Loyalitas Konsumen LANDASAN TEORI
9
Menurut Assael 1992, ada empat pola pembelian konsumen, yaitu : a. Reversion, yaitu konsumen pernah membeli merek baru dan kemudian
kembali lagi ke merek lama. Misalnya, konsumen sejak dulu mengkonsumsi rokok merek “Gudang Garam Filter”, kemudian ia
mencoba merek “Djarum Super”, namun kemudian ia tidak menyukainya, maka ia pindah lagi ke merek “Gudang Garam Filter”.
b. Conversion, yaitu konsumen tetap loyal kepada merek baru. Misalnya, konsumen mengkonsumsi rokok merek “Gudang Garam Filter” ia
kemudian mencoba membeli merek “Djarum Super” ternyata ia menyukai merek “Djarum Super”, maka ia pun terus membeli merek
“Djarum Super”. c. Vacilation, yaitu konsumen membeli bergantian atara merek lama
dengan merek baru. Misalnya konsumen bergantian membeli rokok merek merek “Gudang Garam Filter” dan “Djarum Super” karena ia
menyukai keduanya. d. Experimentation, yaitu konsumen selalu mencoba merek baru.
Misalnya konsumen selalu membeli rokok merek baru untuk mengetahui rasanya sehingga ia tidak pernah loyal terhadap satu
merek. Loyalitas diawali dengan proses pemilihan berdasarkan pada alasan
obyektif. Setelah beberapa waktu, pilihan tersebut menimbulkan ikatan emosional dengan konsumen. Konsumen yang loyal secara aktif akan
mempunyai keterlibatan tinggi dengan polanya tersebut Solomon, 2002. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Suatu pembelian dapat diulang karena konsumen belajar dari pengalaman masa lalu. Konsumen mengulang pembelian pada suatu
barang yang telah memberikan kepuasan. Dalam hal ini proses pengambilan keputusan yang kompleks tidak akan terjadi pada setiap kali
pembelian. Loyalitas merupakan hasil dari kepuasan dan komitmen, sama ketika konsumen memutuskan untuk pembelian berikutnya Assael, 1992.
Merek akan memiliki posisi yang sangat kuat sehingga bisa menjadi suatu modal. Jika merek tersebut telah dikenal, memiliki asosiasi merek
yang baik, persepsi kualitas yang baik, maka merek tersebut akan memiliki pelanggan setia Aaker, 1991 senada dengan pendapat tersebut, Waren
Swa, 2005 mengemukakan merek adalah seluruh atribut baik berwujud maupun tidak dan menjadi suatu jaminan kredibilitas mutu dan keaslian.
2. Loyalitas Merek Loyalitas terhadap suatu produk cenderung diistilahkan sebagai
loyalitas merek karena konsumen selalu mengaitkan pada mereknya demi mempermudah mencari produk yang pernah dibelinya. Cara mengukur
loyalitas merek didefinisikan sebagai berikut Engel Blackwell, 1982 : a. Brand choice sequences atau tahapan pilihan merek
Loyalitas merek diukur berdasarkan tahapan-tahapan merek yang dibeli dan kemudian ditempatkan pada salah satu di antara empat
macam kategori loyalitas merek. Misalnya : merek A, B, C, D, E, F yang merupakan aneka macam merek dalam kelompok produk tertentu.
Kemudian konsumen yang melakukan pembelian produk tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
ditempatkan pada salah satu di antara empat macam kategori loyalitas merek berdasarkan macam-macam merek yang diteliti. Kategori
loyalitas merek tersebut adalah : 1 Undivided loyalty atau loyalitas mutlak : A, A, A, A, A, A yaitu
tahapan yang tidak terputus-putus. Konsumen hanya membeli merek tunggal dan tidak jadi membeli jika merek tersebut tidak tersedia.
2 Devided loyalty atau loyalitas terpencar : A, B, A, B, A, B yaitu pembelian yang konsisten dari dua merek atau lebih.
3 Unstable loyalty atau loyalitas tidak mantap : A, A, A, B, B, B yaitu konsumen berpindah dari satu merek ke merek lain tapi masih dalam
satu perusahaan. 4 No Loyalty atau tidak ada loyalitas : A, B, C, D, E, F yaitu konsumen
tidak memunyai kejelasan pola pembelian berulang. b. Proportion of purchases atau proporsi pembelian.
Loyalitas merek diukur dengan cara melihat proporsi pembelian total dari kelompok produk tertentu yang berkaitan dengan merek atau
kombinasi aneka merek. c. Preference over time atau kesukaan terhadap merek-merek tertentu
Loyalitas merek diukur berdasarkan seberapa besar kesukaan seseorang terhadap suatu merek, sehingga konsumen yang benar-benar
mempunyai kesukaan terhadap merek tertentu akan tetap membeli sekalipun harga barang dinaikkan lebih tinggi dibandingkan harga
merek lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
d. Pengukuran lain, seperti misalnya dengan menggunakan frekuensi pembelian dan pola pembelian ataupun kombinmasi pengukuran
tersebut. Loyalitas menurut Dick Basu dalam Tjiptono 2002 didefinisikan
sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek dan pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian
ulang yang konsisten. Definisi ini mencakup dua hal penting, yaitu loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua
komponen akan menghasilkan empat situasi kemungkinan, seperti gambar berikut ini :
Perilaku pembelian ulang Kuat
Lemah Rendah
Loyalty Latent Loyalty
Sikap Tinggi
Spurious Loyalty No Loyalty
Sementara itu, untuk mengkaitkan antara tingkat kepuasan dan tingkat loyalitas menurut Schnaars dalam Tjiptono, 2000 akan dihasilkan
empat alternatif situasi, yaitu failures, forced loyalty, defectors dan successes.
Loyalitas Lemah
Kuat Rendah
Failures Forced Loyalty
Kepuasan Tinggi
Defectors Successes PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Kondisi failures dicirikan dengan kondisi tidak puas dan tidak loyal, forced loyalty dicirikan dengan kondisi tidak puas, namun ada perasaan
terikat pada progran promosi yang dicanangkan perusahaan sehingga tetap menjadi loyal, sedangkan defectors dicirikan sebagai tingkat kepuasan
yang tinggi, tetapi merasa tidak harus terikat dengan produk tersebut dan successes dicirikan sebagai konsumen yang merasa puas dan paling
mungkin untuk memberikan word of mouth yang positif. Loyalitas pelanggan sering dihubungkan dengan loyalitas merek.
Ada dua perspektif, yaitu perspektif perilaku dan perspektif sikap. a. Perspektif perilaku, dalam perspektif ini loyalitas merek diartikan
sebagai pembelian ulang suatu merek secara konsisten oleh pelanggan. Kenyataannya jarang dijumpai pelanggan yang setia 100 hanya pada
satu merek tertentu. Oleh karena itu loyalitas merek dapat diukur misalnya melalui proporsi dan rentetan pembelian.
b. Perspektif sikap, bahwa pembelian ulang tidak dapat menjelaskan apakah konsumen benar-benar lebih menyukai merek tertentu
dibandingkan merek lain atau karena berada dalam situasi dipengaruhi oleh aspek lain. Oleh karena itu, dalam pengukuran loyalitas merek,
sikap pelanggan terhadap merek juga harus diteliti. Bila sikap pelanggan lebih positif favorable terhadap merek tertentu
dibandingkan dengan merek-merek lain, maka ia dikatakan loyal terhadap merek yang bersangkutan.
14
2. Aspek dalam Loyalitas Loyalitas konsumen terdiri dari 3 tiga aspek yaitu :
a. Aspek Komitmen, dengan ciri 1 Tidak mempunyai keinginan untuk berganti merek
2 Adanya sikap konsisten terhadap merek tertentu. Loyalitas pada umumnya menunjuk pada pola-pola pembelian
berulang dengan suatu komitmen pada merek, toko atau perusahaan dan komitmen ini akan bertahan lama. Laaksonen 1993 mengemukakan
bahwa keberadaan loyalitas ditunjukkan ketika konsumen menolak pengaruh untuk berpindah ke merek lain.
b. Aspek Minat, dengan ciri 1 Adanya motivasi kuat untuk tetap membeli produk tertentu.
2 Adanya perhatian khusus terhadap merek tertetu. Minat membeli menurut Markin Karnitasari, 1995 merupakan
aktivitas psikis yang timbul karena ada perasan dan pikiran terhadap sesuatu barang atau jasa yang diinginkannya. Apabila hal itu terjadi pada
pembelian berulang, maka kepercayaan, nilai dan citra ditunjukan pada barang dan jasa yang pernah dibeli sebelumnya.
c. Aspek Pembelian Berulang, dengan ciri 1 Adanya kebiasaan berulang untuk membeli merek produk tertentu.
2 Tidak pernah mengganti merek produk tertentu. Pembelian berulang sangat diperlukan untuk menunjukkan
perilaku loyal konsumen. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Loudon dan Bitta 1993, menjelaskan ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi loyalitas yaitu; a.
Variabel sosio ekonomi, demografi, dan psikologis, tetapi lebih cenderung ke arah produk yang spesifik daripada produk umum.
b. Perilaku loyal dari pemimpin kelompok yang informal mempengaruhi anggota kelompoknya.
c. Beberapa karakter pembeli yang berhubungan dengan loyalitas toko, yang akhirnya akan berhubungan dengan loyalitas merek.
Engel 1982, mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen yaitu:
a. Usia. Dalam usia dewasa seseorang lebih memiliki pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan membeli
b. Jenis Kelamin. Pria cenderung lebih loyal karena wanita senang belanja sehingga mudah tertarik pada merek lain.
c.
Pendidikan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan seseorang, akibatnya orang yang berwawasan rendah akan lebih mudah
terpengaruh.
4. Loyalitas Konsumen Berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa loyalitas
konsumen adalah situasi pembelian berulang berdasarkan keputusan yang benar-benar disadari dengan komitmen, minat dan pembelian berulang
pada produk tertentu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Konsep ini menunjuk ada pola-pola pembelian selama periode waktu tertentu. Pola-pola pembelian berulang dalam loyalitas tersebut dapat
dicapai berdasarkan sikap yang positif, dalam hal ini sikap positif terhadap produk rokok merek “Gudang Garam Filter”. Loyalitas diawali dengan
proses pemilihan yang didasarkan pada alasan obyektif. Setelah beberapa waktu, pilihan tersebut menimbulkan ikatan emosional dengan konsumen.