kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karena itu  apabila mengalami kegagalan mereka cenderung menyalahkan lingkungan sekitar  yang menjadi
penyebabnya. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap tindakan dimasa datang, karena merasa tidak mampu dan kurang usahanya maka mereka tidak mempunyai
harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut. Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontinyu
dari internal menuju eksternal, oleh karenanya tidak satupun individu yang benar- benar  internal atau yang benar-benar eksternal. Kedua tipe locus of control
terdapat pada setiap individu, hanya saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki salah satu tipe locus of control tertentu. Disamping itu locus of control tidak
bersifat statis tapi juga dapat berubah. Individu yang berorientasi internal locus of control dapat berubah menjadi individu yang berorientasi external locus of control
dan begitu sebaliknya, hal tersebut disebabkan karena situasi dan kondisi  yang menyertainya yaitu dimana ia tinggal dan sering melakukan aktifitasnya.
2.2.4.2. Teori tentang Self Efficacy
Self efficacy diturunkan dari teori kognitif sosial sosial cognitif theory hal  tersebut dikemukakan oleh Bandura dalam Davis 2002. Teori ini
memandang pembelajaran  sebagai penguasaan pengetahuan melalui proses kognitif informasi yang diterima.  Dimana Sosial mengandung pengertian bahwa
pemikiran dan kegiatan manusia  berawal dari apa yang dipelajari dalam masyarakat. Sedangkan kognitif  mengandung pengertian bahwa terdapat
kontribusi influensial proses kognitif  terhadap motivasi, sikap dan perilaku manusia. Secara singkat teori ini menyatakan, sebagaian besar pengetahuan dan
perilaku anggota organisas digerakkan dari lingkungan, dan secara terus menerus
Universitas Sumatera Utara
mengalami proses berpikir  terhadap informasi yang diterima. Hal tersebut mempengaruhi motivasi, sikap, dan perilaku individu. Sedang proses kognitif
setiap individu berbeda tergantung keunikan karakteristik  personalnya. Self efficacy dinyatakan sebagai kepercayaan seseorang bahwa dia dapat
menjalankan sebuah tugas pada sebuah tingkat tertentu, adalah salah satu dari faktor yang mempengaruhi aktifitas pribadi terhadap pencapaian tugas Bandura
dalam Davis, 2002. Demikian pula self efficacy yang terjadi pada peserta pelatihan, dimana pengetahuan dan perilaku mereka digerakkan dari lingkungan
yang kemudian  mengalami proses perpikir terhadap informasi yang diterima. Adanya  self efficacy pada peserta pelatihan akan dapat menambah kepercayaan
dirinya bahwa dia dapat menjalankan tugas pelatihan secara benar. Seperti yang dikemukakan oleh Noe, et al 2000 bahwa self efficacy adalah tingkat
kepercayaan karyawan, bahwa mereka dapat berhasil mempelajari isi program pelatihan. Meskipun kerangka kerja ini menghasilkan kinerja, tingkat aktifitas
bervariasi dari cakap ke kreatif, tingkat self efficacy dapat dicapai melalui interaksi manusia dan kognisi mental,  merupakan fokus yang dapat dipercaya
menghasilkan transfer positip dan transfer ketrampilan terhadap lingkungan kerja Decker,  2008. Sebuah kajian literature  pelatihan, menunjukkan bahwa self
efficacy mungkin memiliki sebuah efek positip terhadap pemeliharaan keahlian. Seberapa jauh orang meningkatkan self eficacy melalui keberhasilan
performansi akan tergantung seberapa besar usaha yang dikeluarkan. Keberhasilan yang diperoleh melalui usaha yang besar memberikan  efficacy  yang lebih kecil
daripada keberhasilan yang diperoleh dengan usaha yang sedikit. Hal ini disebabkan karena performansi yang mudah dicapai memberi kesan tingkat
Universitas Sumatera Utara
kemampuan diri yang lebih tinggi dari pada prestasi yang diperoleh melalui kerja yang lambat dan berat.
Self efficacy yang menyebabkan keterlibatan aktif dalam kegiatan, mendorong perkembangan kompetensi, sebaliknya self inefficacy yang
mengarahkan individu untuk menghindari lingkungan dan kegiatan, memperlambat perkembangan potensi dan melindungi persepsi diri yang negatif
dari perubahan yang membangun Bandura dalam Davis, 2000. Penilaian efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang dikeluarkan dan seberapa lama
individu bertahan dalam menghadapi rintangan dan pengalaman yang menyakitkan.  Semakin kuat persepsi self efficacy semakin giat dan tekun usaha-
usahanya. Ketika mengahadapi kesulitan, individu yang mempunyai keraguan diri yang besar tentang kemampuannya akan mengurangi usaha-usaha atau menyerah
sama  sekali. Sedangkan mereka yang mempunyai perasaan efficacy  yang kuat menggunakan usaha yang lebih besar untuk mengatasi tantangan Bandura dalam
Davis, 2000. Penilaian kemampuan sangat penting bagi individu, individu yang menilai
terlalu tinggi kemampuannya bila melakukan kegiatan yang tidak dapat diraih akibatnya ia mengalami kesulitan untuk menurunkan kredibilitasnya dan
menderita kegagalan. Sebaliknya individu yang menilai terlalu rendah kemampuannya akan membatasi dirinya dari pengalaman yang menguntungkan,
untuk itu individu harus memperoleh pengetahuan diri berkenan dengan kemampuan, kecakapan fisik, dan keterampilan untuk mengatasi situasi-situasi
yang dijumpainya sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Bandura dalam Davis 2002 menggambarkan empat sumber informasi yang mengarah ke self efficacy yaitu :
1.  Penguasaan aktif Penguasaan aktif dengan melihat pada diri peserta seberapa besar dia dapat
menguasai pelatihan, penguasaan aktif akan dapat meningkatkan self efficacy  sedangkan orang yang tidak menguasai pelatihan akan ada
kecenderungan menurunkan self efficacy. 2.  Pengalaman
Pengalaman, baik pengalaman diri maupun pengalaman orang lain menyediakan informasi langsung mengenai kemampuan memprediksi dan
mengatasi ancaman-ancaman untuk mengembangkan dan membuktikan self  efficacy  yang kuat. Secara umum, keberhasilan akan meningkatkan
self  efficacy, sedangkan kegagalan akan menurunkan efficacy. Hal ini dapat  dijelaskan misalnya pengalaman masa lalu mengenai keberhasilan
dan kegagalan seseorang akan dapat diharapkan menjadi sumber efficacy. Secara  umum keberhasilan akan meningkatkan efficacy  sedangkan
kegagalan akan menurunkan efficacy. Pengalaman orang lain yang memiliki kesamaan mampu melakukan
sesuatu dengan berhasil dapat meningkatkan self efficacy seseorang dan sebaliknya, mengamati orang lain yang dipersepsikan sama kompetensinya
gagal,  meskipun telah berusaha keras, akan merendahkan penilaian seseorang tentang  kemampuannya dan menurunkan usahanya Bandura
dalam Davis, 2002.
Universitas Sumatera Utara
3.  Persuasi Persuasi dapat berupa persuasi sosial orang lain yang menyakinkan bahwa
kita dapat melakukan sesuatu atau persuasi diri meyakinkan diri sendiri Zimbardo 2005.
4.  Pembangkit fisiologis Pembangkit fisiologis yaitu individu mengamati tingkat efficacy  dengan
memperhatikan reaksi emosional dalam mengahadapi situasi. Ketika individu  merasa terlalu cemas atau takut, mereka akan mengantisipasi
kegagalan. Individu yang tidak terlalu tegang cenderung mempersepsikan dirinya dapat berhasil.
Robbins 2007 mengungkapkan sumber atau indikator dari self efficacy yang tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Bandura, yaitu: perasaan
mampu  melakukan pekerjaan, kemampuan yang lebih baik, senang pekerjaan yang menantang dan kepuasan terhadap pekerjaan.
2.2.5. Teori tentang Karakteristik Lingkungan Kerja