3. Persuasi Persuasi dapat berupa persuasi sosial orang lain yang menyakinkan bahwa
kita dapat melakukan sesuatu atau persuasi diri meyakinkan diri sendiri Zimbardo 2005.
4. Pembangkit fisiologis Pembangkit fisiologis yaitu individu mengamati tingkat efficacy dengan
memperhatikan reaksi emosional dalam mengahadapi situasi. Ketika individu merasa terlalu cemas atau takut, mereka akan mengantisipasi
kegagalan. Individu yang tidak terlalu tegang cenderung mempersepsikan dirinya dapat berhasil.
Robbins 2007 mengungkapkan sumber atau indikator dari self efficacy yang tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Bandura, yaitu: perasaan
mampu melakukan pekerjaan, kemampuan yang lebih baik, senang pekerjaan yang menantang dan kepuasan terhadap pekerjaan.
2.2.5. Teori tentang Karakteristik Lingkungan Kerja
Menurut Supardi dalam Subroto, 2005 “lingkungan kerja merupakan keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik yang dapat
memberikan kesan yang menyenangkan, mengamankan, menentramkan, dan betah kerja.” Berdasarkan teori tersebut maka dapat diambil pengertian bahwa
keadaan lingkungan sekitar para karyawan bekerja merupakan tempat yang menentukan para karyawan dalam bekerja perlu diciptakan suatu lingkungan yang
kondusif yang dapat menentramkan dan betah dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Subroto 2005 mengklasifikasi faktor lingkungan kedalam 2 dua kelompok, antara lain :
1. Lingkungan kerja non fisik a. Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah latar belakang keluarga, yaitu antara lain status keluarga,
jumlah keluarga, tingkat kesejahteraan dan lain-lain. b. Faktor status sosial
Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi pula kewenangan dan keleluasaan dalam mengambil keputusan.
c. Faktor hubungan kerja dalam organisasi Hubungan kerja yang ada dalam orgnasasi adalah hubungan kerja
antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan atasanpimpinan.
d. Faktor sistem informasi Hubungan kerja akan dapat berjalan dengan baik apabila ada
komunikasi yang baik diantara anggota organisasi. Adanya komunikasi akan berinteraksi, saling memahami, saling mengerti satu sama lain
dapat menghilangkan perselisihan salah faham. 2. Lingkungan kerja fisik
a. Faktor lingkungan tata ruang kerja Tata ruang kerja yang baik akan mendukung terciptanya hubungan
kerja yang baik antara sesama karyawan maupun dengan atasan karena akan mempermudah mobilitas bagi karyawan untuk bertemu. Tata
Universitas Sumatera Utara
ruang yang tidak baik akan membuat ketidaknyamanan dalam bekerja sehingga menurunkan tranfer pelatihan.
b. Faktor kebersihan dan kerapian ruang kerja Ruang kerja yang bersih, rapi, sehat dan aman akan menimbulkan rasa
nyaman dalam bekerja. Hal ini akan meningkatkan gairah dan semangat kerja pegawai dan secara tidak langsung akan meningkatkan
tranfer pelatihan. Menurut Nitisemito 2004 lingkungan kerja adalah segala : sesuatu yang
ada di sekitar pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas- tugas yang dibebankan. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan kerja yang harus
diketahui dan diperhatikan yang berpengaruh besar terhadap semangat kegairahan kerja antara lain pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara, penerangan, keamanan
dan kebisingan. Kondisi lingkungan yang sehat dan aman merupakan dambaan setiap orang yang akan lebih baik apabila ditunjang dengan kondisi kantor yang
baik dan peralatan yangmemadai maka akan menjadikan kinerja pegawai baik.
2.3. Kerangka Konseptual
Baldwin Ford 2008 mengatakan bahwa transfer pelatihan merupakan penerapan pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang dipelajari dalam pelatihan,
diterapkan pada situasi kerja dan selanjutnya memeliharanya selama waktu tertentu. Transfer pelatihan bukanlah hal yang sederhana, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhinya. Dalam banyak penelitian ditemukan bahwa kesuksesan dalam proses transfer pelatihan dipengaruhi oleh karakteristik peserta dan
karakteristik lingkungan kerja. Beberapa karakteristik peserta pelatihan
Universitas Sumatera Utara