2.6 PERT Program Evaluation and Review Technique
Pengelolaan proyek – proyek berskala besar yang berhasil memerlukan perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian yang hati – hati dari berbagai
aktivitas yang berkaitan. Untuk itu telah dikembangkan prosedur – prosedur formal yang didasarkan atas penggunaan network jaringan dan teknik – teknik
network. Prosedur yang paling utama dari prosedur – prosedur ini dikenal sebagai PERT Program Evaluation and Review Technique Namun kecenderungan pada
dewasa ini adalah menggabungkan kedua pendekatan tersebut menjadi apa yang biasa dikenal dengan dengan PERT-type system.
Seperti telah diterangkan di atas, PERT- type system menggunakan network jaringan kerja untuk menggambarkan interelasi antara elemen-elemen proyek.
Gambar jaringan rencana proyek ini memperlihatkan seluruh kegiatan aktivitas yang terdapat di dalam proyek tersebut serta logika ketergantungannya satu sama
lain. Budi Santosa,1999;21.
2.7 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, dan Lintasan Kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu atau SPA Saat Paling Awal-nya sama dengan SPL Saat Paling Lambat.
Peristiwa kritis pada network diagram bias diketahui dari bilangan pada ruang kanan atas sama dengan bilangan pada ruang kanan bawah dari peristiwa tersebut.
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak memiliki toleransi terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sedangkan kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan mengalami keterlambatan selama satu hari Tubagus H.A,
1997 ; 15. Sifat kritis ini
disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu saat tidak ada mulai paling awal dan tidak ada mulai paling lambat dan harus selesai pada satu saat
tidak ada selesai paling awal dan tidak ada selesai paling lambat. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, saat paling awal sama dengan saat paling lambat baik
untuk peristiwa awal maupun untuk peristiwa akhir dari kegiatan yang bersangkutan atau secara formulatif.
SPA
i
= SPL
i
SPA
j
= SPL
j
Karena kegiatan kritis harus dimulai pada suatu saat awal saja dan harus selesai pada satu akhir saat akhir saja dan tidak ada alternative saat lainnya, maka
berlaku rumus: SPA
i
+ L = SPL
i
SPA
j
+ L = SPL
j
Keterangan : L
= lama kegiatan kritis SPA
i
= saat paling awal peristiwa awal SPL
i
= saat paling lambat peristiwa awal SPA
j
= saat paling awal peristiwa akhir SPL
j
= saat paling lambat peristiwa akhir
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan : 1.
Kegiatan kritis terletak diantara dua peristiwa kritis. 2.
Antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis mungkin kegiatan kritis mungkin pula bukan kegiatan kritis.
3. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila dipenuhi rumus :
SPA
i
+ L = SPL
i
atau SPA
j
+ L = SPL
j
Lintasan kritis dalam sebuah network diagram adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy. Dummy
hanya ada dalam lintasan kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini dimulai dari peristiwa awal network diagram. Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk
mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek, sehingga
setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijakan penyelenggaraan proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis.
Berdaraskan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek. 2.
Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksaannya dari semua lintasan yang ada.
Syarat umum jalur kritis adalah : 1.
Pada kegiatan pertama : ES = LS = 0 atau E1 = L1 = 0. 2.
Pada kegiatan terakhir atau terminal : LF = EF. 3.
Float Total : TF = 0. Sehubungan dengan lintasan kritis suatu proyek, perlu diperhatikan bahwa :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Penundaan kegiatan yang merupakan bagian dari “jalur kritis” akan
menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek. 2.
Penyelesaian proyek secara keseluruhan akan dapat dipercepat bila kita dapat mempercepat penyelesaian suatu kegiatan pada jalur kritis.
3. Kelonggaran waktu slack terdapat pada kegiatan-kegiatan yang tidak
merupakan bagian “jalur kritis”. Ini memungkinkan kita untuk mengadakan relokasi tenaga kerja dari kegiatan-kegiatan tertentu pada kegiatan-kegiatan
“kritis”.
2.8 Analisis Biaya Proyek