Identifikasi Permasalahan BP2T Kota Tangerang Selatan

Evaluasi Rencana Strategis Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang Selatan 2011-2016 26 pegawai BP2T khususnya yang berada pada bagian pelayanan frontoffice. Tahun 2011, gelombang masuknya Tenaga Kerja Sukarela TKS banyak dan tidak terkendali. Hal ini terkait dengan beberapa faktor eksternal yang ikut mempengaruhi hal tersebut. Persoalan kemudian muncul adalah ketika tenaga yang masuk tersebut ternyata tidak ditunjang dengan realitas kebutuhan obyektif di BP2T serta tidak memiliki kompetensi yang sesuai dan sedang dibutuhkan sehingga menimbulkan ketimpangan berupa kinerja yang tidak maksimal. Oleh karena itu khusus ditahun 2013 ini telah dilakukan upaya pengetatan dalam proses penerimaan TKS, dan lebih fokus untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas Sumber Daya Aparatur yang telah ada melalui berbagai pendidikan, pelatihan dan bimbingan teknis yang telah di programkan.

3.1.2. Belum optimalnya pelayanan administrasi perkantoran serta

belum memadainya sarana dan prasarana aparatur Pelayanan administrasi perkantoran serta peningkatan sarana dan prasarana aparatur merupakan kegiatan rutin organisasi. Saat ini pelayanan administrasi perkantoran dirasa belum cukup memuaskan, masih sering ditemukannya berbagai permasalahan baik dari segi ketepatan waktu pelayanan, proses administrasi dokumen yang berbelit-belit dan sulit, dan biaya yang berbeda-beda. Demikian juga untuk sarana dan prasarana perkantoran masih perlu untuk Evaluasi Rencana Strategis Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang Selatan 2011-2016 27 ditingkatkan lagi baik secara kualitas maupun kuantitas dalam rangka mendukung pencapaian kinerja organisasi. Oleh karena itu secara bertahap dan berkelanjutan upaya perbaikan dan penyempurnaan terhadap pelayanan administrasi dan sarana prasarana terus dilakukan setiap tahun, dan mulai tahun 2013 telah dicanangkan pembentukan penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Satu Atap PTSPPTSA yang operasionalisasinya diharapkan berjalan diawal tahun 2014. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan pelaksanaan kegiatan pelayanan perijinan yang lebih efektif, efisien, transparan dan menjamin kepastian dalam memberi pelayanan prima ke masyarakat.

3.1.3. Belum optimalnya pelaksanaan pengelolaan keuangan dan barang

Pelaksanaan pengelolaan keuangan dan barang saat ini masih belum optimal terutama dari segi ketepatan waktu penyampaian pertanggungjawaban keuangan dan administrasi pengelolaan barang yang disebabkan oleh rendahnya koordinasi antar bidang dilingkup Badan Pelayanan perijinan Terpadu Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut berakibat terhadap adanya keterlambatan dalam pelaporan keuangan yang terkadang berimplikasi terhadap target capaian yang belum optimal. Oleh karena itu Badan Pelayanan Perijinan terpadu Kota Tangerang Selatan berupaya semaksimal mungkin untuk meminimalisir hal tersebut melalui peningkatan kapasitas Sumber Evaluasi Rencana Strategis Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang Selatan 2011-2016 28 Daya Aparatur SDA BP2T khususnya bagi pegawai yang terlibat langsung menangani bidang keuangan dan pengelolaan barang dan jasa, penggunaan jasa konsultan, dan pengembangan sistem pelaporan keuangan, barang dan jasa yang ada.

3.1.4. Belum optimalnya disiplin pegawai dan penataan administrasi

kepegawaian Pada dasarnya, setiap tahun penataan terhadap administrasi umum dan kepegawaian di Badan Pelayanan Perijinan terpadu Kota Tangerang Selatan dapat dikatakan sudah relatif baik dan terus dilakukan penyempurnaan, hal itu tercermin dengan tersedianya dokumentasi absensi baik manual dan otomatis finger print yang mendata tingkat kehadiran pengawai BP2T setiap hari kerja, namun beberapa hal yang masih dirasa perlu ada penyempurnaan adalah tingkat kesadaran pegawai untuk datang tepat waktu dan sanksi tegas bagi mereka yang dianggap selalu lalai dalam melaksanakan kewajibannya, hal ini sudah tentu perlu ada koordinasi yang intensif dengan instansi terkait, oleh karena itu rangka optimalisasi pencapaian visi dan misi instansi dipandang perlu untuk waktu yang akan datang terus diperbaiki secara berkelanjutan beberapa hal baik mencakup pengelolaan updating system data kepegawaian serta peningkatan disiplin pegawai. Evaluasi Rencana Strategis Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang Selatan 2011-2016 29

3.1.5. Belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan perijinan

Penyelenggaraan pelayanan pada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang Selatan merupakan satu rangkaian proses yang dimulai pada Bidang Pelayanan Perijinan Pembangunan, Bidang Pelayanan Perijinan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat, Bidang Pengawasan, Pengendalian dan Pengaduan, Bidang Data, Informasi dan Regulasi dan pada akhirnya sampai pada pimpinan BP2T melalui Bagian Sekretariat. Dalam proses kegiatan ini masih terkendala terutama di Bidang Pelayanan : ruang pelayanan perlu dioptimalkan sehingga proses pelayanan sesuai dengan mekanisme kerja bidang- bidang yang ada. Di sisi lain mekanisme kerja perlu dituangkan kedalam Standard Operating Procedure SOP dan alur kerja yang efektif dan efisien. Kendala lain yang dirasa sangat krusial adalah koordinasi yang belum maksimal dengan instansi lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan pelayanan perijinan. Oleh karena itu upaya perbaikan dan penyempurnaan baik terhadap Sumber Daya Aparatur dan System Database yang ada terus dilakukan hingga saat ini khususnya dalam menghadapi penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Satu Atap PTSPPTSA sehingga tercipta pelayanan kepada masyarakat secara optimal yang pada akhirnya berimplikasi terhadap peningkatan indeks kepuasan masyarakat. Evaluasi Rencana Strategis Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang Selatan 2011-2016 30

3.1.6. Belum optimalnya kualitas dan kuantitas regulasi perijinan

Optimalisasi kualitas pelayanan perijinan sangat ditentukan oleh kualitas regulasi perijinan baik dalam bentuk petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis merupakan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan. Kondisi saat ini regulasi perijinan yang dilaksanakan BP2T Kota Tangerang Selatan masih mengacu pada Peraturan Daerah Perda dan Peraturan Bupati Perbup Kabupaten Tangerang, sehingga untuk waktu yang akan datang perlu menjadi perhatian serius dalam upaya menghasilkan peraturan yang lebih fokus pada pemberian pelayanan optimal ke masyarakat selaras dengan SOP serta nota kesepahaman antar SKPD lainnya dan diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas layanan perijinan secara umum.

3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah: BP2T dan Keharusan Pelayanan Prima

Visi Walikota dan Wakil Walikota adalah “Terwujudnya Kota Tangerang Selatan yang Mandiri, Damai, dan Asri”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, salah satu misi Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan Terpilih yang menjadi rumusan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Tangerang Selatan Evaluasi Rencana Strategis Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang Selatan 2011-2016 31 adalah “Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih”. Ini ditujukan untuk meningkatkan fungsi Pemerintahan dalam hal peningkatan pelayanan perijinan kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan yang diorientasikan pada pemerataan kemajuan perekonomian dan kesejahteraan sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK. Misi ini diarahkan pada peningkatan pembangunan sektor pendapatan asli daerah dan penataan tata kota yang baik dalam sektor perijinan sebagai mainstream yang dapat menciptakan stabilitas dan pemerataan ekonomi dan didukung oleh sistem investasi dan pengembangan sektor lain yang potensial. Penyelenggaraan pelayanan prima yang terpadu di Kota Tangerang Selatan adalah menjadi keharusan baik secara konstitusional maupun dalam rangka menjawab realitas kebutuhan masyarakat. Dalam upaya meningkatkan perekonomian dan menggiatkan sektor riil di Kota Tangerang Selatan diperlukan kemudahan perijinan seperti kemudahan untuk berinvestasi dan membuka usaha kerja. Namun, pada saat yang sama sering kita mendengar berbagai keluhan dari para investor dan pelaku usaha yaitu tidak memperoleh jaminan kepastian berusaha, kemudahan perizinan, serta jaminan keamanan berusaha dalam rangka pengembangan iklim investasi yang kondusif dan memberi kepastianjaminan berusaha. Selama ini, Pemerintah Kota dinilai belum memiliki inisiatif langsung bersentuhan dengan investor, akibatnya investasi di Pemerintah Kota Tangerang Selatan tidak dapat dirasakan secara kualitatif dan langsung manfaatnya. Hal