Kesadaran Hipertensi Terapi Hipertensi

menjalani terapi dari dokter, tekanan darahnya akan terkontrol sehingga risiko terjadinya komplikasi dapat dikurangi. Antihipertensif dapat menurunkan kejadian stroke rata –rata sebesar 30-40, infark jantung 20–25 dan gagal jantung lebih dari 50. Antihipertensi digolongkan didalam tabel III sebagai berikut : Tabel III. Obat-Obat Hipertensi menurut rekomendasi JNC VIII Golongan Obat Contoh Obat ACE Inhibitor Captopril, Enalapril, Lisinopril ARBs Eprosartan, Losartan, Valsartan Irbesartan Beta-Blocker Propanolol,atenolol,metoprolol CCBs Amlodipin, Diltiazem extended-release Thiazide-Type Diuretic Hydrochlorothiazid , Indapamid James, 2014 Selain terapi farmakologi dibutuhkan pula terapi non farmakologi untuk menunjang terapi farmakologisnya. Menerapkan pola hidup sehat merupakan tindakan yang bijak agar dapat mengontrol tekanan darah, dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Tabel IV. Terapi Hipertensi secara Non-farmakologis Perubahan Keterangan Penurunan Berat badan Mempertahankan BMI normal Mengikuti pola makan yang dianjurkan DASH Mengkonsumsi makanan berupa buah, sayur dan dengan kadar lemak yang rendah Menggurangi penggunaan garam Penggunaan garam dikurangi sampai tidak lebih dari 6gr hari Menjaga kebugaran tubuh Melakukan olah raga teratur Mengurangi konsumsi alkohol Berhenti merokok Nugroho, 2008. Terapi hipertensi yang dilakukan oleh pasien yang sadar dirinya mengalami hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur pasien, jenis kelamin, merokok. Seseorang yang memiliki umur yang sudah tua memiliki kecenderungan untuk melakukan terapi dibanding seseorang yang masih muda. Sama halnya dengan orang yang tidak merokok dan seseorang berjenis kelamin laki –laki akan memiliki kecenderungan melakukan terapi jika mereka sadar mengalami hipertensi Jaddou, Batieha, Khader, Kanaan, El-Khateeb, Ajlouni, 2011

B. Landasan Teori

Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah di atas normal secara persisten. Pada tekanan sistolik 120-140 mmHg dan distolik 80-90 disebut prehipertensi sedangkan yang dikatakan hipertensi jika tekanan sistoliknya lebih dari 140mmHg dan distoliknya lebih dari 90mmHg Philips,2014. Hipertensi dapat terjadi karena berkurangnya ruang di pembuluh darah sedangkan volume yang di sirkulasikan tetap, sehingga volume darah tersebut akan dipompa lebih cepat oleh jantung dibanding sebelumnya. Faktor –faktor risiko kesehatan yang mempengaruhi hipertensi antara lain adalah: usia yang terus bertambah, seseorang dengan umur yang semakin tua akan lebih rentan mengalami hipertensi dibanding pada meraka yang masih muda. Jenis kelamin pria lebih rentan terkena dibanding wanita karena wanita dipengaruhi hormon esterogen Porth dan Matfin, 2009. Berat badan yang berlebihan obesitas, seseorang yang memiliki berat badan berlebih akan cenderung rentan mengalami hipertensi dibandingkan mereka yang memiliki berat badan normal Lidlo dan Mirasol, 2011 . Pola makan yang teratur dan tidak mengandung banyak natrium akan membantu seseorang dalam mengontrol tekanan darahnya begitu pula aktivitas fisik seperti melakukan kegiatan berolah raga secara rutin Shapo, 2003. Factor risiko merokok juga dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang, dimana orang yang merokok berisiko terkena hipertensi dibandingkan mereka yang tidak merokok Mannan, Wahiduddin, Rismayanti, 2012. Angka kejadian hipertensi dapat dihubungkan dengan teori “rule of halves ” yang menyatakan bahwa setengah dari pasien hipertensi tidak terdiagnosa, setengah dari yang terdiagnosa tidak melakukan pengobatan dan setengahnya tidak terkontrol terapinya Rao and Daniel,2014; Deepha, Shanthirani, Pradeepa, Mohan, 2003. Di atas telah dipaparkan beberapa hasil penelitian terkait faktor risiko kesehatan usia, jenis kelamin, obesitas, pola makan, aktivitas fisik terhadap hipertensi. Penelitian dilakukan di Dukuh Krodan diharapkan dapat mengetahui pengaruh usia, jenis kelamin, obesitas, pola makan dan aktivitas fisik terhadap prevalensi hipertensi , tingkat kesadaran masyarakat akan hipertensi dan terapi hipertensi responden penelitian serta mengobservasi pengaruh faktor risiko kesehatan meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkoholisme dan penyakit penyerta.

C. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah perbedaan faktor risiko kesehatan yaitu BMI, merokok, pola makan, konsumsi alkohol dan aktivitas fisik mempengaruhi prevalensi , kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan.

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 1 81

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 1 95

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor risiko kesehatan

0 11 93