Istri di Bali TINJAUAN PUSTAKA
Di sisi lain, dapat memicu penjualan aset keluarga untuk membiayai perjudian maupun dampak yang ditimbulkan dari perjudian, misalnya untuk membayar
utang. Adanya permasalahan ini berdampak pada terganggunya relasi karena suami dirasa tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala
keluarga. Konflik-konflik ini mengakibatkan istri mengalami tekanan psikologis. Tekanan psikologis memicu munculnya emosi seperti marah, kesal, sedih, malu
sehingga menyebabkan stres, frustasi dan depresi. Tekanan psikologis juga dapat memicu reaksi fisik, seperti sakit kepala, pusing, migren, sakit perut, dan
gangguan pada percernaan. Segala permasalahan dan tekanan yang dialami istri membuat beberapa istri memilih untuk bercerai, namun ada beberapa kalangan
yang enggan untuk melakukan perceraian. Perceraian di Bali tentunya tidak semudah perceraian yang ada di Indonesia
pada umumnya, karena perceraian di Bali terkait dengan tradisi adat dan agama. Bagi masyarakat yang beragama Hindu membicarakan soal perceraian
merupakan hal yang pantang untuk dilakukan karena pada dasarnya ajaran agama tidak menginginkan adanya perceraian di dalam rumah tangga Kastama, 2013.
Apabila pada akhirnya istri dari suku Bali yang beragama Hindu tetap memutuskan untuk bercerai maka segala proses perceraian harus dilangsungkan
dengan sistem adat. Istri diwajibkan untuk melakukan serangkaian ritual keagamaan dengan cara
mepamit
di
merajan
sang suami untuk memutuskan hubungan leluhur dengan pihak suami. Apabila proses ini sudah dipenuhi, maka
suami akan mengembalikan istri kepada keluarganya sehingga istri tidak lagi memiliki ikatan dengan suami. Adanya perceraian ini juga mengakibatkan istri
kehilangan hak atas keturunannya. Hak asuh anak secara otomatis akan diberikan kepada pihak suami karena di Bali menganut sistem patrilinial. Hal ini memaksa
istri harus tunduk pada ketentuan patrilinial yaitu hubungan diperhitungkan melalui garis keturunan ayah sehingga anak menjadi hak asuh ayah, semua harta
keluarga diwariskan melalui garis pria karena laki-laki memiliki kedudukan yang tinggi dalam kehidupan masyarakat Widayani Hartati, 2014. Perceraian juga
dapat memicu istri menjadi pusat perhatian bagi masyarakat sekitar sehingga istri akan mendapatkan sanksi sosial, seperti dibicarakan dan dijauhi oleh masyarakat
karena dianggap telah melanggar tradisi perkawinan monogami Kustama, 2013. Adanya beberapa permasalahan yang ditimbulkan dari suami penjudi dan
adanya beberapa konsekuensi yang diterima oleh istri suku Bali menyebabkan ada beberapa istri memutuskan bertahan dengan suami penjudi di Bali. Tindakan
tersebut bukan berarti tidak memiliki konsekuensi, dengan memilih untuk bertahan maka secara otomatis istri tersebut akan berkutat dengan segala tekanan
dan permasalahan yang ditimbulkan dari perjudian suaminya. Apabila demikian, maka mau tidak mau istri akan melakukan tindakan tertentu untuk mengatasi
segala tekanan dari permasalahan tersebut, misalnya dengan melakukan strategi koping. Strategi koping adalah usaha secara kognitif dan perilaku untuk
mengurangi, mengatasi, dan melakukan toleransi terhadap tuntutan internal dan eksternal terhadap lingkungan yang penuh stres.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran mengenai strategi koping yang dilakukan oleh istri karena memiliki suami penjudi
di Bali dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari strategi koping yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digunakan. Bentuk dan dampak dari strategi koping dirasa penting untuk dipaparkan agar dapat memberikan gambaran kepada istri suku Bali sejauh mana
dampak dari strategi tersebut memberikan kontribusi dalam menghadapi permasalahan perjudian yang diakibatkan dari perilaku suami. Sejauh ini
penelitian-penelitian mengenai strategi koping lebih membandingkan strategi koping apa yang paling berguna dalam menyelesaikan permasalah apakah
problem focus coping
atau
emotion focus coping,
selain itu, penelitian tentang strategi koping juga cenderung dikaitkan dengan variabel lainnya. Misalnya,
strategi koping dan kebahagiaan istri dalam perkawinan poligami,
coping strategy for
primipara
mother that experinced in postpartum depression
, strategi koping orangtua menghadapi anak autis, dan penelitian mengenai peningkatan
kemampuan menggunakan
problem focused coping
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Peneliti belum menemukan penelitian yang mengkaitkan
strategi koping dengan perjudian sehingga peneliti menjadi tertarik untuk meneliti bagaimana strategi koping istri yang memiliki suami penjudi di Bali.
Peneliti tertarik meneliti fenomena perjudian di Bali karena perjudian di Bali berdeda dengan perjudian yang ada di Indonesia pada umumnya. Perjudian
di Bali melibatkan unsur tradisi sehingga sangat sulit untuk ditertibkan oleh aparat berwenang. Selain itu, meneliti perjudian di Bali menjadi lebih menarik karena
adanya pro dan kontra mengenai
tajen
yang diselenggarakan apakah sebagai ritual keagaamaan atau ajang untuk melakukan perjudian sehingga adanya beberapa
kalangan yang menyetujui atau menentang aktivitas tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI