29
Tuntunan masyarakat untuk memilih merdeka daripada otonomi
khusus sehubungan dengan pudarnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah pusat.
Ancaman konflik horizontal maupun vertikal yang dapat
menyebabkan gangguan keamanan.
2.3 Pemekaran Wilayah
Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan
hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam rangka pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah yang diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengadaan
sarana kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, pemekaran wilayah merupakan salah satu bentuk otonomi daerah dan merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan karena dengan adanya pemekaran wilayah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah.
Otonomi daerah itu sendiri didalam penyelenggaraannya dipandang perlu lebih menekankan pada prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan
dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keragaman daerah. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu wilayah, diantaranya faktor-faktor
geografis yang mencakup potensi daerah sumber daya alam, luas daerah, jumlah penduduk, dan kondisi fasilitas-fasilitas masyarakat umum, serta hal-hal lain yang
Universitas Sumatera Utara
30
menjadi pertimbangan untuk terselenggarakannya otonomi daerah, dalam hal ini pemekaran wilayah.
Berkembangnya wacana pemekaran daerah, tidak terlepas dari pemberlakuan prinsip-prinsip otonomi daerah. Didalam Undang-Undang otonomi
daerah tahun 1999, memang telah dengan jelas diamanatkan bahwa pada prinsipnya otonomi daerah adalah sebagai media atau jalan untuk menjawab tiga
persoalan mendasar dalam tata pemerintahan dan pelayanan terhadap publik : Pertama, otonomi daerah haruslah merupakan jalan atau upaya untuk
mendekatkan pemerintah kepada rakyat. Kedua, melalui otonomi daerah juga harus tercipta akuntabilitas yang
terjaga dengan baik. Ketiga, bagaimana otonomi daerah diformulasikan menjadi langkah untuk
mengupayakan responsiveness, dimana publik berpartisipasi aktif dalam pengambilan kebijakan di tingkat lokal.
Apabila ditelusuri lebih jauh, urgensi pembentukan daerah otonom tidak hanya ditentukan oleh persyaratan-persyaratan teknis seperti kemampuan
ekonomi, karakteristik dan potensi daerah, jumlah penduduk, dan luas daerah, disamping dimensi administrasi terdapat pula dimensi politik. Pembatasan
wilayah untuk tujuan desentralisasi pemerintahan dan administrasi jauh dari hanya sekedar teknis pelaksanaan belaka Smith, 1985; 56.
Malia 2009:91 mengatakan meningkatnya aktifitas pemerintah dan perekonomian telah meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha
sebagian masyarakat, hanya masyarakat berpendidikan baik yang mampu
Universitas Sumatera Utara
31
menangkap peluang tersebut. Harus ada perubahan, agar pemekaran dapat dinikmati semua lapisan masyarakat.
Pemekaran telah mendekatkan pemerintah kepada masyarakat, hal ini dilihat dari meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dan mulai terbukanya
kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pelayanan administrasi kependudukan dan perizinan usaha menjadi lebih mudah. Selain
letak kantor pemda yang lebih dekat, pemda juga berusaha meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kesempatan berpartisipasi baru terealisasi dalam
usulan pembangunan kelurahan. Pemekaran yang baru berusia tujuh tahun, masih sibuk berbenah dalam pembangunan sarana dan prasana. Sehingga program
pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan belum banyak dilakukan.
2.4 Kesejahteraan Masyarakat Dikaitkan dengan Pembangunan