadang melalui rangsangan sendiri agar muntah, atau menggunakan laksansia atau diuretik. Tidak jarang gangguan psikologis ini menetap dan tidak bisa diatasi sendiri. c. Bulimia Nervosa Bulimia nervosa lebih sering pada dewasa, jarang menyebabkan penurunan status gizi yang sering seperti pada anoreksia nervosa. Pada umumnya penderita bulimia mempertahankan berat badannya normal atau mendekati normal, dengan cara memuntahkan secara periodik makanan yang dimakan. Mereka cenderung mempunyai pendapat yang tidak realistis terhadap makanan yang diperlukan oleh tubuh. Keadaan ini akan menjadi masalah yang serius bila menjadi suatu obsesi, sehingga dapat mempengaruhi sekolahpekerjaannya. d. Obesitas Obesitas pada masa remaja dapat disebabkan faktor psikologis, fisiologis maupun adat istiadat. Makin lama remaja mengalami obesitas, makin besar kecenderungannya menjadi obesitas sampai dewasa. Pendidikan tentang penanggulangan kegemukan dapat dibuat lebih efektif dengan melalui berbagai cara pendekatan, misalnya melalui organisasi pemuda atau kelompok olah raga. Universitas Sumatera Utara Agar berhasil, program terapi harus meliputi diet, olah raga, dan dukungan psikologis termasuk dan keluarganya. 2.3. Perilaku Makan Remaja Perilaku behavior adalah suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan khusus baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar Green, 1980. Skiner dalam Atmodjo 2007, seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa prilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan healthy behavior adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, peñyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Menurut Levi dalam Purwaningrum 2008 aspek-aspek perilaku makan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Keteraturan waktu makan. Keteraturan waktu makan adalah konsistensi untuk mengikuti anjuran tiga waktu makan yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam. Keteraturan waktu makan bukan saja memberi cadangan energi bagi tubuh namun dapat juga menyeimbangkan metabolisme tubuh. Bagi pelajar sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar. Sarapan pagi juga dapat menghindarkan diri dari mengonsumsi berbagai makanan ringan pada saat sebelum makan siang atau makan malam dengan porsi yang lebih besar yang pada ahirnya dapat menyebabkan masalah gizi. 2. kebiasaan makan. Kebiasaan makan dapat dilihat dalam beberapa hal diantaranya aktifitas yang dilakukan ketika makan. Pada saat makan dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas yang lain seperti menonton televisi, berdiskusi, ataupun aktifitas lainnya. Hal tersebut bukan saja dapat mengganggu kenikmatan pada makanan namun dapat juga menyebabkan kurangnya pengendalian diri pada banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi. 3. Alasan makan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan remaja makan, seperti makan dilakukan karena memenuhi kebutuhan fisiologis yaitu makan karena untuk memenuhi rasa lapar dan berhenti setelah merasa kenyang. Makan juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dengan Universitas Sumatera Utara mengikuti perasaan dan suasana hati, dan terkadang makan juga digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial agar dapat bersosialisasi dengan teman sebaya atau kelompok bahkan dapat juga untuk meningkatkan gengsi. 4. jenis makanan yang di makan. Terkadang remaja tidak terlalu jeli dalam memilih makanan. Dalam memilih jenis makanan kadang lebih banyak hanya mempertimbangkan nilai gengsi makanan bukan pada kandungan gizi makanan tersebut. Hal tersebut menyebabkan banyak remaja menggonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak namun sedikit serat. 5. perkiraan kalori yang dikandung makanan yang dimakan. Pada sebagian orang jumlah kalori yang dikandung dalam makanan bukanlah hal yang penting, namun pada sebagian lainnya dengan tujuan tertentu jumlah kalori yang terkandung dalam makanan merupakan sesuatu yang sangat diperhitungkan. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku makan mencakup praktek terhadap makan, alasan makan, jenis makanan yang dimakan dan perkiraan jumlah kalori dalam makanan. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh Universitas Sumatera Utara lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian, atau food fadism, merupakan sebagian contoh keterpengaruhan ini. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan, tidak jarang berujung pada anoreksia nervosa. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar atau hanya menyantap kudapan. Lebih jauh, kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media terutamá iklan di televisi. Teman akrab sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Hampir 50 remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja 89 yang menyakini kalau sarapan memang penting, namun mereka yang sarapan secara teratur hanya 60. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu menghilangkan nafsu makan. Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah anoreksia nervosa, anoreksia nervosa merupakan masalah kejiwaan, namun terkait erat dengan masalah gizi. Masalah lain ialah bolos sekolah, neurosis vegetatif psikosomatik misalnya sakit kepala, dan perut, kelainan haid, penyakit jiwa, dan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti hipertensi, obesitas, dan hiperlipidemia. Tidak sedikit survei yang mencatat ketidakcukupan asupan zat gizi para remaja. Mereka bukan hanya melewatkan waktu makan terutama sarapan dengan alasan sibuk, tetapi juga terlihat sangat senang mengunyah junk food Johnson dkk, Universitas Sumatera Utara 1994. Di samping itu, kekhawatiran menjadi gemuk telah memaksa mereka untuk mengurangi jumlah pangan yang seharusnya disantap.

2.4. Status Gizi Remaja