Teori Cinta Sigmund Freud

3. Syauq, cinta antara mukmin dengan mukmin yang lainnya. Antara suami istri, antara orang tua-anak. 4. Shahabah. Yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah islamiah. 5. Lthf, yaitu rasa simpati yang ditujukan kepada sesama manusia . rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, berdakwah dan sebagainya. 6. Lnthifa, yaitu keinginan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan, keinginan terhadap harta benda. www.cahayahidayah.mukjizat-cinta-dan- iman.html.

2.1.5 Teori Cinta Sigmund Freud

Tema utama dalam penelitian ini adalah sebuah representasi cinta yang ditampilkan dalam film, tema cinta dalam penelitian ini memiliki suatu perbedaan tema cinta yang diangkat dalam tema-tema cinta sebelumnya. Didalam psikoanalisis, Freud mengemukakan teori cinta yang membhas cinta seksual dimana obyek cinta adalah lawan jenis; ini semua merupakan obyek-obyek normal yang dimiliki insting seksual. Semua jenis cinta lain misalnya cinta diri, cinta familial, persahabatab dan cinta akan kemanusiaan, cinta terhadap obyek konkrit maupun abstrak, dibentuk lewat pengalihan obyek normal atau rintangan atau lewat penyimpangan dari tujuan normal. Dalam praktek psikoanalisisnya Freud telah menjadi sangat terbiasa dengan kehidupan cinta yang menyangkut fenomena cinta yang tak biasa, bagaimana semua ketidaknormalan cinta dapat dimengerti dan djelaskan. Dalam suatu kehidupan manusia Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mengalami suatu perkembangan yang emrupakan akar dari suatu sikap dan perilaku seorang manusia. Tahap perkembangana seorang anak, memiliki beberapa serangkaian tahapan yang secara dinamis bertahan selama lima tahun pertama kehidupan, kemudian selama suatu proses periode lima atau enam tahun berikutnya menjadi stabil. Masing- masing tahap perkembangan selama lima thaun pertama ditentukan oleh cara-cara reaksi suatu zona tubuh tertentu. Dirumuskan dengan singkat, Oedipus dan Elektra kompleks ditimbulkan adanya permusuhan ataupun persaingan antara orang tua dan anak sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya atau mencari sosok yang sama seperti ibunya. Perasaan –perasaan ini menyatakan diri dalam khayalan pada waktu anak-anak melakukan masturbasi dan dalam bentuk pergantian antara sikap cinta dan sikap cinta melawan orang tuanya. Mengenai kompleks Oedipus dan kompleks Elektra, Karen Horney berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah suatu konflik seksual dan agresif yang terjadi antara anak dengan orang tuanya, melainkan kecemasan yang timbul dari gangguan-gangguan dasar, misalnya penolakan, perlindungan yang berlebihan dan hukuman-hukuman yang diterapkan dalam sebuah keluarga. Agresif bukanlah sifat bawaan, sebagaimana dinyatakan Freud, melainkan merupakan cara dimana manusia berusaha melindungi keamanannya. Narsisme pada dasarnya bukanlah cinta diri, melainkan penbawaan diri dan penilaian diri yang berlebihan akibat perasaan – perasaan tidak aman. Hall,CalvinLindzey,Gardney,1993:265 Teori Oedipus komplek dan Elektra komplek, didasarkan pada kenyataan didalam Oedipus komplek, bahwa mama atau sang ibu mengatur ego dan kebutuhan sang anak. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hal ini, yang menyebabkan terjadinya perasaan khusus yang disebut cinta seorang anak terhadap sosok ibunya sendiri muncul, begitu sebaliknya yang disebut Elektra komplek. Santas,Gerosimos,2002:200.

2.1.6 Model Semiotika John Fiske