Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013

(1)

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

TESIS

Oleh

MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE EFFECTIVENESS OF HEALTH PROMOTION THROUGH THE MEDIA OF VIDEO AND BOOKLET ON THE KNOWLEDGE AND

ATTITUDE OF PREGNANT MOTHERS ABOUT EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING AND EXCLUSIVE

BREASTFEEDING IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS STABAT, LANGKAT DISTRICT

IN 2013

THESIS

By

MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Martina Perangin-angin Nomor Induk Mahasiswa : 117032145

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota

Dekan

(Dr.Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 22 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. KintokoRochadi, M.K.M Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes 3. Drs. Eddy Syahrial, M.S


(6)

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

Martina Perangin-angin 117032145/IKM


(7)

ABSTRAK

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI. Salah satu upaya penanggulangan masalah ini adalah dengan metode promosi kesehatan yang efektif .

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas promosi kesehatan dengan media video dan promosi kesehatan dengan media booklet dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013. Jenis penelitian adalah quasi eksperimen design (eksperimen semu). Penelitian menggunakan dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi perlakuan promosi kesehatan dengan media video dan kelompok dengan media

booklet . Sampel sebanyak 30 orang untuk masing-masing kelompok ditentukan secara purposive sampling. Alat yang dipakai dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Uji statistik yang digunakan Paired Samples T Test dan Independent-Samples T Test dimana perbedaan dinyatakan bermakna bila nilai p<0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan media video

dan booklet ditemukan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif. Hasil uji Independent-Samples T Test

menunjukkan bahwa media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden dibandingkan media booklet. Sedangkan pada variabel sikap ditemukan bahwa media video dan media booklet memiliki efektifitas yang sama dalam meningkatkan sikap responden.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Langkat agar menyediakan fasilitas

video (LCD) dan booklet di tiap puskesmas agar kegiatan promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu agar melakukan pelatihan bagi petugas kesehatan agar mampu melakukan promosi kesehatan kepada ibu hamil tentang IMD dan ASI ekslusif.


(8)

ABSTRACT

Infant Mortality Rate in Indonesia is still high; that is 34 per 1,000 live births. Fact indicates that the administration of exclusive breastfeeding can prevent 13% of the infant mortality and Early Initiation of Breastfeeding can save 22% of newborn mortality. This high infant mortality rate is due, among other things, to the less knowledge of mothers about the benefit of breastfeeding. One of the countermeasure efforts for this issue is the application of effective health promotion method.

The purpose of this quasi-experimental study was to compare the effectiveness of health promotion promoted through the media of video and through the media of booklet in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Stabat, Langkat District in 2013.

This study used two treatment groups. Each group consisted of 30 persons (samples) selected through purposive sampling technique. One group was given health promotion through the media of video, and the other was given health promotion through the media of booklet. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were statistically testet through Paired Samples t-test and Independent Samples t-test and the difference became significant if p value was less than 0.05 (P<0.05).

The result of this study showed that the health promotion through the media of video and booklet assisted in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding. The result of Independent Samples t-test showed that the health promotion through the media of video was more effective than through the media of booklet in improving respondents knowledge, while both the media of video and the media of booklet had the same effectiveness in improving respondents’ attitude.

The management of Langkat District Health Service is suggested to provide video (LCD) facility and booklet at each Puskesmas that the health promotion activity can run properly and to provide trainings for the health workers that they are able to do health promotion about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding to the pregnant mothers.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul: “Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat tahun 2013.”

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis ini.


(10)

5. Drs .Syarifah, M.S, selaku Pembimbing Kedua yang telah meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya penulisan tesis ini.

6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Puskesmas Stabat yang telah memberikan izin penelitian, para petugas kesehatan baik bidan koordinator dan para bidan desa serta mahasiswa AKBID Pemkab Langkat yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. 9. Seluruh responden, ibu-ibu hamil yang ada di wilayah kerja puskesmas Stabat

yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

10.Seluruh keluarga terutama suami tercinta Ir. Muhammad Yusuf Kaban, ananda Danendra Ramiro Ibnu Kaban, Athaya Calya Putri br Kaban dan Nadhira Putri Rahima br Kaban yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, pada penulis terutama dalam penyusunan tesis ini.

11.Seluruh teman-teman mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat studi PKIP angkatan 2011 yang telah menyumbangkan masukan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.


(11)

Semoga Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan, sehingga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2013 Penulis

Martina Perangin-angin 117032145/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Martina Perangin-angin, jenis kelamin perempuan, berumur 34 tahun, lahir tanggal 23 Maret 1979. Penulis beragama Islam, tinggal di Jl. Sei Mati No.1 Payamabar Stabat. Penulis merupakan anak pasangan dari Alm. Benih Maulana Perangin-angin dan Almh. Rosni Br. Sembiring.

Jenjang pendidikan formal penulis mulai di SD Negeri No. 101735 Sei Semayang pada tahun 1985 dan tamat pada tahun 1991. Pada tahun 1994, penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Diski Deli Serdang. Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Teladan Binjai. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumetera Utara dan pada tahun 2011-2013 penulis menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menikah pada tahun 2003 dan dikarunia 1 orang putra dan 2 orang putri. Tahun 2005 penulis bekerja di puskesmas Lawe Dua kabupaten Aceh Tenggara provinsi Aceh (NAD), dan pada tahun 2008 pindah kerja ke Dinas Kesehatan kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara hingga saat ini.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Efektivitas ... 11

2.2 Promosi Kesehatan ... 12

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan ... 12

2.2.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ... 13

2.2.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan ... 15

2.2.4 Strategi Promosi Kesehatan ... 17

2.2.5 Sasaran Promosi Kesehatan ... 18

2.2.6 Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 19

2.2.7 Media Promosi Kesehatan ... 23

2.2.8 Video ... 24

2.2.9 Booklet ... 25

2.3 Perilaku ... 27

2.3.1 Determinan Perilaku ... 27

2.3.2 Bentuk Perilaku ... 28

2.4 Inisiasi Menyusu Dini ... 33

2.4.1 Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini ... 34

2.4.2 Manfaat Kontak kulit Bayi ke Kulit Ibu ... 35

2.5 ASI Ekslusif ... 37

2.6 Landasan Teori ... 39

2.7 Kerangka Konsep ... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 42


(14)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 43

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Alat Pengumpulan dan Jenis Data... 45

3.4.2 Prosedur Pengumpulan Data ... 45

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 50

3.6 Aspek Pengukuran ... 51

3.7 Metode Analisis Data ... 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

4.1.1. Keadaan Geografis ... 52

4.1.2. Demografi ... 52

4.2. Karakteristik Responden ... 54

4.3. Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 56

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Video ... 56

4.3.2. Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Video ... 59

4.4. Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 64

4.4.1. Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 64

4.4.2. Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 67

4.5. Pengetahuan Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 72

4.6. Pengetahuan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 74

4.7. Sikap Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 75

4.8. Sikap Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 77

BAB 5 PEMBAHASAN ... 79 5.1 Pengetahuan dan Sikap Responden sebelum Promosi Kesehatan . 79


(15)

5.2 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap

Pengetahuan Responden... 81

5.3 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap Sikap Responden ... 84

5.4 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan Responden... 86

5.5 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Sikap Responden ... 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

6.1. Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 91


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 49 3.2 Aspek Pengukuran ... 51 4.1. Jumlah Lingkungan, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Menurut Kelurahan/Desa Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2012 .. 53 4.2. Cakupan ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 53 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan

di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 54 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan

dengan Media Video tentang IMD dan Asi Ekslusif ... 57 4.5. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum

Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan

dengan Media Video di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 58 4.6. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat

Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media

Video ... 58 4.7. Distribusi Sikap Responden Sebelum Intervensi Promosi Kesehatan

dengan Media Video tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 59 4.8. Distribusi Sikap Responden Sesudah Intervensi Promosi Kesehatan

dengan Media Video tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 61 4.9. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Intervensi

dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan

Media Video di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 63 4.10. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap Responden

Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Video ... 63 4.11. Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan


(17)

4.12. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan

dengan Media Booklet di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 .. 66 4.13. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat

Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media

Booklet ... 66 4.14. Distribusi Sikap Responden sebelum Intervensi Promosi Kesehatan

dengan Media Booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 67 4.15. Distribusi Sikap Responden sesudah Intervensi Promosi Kesehatan

dengan Media Booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 69 4.16. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Intervensi

dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan

Media Booklet di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013... 71 4.17. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap Responden

Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 71 4.18. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum

Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah

Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 72 4.19. Perbedaan Pengetahuan Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

dan ASI Ekslusif sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan

Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 73 4.20. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sesudah

Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah

Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 74 4.21. Perbedaan Pengetahuan Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

dan ASI Ekslusif sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video

dengan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 74 4.22. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Promosi

Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah Kerja

Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 75 4.23. Perbedaan Sikap Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan

ASI Ekslusif sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dengan


(18)

4.24. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap Sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah Kerja

Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 77

4.25. Perbedaan Sikap Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dengan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 77

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1 Taxonomi Bloom ... 32

2.2 Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Promosi Kesehatan ... 40

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 41

3.1 Rancangan Penelitian ... 42

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 98

2 Kuesioner Penelitian ... 99

3 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 103

4 Surat Izin Penelitian dari Kantor Bappeda Kabupaten Langkat ... 104

5 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat ... 105


(19)

6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 106

7 Hasil Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden ... 110

8 Hasil Uji Paired Samples T Test dan IndependentSamples T Test ... 115

9 Master Data Penelitian ... 119

10 Materi Promosi Kesehatan ... 125

11 Booklet ... 128

12 Dokumentasi Kelompok Perlakuan Dengan Media Video ... 131

13 Dokumentasi Kelompok Perlakuan Dengan Media Booklet ... 132

14 Hasil Frekwensi Pengetahuan dan Sikap Responden ... 133


(20)

ABSTRAK

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI. Salah satu upaya penanggulangan masalah ini adalah dengan metode promosi kesehatan yang efektif .

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas promosi kesehatan dengan media video dan promosi kesehatan dengan media booklet dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013. Jenis penelitian adalah quasi eksperimen design (eksperimen semu). Penelitian menggunakan dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi perlakuan promosi kesehatan dengan media video dan kelompok dengan media

booklet . Sampel sebanyak 30 orang untuk masing-masing kelompok ditentukan secara purposive sampling. Alat yang dipakai dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Uji statistik yang digunakan Paired Samples T Test dan Independent-Samples T Test dimana perbedaan dinyatakan bermakna bila nilai p<0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan media video

dan booklet ditemukan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif. Hasil uji Independent-Samples T Test

menunjukkan bahwa media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden dibandingkan media booklet. Sedangkan pada variabel sikap ditemukan bahwa media video dan media booklet memiliki efektifitas yang sama dalam meningkatkan sikap responden.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Langkat agar menyediakan fasilitas

video (LCD) dan booklet di tiap puskesmas agar kegiatan promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu agar melakukan pelatihan bagi petugas kesehatan agar mampu melakukan promosi kesehatan kepada ibu hamil tentang IMD dan ASI ekslusif.


(21)

ABSTRACT

Infant Mortality Rate in Indonesia is still high; that is 34 per 1,000 live births. Fact indicates that the administration of exclusive breastfeeding can prevent 13% of the infant mortality and Early Initiation of Breastfeeding can save 22% of newborn mortality. This high infant mortality rate is due, among other things, to the less knowledge of mothers about the benefit of breastfeeding. One of the countermeasure efforts for this issue is the application of effective health promotion method.

The purpose of this quasi-experimental study was to compare the effectiveness of health promotion promoted through the media of video and through the media of booklet in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Stabat, Langkat District in 2013.

This study used two treatment groups. Each group consisted of 30 persons (samples) selected through purposive sampling technique. One group was given health promotion through the media of video, and the other was given health promotion through the media of booklet. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were statistically testet through Paired Samples t-test and Independent Samples t-test and the difference became significant if p value was less than 0.05 (P<0.05).

The result of this study showed that the health promotion through the media of video and booklet assisted in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding. The result of Independent Samples t-test showed that the health promotion through the media of video was more effective than through the media of booklet in improving respondents knowledge, while both the media of video and the media of booklet had the same effectiveness in improving respondents’ attitude.

The management of Langkat District Health Service is suggested to provide video (LCD) facility and booklet at each Puskesmas that the health promotion activity can run properly and to provide trainings for the health workers that they are able to do health promotion about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding to the pregnant mothers.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September 2000 menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals-MDGs) pada tahun 2015. Tujuan MDGs menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat (Bapenas, 2012).

Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Karena itu, MDGs merupakan acuan penting dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional. Pemerintah Indonesia telah mengutamakan MDGs dalam rencana pembangunan nasional, termasuk kesehatan (Depkes RI, 2012).

Sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) didefinisikan sebagai suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit dan kecacatan. (WHO, 2000). Sejalan dengan perkembangan, maka definisi tersebut sudah dirasakan perlu direvisi kembali, karena belum mengakomodasikan berbagai komponen produktivitas. Dalam Piagam Ottawa


(23)

pada tahun 1986 disebutkan bahwa sehat itu bukan hanya sekedar tujuan hidup, tetapi merupakan alat untuk hidup secara produktif (Ahmad, 2009).

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesinambungan dan keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih dirasakan kurang. Jumlah sarana dan prasarana kesehatan masih belum memadai. Tercatat jumlah Puskesmas untuk seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 21.267 unit dan Puskesmas Keliling 6.392 unit. Untuk rumah sakit terdapat sebanyak 1.215 RS, terdiri dari 420 RS milik pemerintah, 605 RS milik swasta, 78 RS milik BUMN dan 112 RS milik TNI & Polri, dengan jumlah seluruh tempat tidur sebanyak 130.214 buah. Penyebaran sarana dan prasarana kesehatan belum merata. Rasio sarana dan prasarana kesehatan terhadap jumlah penduduk di luar pulau Jawa lebih baik dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Hanya saja keadaan transportasi di luar Pulau Jawa jauh lebih buruk dibandingkan dengan Pulau Jawa (Kemenkes RI, 2011).


(24)

Secara implementasi, sistem kesehatan bersifat dinamis dan sangat dipengaruhi berbagai kondisi ekonomi, politik dan budaya suatu negara (Adisasmito, 2008). Dengan kata lain, sistem kesehatan merupakan kombinasi antara institusi kesehatan, sumber daya manusia pendukung, mekanisme finansial, sistem informasi, mekanisme jaringan organisasi dan manajemen struktur yang di dalamnya termasuk komponen administrasi (Lassey, 1997).

Salah satu upaya kesehatan dasar yang merupakan program minimal dan harus dilaksanakan setiap Puskesmas adalah Program Promosi Kesehatan dengan melaksanakan berbagai kegiatan promosi hidup bersih dan sehat dengan indikator keberhasilan adalah perbaikan perilaku sehat masyarakat (Depkes RI, 2002). Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan mengontrol derajat kesehatannya, baik secara individu, kelompok maupun masyarakat (Siregar, 2009).

Dalam mengimplementasikan program promosi kesehatan di puskesmas dibutuhkan sumber daya yang andal dalam melaksanakannya. Kajian Muninjaya (2004) menjelaskan bahwa visi dan misi baru puskesmas di era desentralisasi kurang dihayati baik oleh pimpinan maupun staf puskesmas. Hal itu mengakibatkan upaya advokasi dan juga pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan menjadi kurang mendapat sambutan di masyarakat. Masalah lain adalah Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang bertujuan untuk proses penyusunan rencana strategis puskesmas belum mampu dikembangkan (Muninjaya, 2004).


(25)

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektonika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Suhardjo (2003), media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.

Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan.

Dalam beberapa tahun belakangan, promosi kesehatan menjadi penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Isu-isunya juga beragam, salah satunya adalah kesehatan ibu dan anak (KIA). Tujuan utamanya adalah mencegah morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Topik promosi kesehatan KIA juga beragam, namun yang umum dan paling banyak diangkat adalah inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian WHO (1998), di enam negara berkembang resiko


(26)

kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat, sekitar 40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008).

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita. Demikian juga dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir (neonatal). Data survey demografi dan kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% (2008). Sementara berdasarkan Riskesdas tahun 2010 capaian ASI Ekslusif pada bayi sampai berumur 6 bulan hanya 15,3% saja. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari Petugas Kesehatan, persepsi – persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan pemasaran agresif oleh perusahan – perusahaan susu formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu namun juga petugas Kesehatan (Kemenkes RI, 2011 dan Baskoro, 2008).

Menurut data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2010) menunjukkan bahwa, pemberian ASI ekslusif pada bayi di Sumatera Utara mencapai 25,43% dan pada tahun 2009 mencapai 32,15% (profil Dinkes Propinsi Sumatera Utara). Sedangkan


(27)

cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) adalah 80%. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat (2010) di Kabupaten Langkat hanya 29,83% bayi yang mendapat ASI Eksklusif.

Salah satu upaya penanggulangan masalah tersebut diatas antara lain dengan metode promosi kesehatan yang efektif. Metode promosi kesehatan yang paling sering dilakukan adalah metode ceramah. Adapun kelemahan ceramah adalah pesan yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama. Selain itu ceramah juga mementingkan kreadibilitas komunikator sehingga ketertarikan komunikan terhadap materi tergantung kemampuan komunikator. Lain hal bila promosi kesehatan dilakukan dengan menggunakan grafis, misalnya booklet atau video. Keuntungan penggunaan media tersebut dalam promosi kesehatan yaitu dapat menghindari kesalahan pemahaman, memperjelas pesan yang disampaikan, materi atau pesan mudah diingat dan tahan lama, serta sasaran promosi kesehatan lebih memiliki perhatian yang banyak dibandingkan metode ceramah (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian Sitepu (2008), menunjukkan bahwa metode promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dengan pemutaran video lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pneumonia di Kabupaten Langkat dibandingkan metode ceramah tanpa pemutaran video. Hal ini berarti metode promosi kesehatan dengan grafis lebih efektif dibandingkan metode ceramah.

Menurut penelitian Zulaekah (2012), dimana pendidikan gizi diberikan dengan harapan pengetahuan gizi dan pola makan anak akan berubah sehingga


(28)

asupan makan terutama asupan besi dan kadar hemoglobin anak akan meningkat. Pendidikan gizi secara komprehensif dengan alat bantuan booklet pada anak, orang tua dan guru kelas di Semarang dapat meningkatkan pengetahuan gizi anak sekolah dasar yang anemia.

Kabupaten Langkat adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Dinas Kesehatan Langkat memiliki tujuan pembangunan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Langkat. Namun, berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2012, menunjukkan angka morbiditas dan mortalitas yang belum mencapai standar yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI. Misalnya saja, angka kematian bayi di kabupaten ini yang mencapai 4,74 per 1000 kelahiran hidup. Angka pemberian ASI eksklusif di kabupaten ini juga masih rendah, yaitu sekitar 29,83% pada tahun 2010, 30,46% di tahun 2011, 38,48% pada tahun 2012 dan Inisiasi Menyusu Dini masih sangat rendah (Dinkes Langkat, 2012).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, masih kurang beragamnya metode penyuluhan yang dilaksanakan dan cenderung dengan media yang sama yaitu dengan media ceramah. Menurut beberapa bidan dan petugas kesehatan lainnya, informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini belum pernah diberikan kepada masyarakat. Peranan media promosi kesehatan tentang ASI Ekslusif yang ada dalam bentuk poster dan buku KIA ternyata belum efektif untuk mencapai tujuan perubahan perilaku sasaran yang sesuai dengan harapan.

Media yang efektif adalah media yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sedangkan pemakaian media pada promosi kesehatan yang ada di Kabupaten


(29)

Langkat selama ini hanya sebatas komunikasi langsung dan belum intensif. Sehingga perlu dilakukan pengembangan media promosi kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karena itu peneliti merasa perlu dirancang suatu media yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budaya masyarakat sehingga pesan dapat efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif. Media promosi kesehatan yang akan digunakan adalah

video dan booklet dengan pertimbangan yang sudah dikenal masyarakat, mudah dipahami, lebih menarik dan dapat diulang –ulang.

Kabupaten langkat terdiri dari 23 kecamatan dengan jumlah puskesmas sebanyak 30 puskesmas. Dari seluruh wilayah kerja puskesmas yang ada, tercatat bahwa capaian ASI Ekslusif di Puskesmas Stabat masih rendah yaitu 13,08% pada tahun 2011 dan 14,69% pada tahun 2012 dan menjadi lokasi penelitian untuk melihat efektivitas media promosi kesehatan video dan booklet.

1.2Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita ketahui bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya efektivitas promosi kesehatan dengan media video dan booklet terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat tahun 2013.


(30)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan media video dan booklet terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat tahun 2013.

1.4 Hipotesis

1. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan media video tentang IMD dan ASI Ekslusif di wilayah kerja puskesmas Stabat tahun 2013.

2. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan sesudah promosi kesehatan dengan media booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif di wilayah kerja puskesmas Stabat tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten dalam merancang program promosi kesehatan agar lebih efektif dengan memperhatikan media-media yang cocok dalam penyampaian pesan kesehatan sehingga masyarakat mudah untuk menyerapnya.

2. Memberikan masukan bagi Puskesmas Stabat untuk memilih dan mendesain media promosi kesehatan yang baik sehingga pengunjung puskesmas mudah mengerti dan pesan kesehatan dapat tersampaikan demi peningkatan derajat


(31)

kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Stabat, khususnya mengenai IMD dan ASI Eksklusif.

3. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan pengembangan penelitian sejenis di masa yang akan datang.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefenisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila terjadi ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H.Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S (1994) yang menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Lebih lanjut lagi menurut Kuniawan (2005) mendefenisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisai atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan tau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah dicapai oleh suatu organisasi, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.


(33)

2.2. Promosi Kesehatan

2.2.1. Pengertian Promosi Kesehatan

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (Hartono,2010). Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.


(34)

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi

serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.(Bapenas, 2012)

2.2.2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.


(35)

5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan). 6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community

organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Notoadmodjo (2008), ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :

a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua yaitu :


(36)

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan. 2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi : a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga). b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan. 3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.

a. Promosi Kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment). d. Pembatasan cacat (disability limitation)

e. Rehabilitasi (rehabilitation). 2.2.3. Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang


(37)

program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization).

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai


(38)

dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.(Notoatmodjo, 2007)

2.2.4 Strategi Promosi Kesehatan

Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi pendidikan/promosi kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan :


(39)

1. Strategi Global (Global Strategy) * Advokasi (advocacy)

* Dukungan sosial (social support)

* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)

Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian diantaranya :

* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy). * Lingkungan yang medukung (supportive environment) * Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service). * Keterampilan individu (personal skill).

* Gerakan masyarakat (community action). 2.2.5. Sasaran Promosi Kesehatan

Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :

1. Sasaran Primer (Primary Target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja


(40)

dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)(Kemenkes,2011)

2.2.6. Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan, pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai suatu bentuk operasional setidaknya merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut


(41)

dikembangkan dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun eksternal secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan (health promotion) atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia ini adalah bahwa:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.

2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan

rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau


(42)

menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.

4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana (social support), khususnya untuk strata sekunder (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka dikenalah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.

5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat); Pada PHBS, masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu. Pendekatan ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku hidup sehat.


(43)

6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-lain yang mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat, sampai ke Indonesia Sehat.

7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.

8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena dituntut untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan


(44)

mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan seterusnya.(Kemenkes,2012)

2.2.7. Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektonika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Suhardjo (2003), media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.

Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan.

Arsyad (2010), mengelompokkan media promosi kesehatan berdasarkan pengembangan media pembelajaran, yaitu:


(45)

2. Media berbasis cetakan, seperti buku, penuntun, dan lembaran lepas 3. Media berbasis visual, seperti grafik,peta, gambar, tranparansi atau slide). 4. Media berbasis audio visual seperti video, film, slide dan tape serta televisi. 5. Media berbasis komputer ( media dengan bantuan komputer)

Menurut Notoatmodjo (2003), berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan- pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik/tulisan-tulisan poster, foto.

2. Media elektronik, seperti televisi, radio , video compact disc, slide, film strip 3. Media papan (bill board), yang mencakup pesan-pesan yang ditulis pada

lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum. 2.2.8. Video

Video merupakan salah satu alat bantu dalam kegiatan promosi kesehatan yang sering disebut juga VCD (Video Compact Disk). VCD adalah video yang disimpan dalam piringan disk (CD). Video sebagai media elektronik adalah media komunikasi yang memiliki unsur audio-visual yaitu terdapat unsur narasi, musik, dialog, sound efect, gambar, teks, animasi dan grafik.(Arsyad,2010)

Media audio visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari sasaran, dimana penggunaan penggunaan audivisual melibatkan semua alat pembelajaran, sehingga semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat di mengerti dan dipertahankan dalam ingatan (Juliantoro, 2009). Menurut penelitian para ahli, indera


(46)

yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dan pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lainnya.Film, cerita, iklan, video adalah contoh media audio visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi (Notoadmodjo,2007).

Kelebihan dari penggunaan video yaitu :

 Lebih mudah dipahami

 Lebih menarik

 Sebagai informasi umum dan hiburan

 Bertatap muka, mengikutsertakan seluruh panca indera

 Penyajian dapat dikendalikan jangkauannya relatif besar Sementara kelemahannya, yaitu :

 Biaya lebih tinggi

 Sedikit rumit

 Perlu listrik alat

 Perlu persiapan

 Perlu penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya (Notoatmodjo,2005)

2.2.9. Booklet

Booklet merupakan salah satu media promosi kesehatan yang dikelompokkan dalam media cetak. Media cetak yaitu media statis yang mengutamakan pesan visual.


(47)

Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto tata warna.

Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur. Kelebihan dari media ini adalah

 Tahan lama

 Mencakup banyak orang

 Biaya tidak tinggi

 Tidak perlu listrik

 Dapat dibawa kemana-mana

 Dapat mengungkit rasa keindahan

 Mempermudah pemahaman

 Meningkatkan gairah belajar

Sedangkan kelemahan dari media ini yaitu

 Tidak dapat menstimulir efek suara

 Efek gerak dan mudah terlipat (rusak/koyak).

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Promosi kesehatan di sekolah misalnya, merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya dalam mengembangkan perilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2005).


(48)

2.3. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati dari luar (Notoatmodjo, 1993).

2.3.1. Determinan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Determinan atau Faktor Internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.


(49)

2. Determinan atau Faktor Eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.(Notoatmodjo,2003)

2.3.2. Bentuk Perilaku

Bloom (1956) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (pshycomotor) yang dikenal dengan taxonomi Bloom. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :a) Pengetahuan(knowledge), b) Sikap (attitude), c) Praktek atau tindakan (practice). Menurut Syah(2008), mengungkapkan uapaya pengembangan fungsi ranah koqnitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor.

A.Ranah Kognitif/Pengetahuan

Ranah koqnitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

1.Pengetahuan (Knowledge)/C1

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya tanpa


(50)

,engharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan prosess ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. 2.Pemahaman (Comprehension)/C2

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

3.Penerapan (Application)/C3

Yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.

4.Analisis (Analysis)/C4

Yaitu kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor ang satu dengan faktor-faktor lainnya.

5.Penilaian (Evaluation)/C5

Yaitu merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, niali atau ide.

6.Berkreasi (Create)/C6

Yaitu merupakan jenjang berpikir paling tinggi, dapat juga berarti merancang, membangun, merencanakan, menyempurnakan, memproduksikan, memproduksi, menemukan, meemperkuat dan memperindah.


(51)

B. Ranah Afektif (Sikap)

Merupakan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Arti kata sikap secara umum dapat diterjemahkan sebagai “tendensi mental” atau “ kecendrungan mental” untuk diaktualkan dalam kecendrungan afektif, baik ke arah yang positif atau negatif. Jika dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sikap, kecendrungan afektif biasa diekspresikan dalam bentuk suka-tidak suka, setuju- tidak setuju, mencintai-membenci, menyukai-tidak menyukai dan sebagainya.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu :

1. Receiving atau Attending (menerima atau memperhatikan), adalah yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-akan membawa kerugian atau penyesalan. Contoh hasil belajar afektif jenjang receiving, misalnya : peserta didik memperhatikan sistem koloid dalam kehidupan sehari-harinya.

2. Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.

3. Valuing (menilai atau menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.


(52)

4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.

5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. C.Ranah Psikomotorik/Keterampilan fisik

Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor merupakan hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.


(53)

Taxonomi Bloom dapat digambarkan seperti dibawah ini : Key Terms verbs verbs verbs verbs verbs verbs

Gambar 2.1. Taxonomi Bloom

Bloom‟s Digital Taxonomy

Creating

Interpreting, summerising, inferring, paraphrasing, classifying, comparing, explaining, exemphlying, advanced searhes, boolean searches, blog journaling, twittering, catergoring, tagging, comenting, annotating susbscribing.

Implementing, carrying out, using, executing

Running, loading, playing, operating, hacking, uplouding, sharing, editing Comparing, organising, deconstructing, attributing, outlining, finding, stucturing, integrating, mashing, linking, validating, reverse engineering, cracking, media clipping

Cheching, hypotherising, critiquing, experimenting, judging, testing, detecting, monitoring

Blog commenting, reviewing, posting, moderating, collaborating, networking, refactoring, testing

Designing,constructing, planning, producing, inventing, devising, making, programming, fliming, animating,

blogging,video blogging,mixing, re-mixing, wiki-ing, publishing, videocasting, padcasting, directing, broadcasting

HOTS

Higher Order Thingking Skills

Applying

Understanding Evaluating

Analysing

Remembering

Recognising, usting, describing, identifying, retrieving, naming, locating, finding, bullet ponting, highligting bookmaking, social networking, social bookmaking, favouriting/local bookmaking, seaching, googling COMMUNICATION SPECTRUM Collaborating Moderating Negotiating Debating Commenting Net meeting Skyping Video (comperesing) Advertising Questioning Replaying Posting & blogging

Networking Contributing

Chatting e-maling twittering/Microblogging

Instant messaging Texting

LOTS


(54)

Kemampuan di tingkat 1-3 adalah kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS), sedangkan nomor 4-6 termasuk kedalam kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Tingkatan ini menyiratkan, dalam proses pembelajaran, para pembelajar harus diarahkan mulai dari penguasaan kemampuan tingkat rendah, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi mustahil bisa dilakukan dengan baik.

2.4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Roesli (2008), inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi menyusu dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan „penyelamatan kehidupan‟, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. “Menyusu satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber


(55)

daya Indonesia yang berkualitas,“ ujar Ibu Negara pada suatu kesempatan. 2.4.1. Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini

1. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.

2. Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan, akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani operasi caesar.

3. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan

vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.

4. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.

5. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya. 6. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan

dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.


(56)

proses menyusu pertama selesai.

8. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.

9. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.(Kemenkes, 2011)

2.4.2. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).

2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.

3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.

4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap


(57)

untuk mengolah asupan makanan.

5. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.

6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.

7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.

8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:

 Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.

 Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.

 Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.(Kemenkes, 2011)


(58)

2.5. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2000).

ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (Depkes RI, 2003). Pada tahun 2002 World Health Organization menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4 bulan) sudah tidak berlaku lagi. Menyusui eksekusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum (Depkes RI, 2005).

Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai 6 bulan tanpa tambahan makanan/ cairan seperti susu formula, madu, air teh, jeruk, air putih atau makanan padat seperti pisang ,pepaya,bubur susu,biskuit ,nasi tim, dan sebagainya (Roesli, 2000).

Menurut Depkes RI (2001), pemberian ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum. Komposisi dan volume dapat berubah saat dilahirkan dan 6 bulan kemudian. Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongan dalam tiga kelompok yakni :


(1)

benar 27 27.6 90.0 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

p28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 2 2.0 6.7 6.7

benar 28 28.6 93.3 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

p29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 4 4.1 13.3 13.3

benar 26 26.5 86.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

p30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 1 1.0 3.3 3.3

benar 29 29.6 96.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

p31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 4 4.1 13.3 13.3

benar 26 26.5 86.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

p32

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 12 12.2 40.0 40.0

benar 18 18.4 60.0 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4


(2)

p33

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid benar 33 33.7 100.0 100.0

Missing System 65 66.3

Total 98 100.0

p34

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 1 1.0 3.3 3.3

benar 29 29.6 96.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

p35

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 1 1.0 3.3 3.3

benar 29 29.6 96.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

p36

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 1 1.0 3.3 3.3

benar 29 29.6 96.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

p37

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 19 19.4 63.3 63.3

benar 11 11.2 36.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

VARIABEL SIKAP

s21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 2 2.0 6.7 6.7

Setuju 14 14.3 46.7 53.3

sangat setuju 14 14.3 46.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4


(3)

s22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 1 1.0 3.3 3.3

Setuju 16 16.3 53.3 56.7

sangat setuju 13 13.3 43.3 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 3 3.1 10.0 10.0

Setuju 14 14.3 46.7 56.7

sangat setuju 13 13.3 43.3 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 2 2.0 6.7 6.7

setuju 15 15.3 50.0 56.7

sangat setuju 13 13.3 43.3 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 3 3.1 10.0 10.0

setuju 13 13.3 43.3 53.3

sangat setuju 14 14.3 46.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid setuju 3 3.1 10.0 10.0

tidak setuju 14 14.3 46.7 56.7

sangat tidak setuju 13 13.3 43.3 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4


(4)

s27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat setuju 1 1.0 3.3 3.3

setuju 2 2.0 6.7 10.0

tidak setuju 15 15.3 50.0 60.0

sangat tidak setuju 12 12.2 40.0 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid setuju 2 2.0 6.7 6.7

tidak setuju 15 15.3 50.0 56.7

sangat tidak setuju 13 13.3 43.3 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 1 1.0 3.3 3.3

tidak setuju 1 1.0 3.3 6.7

setuju 16 16.3 53.3 60.0

sangat setuju 12 12.2 40.0 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak setuju 2 2.0 6.7 6.7

setuju 13 13.3 43.3 50.0

sangat setuju 15 15.3 50.0 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(5)

setuju 15 15.3 50.0 53.3

sangat setuju 14 14.3 46.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s32

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid setuju 19 19.4 63.3 63.3

sangat setuju 11 11.2 36.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s33

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid setuju 1 1.0 3.3 3.3

tidak setuju 17 17.3 56.7 60.0

sangat tidak setuju 12 12.2 40.0 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s34

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid setuju 1 1.0 3.3 3.3

tidak setuju 16 16.3 53.3 56.7

sangat tidak setuju 13 13.3 43.3 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s35

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid setuju 1 1.0 3.3 3.3

tidak setuju 15 15.3 50.0 53.3

sangat tidak setuju 14 14.3 46.7 100.0

Total 30 30.6 100.0

Missing System 68 69.4

Total 98 100.0

s36

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid setuju 1 1.0 3.3 3.3

tidak setuju 13 13.3 43.3 46.7

sangat tidak setuju 16 16.3 53.3 100.0


(6)

Missing System 68 69.4


Dokumen yang terkait

Efektivitas Media Promosi Kesehatan (LEAFLET) Dalam Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dan Asi Eksklusif Di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010

10 57 156

Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr. R.M Djoelham Binjai

6 75 70

Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Timur Tahun 2010

0 33 57

Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

3 34 108

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD).

0 0 15

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL PERAWAT

0 0 14

Lampiran 2 KUESIONER EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013 IDENTITAS RESPO

0 0 42

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efektivitas - Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun

1 3 31

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 20

0 1 10

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)TERHADAP KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

0 0 12