Analisis Makna Simbolik Pada Perayaan Festival Koinobori Di Jepang

(1)

LAMPIRAN

GAMBAR 3.1

Bendera ikan atau koinobori yang dipasang pada sebuah tiang adalah simbol dari sistem keluarga inti pada masyarakat Jepang. Merupakan bendera yang menjadi lambang pada perayaan koinobori. Merupakan simbol kekuatan , kesuksesan, dan ketekunan.

GAMBAR 3.2

Baju Hakama merupakan baju tradisional Jepang yang digunakan pada perayaan anak laki-laki di Jepang. Baju hakama yang digunakan berwrna hitam , hitam merupakan simbol keberuntungan dan pertahanan tertinggi.


(2)

GAMBAR 3.3

Lambang yang terdpat padi bagian depan baju hakama yng digunakan , merupaka simbol keluarga, lamang ini merupakan Hana Wachigai, lambang dari klan Izumo Genji. Merupaka lambang dari keluarga di Jepang

GAMBAR 3.4

Kabuto adalah topi baja yang biasa dipakai oleh ksatria Jepang pada zaman dahulu. Kabuto-Hira-Kazari adalah helm atau topi baja yang diletakkan di tengah. Merupakan simbol kekuatan dan simbol harapan untuk anak laki-laki di Jepang.


(3)

GAMBAR 3.5


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Animonster.2001.Shichi Go San. Jakarta: Megindo Tunggal Sejahtera.

Damayanti, Lisbet, 2009.Ritus-Ritus Daur Hidup Masyarakat Jepang. Skripsi Sarjana. Medan. Fakultas Sastra USU.

Florentina, Meilani.2014. Analisis Makna Konotasi Warna Hitam Dalam pada Kurotomesode Dalam Masyarakat dengan Konsep Goshiki. Thesis. Bina Nusantara University

Japan Echo Inc. Jepang Dewasa Ini. Tokyo : The Internasional Sicietyfor Educational Information Inc.

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma.

Koentjaraningrat. 1976. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lawanda, Ike Iswari. 2004. Matsuri. Jakarta : wedatama Widya Sasta.

M. Setiadi, Elly, dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ( Edisi Kedua) Bandung : Prenada Media Group

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Cetakan Ke-23). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, 2004, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Medan : Universitas Sumatera Utara. Mulyana, Deddy. 1990. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Ros dan Karya. Nasution, M. Arif. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rani, Rastati, 2008. Analisis Penggunaan Warma. Skripsi Sarjana. Fakultas Ilmu Budaya. UI. Ritonga, parlaungan.1997. Makna Simbolik. Medan. USU Press.

Situmorang, Hamzon. 2009. Ilmu Kejepangan I (Edisis Revisi). Medan: USU press

Situmorang, Hamzon dan Rospita Uli. 2011. Telaah Budaya dan Masyarakat Jepang. Medan: USU Press

Soleman, Herlino. Koinobori, Jakarta : PT. Grasindo

Situmorang, Hamzon. 2006. Ilmu Kejepangan. Medan. USU Press.

Situmorang, Hamzon. 2000. Telaah Pranata Masyarakat Jepang I. Medan. USU Press. https://www.google.com/search?q=sejarah+ikan+koi&ie=utf-8&oe=utf-8

http:// freeandzz.wordpress.com/.../upacara-tradisonal-dan-festival-di-jepang. (diakses pada 18 agustus 2014)


(5)

(diakses pada 18 Agustus 2014)

(http://www.hinamatsuri-kodomonohi.com/). ( diakses pada 15 Agustus 2014)

http://www.japanindocuteculture.com/2013/10/koinobori.html (diakses pada 15 Agustus 2014)

http://myschool-edu.blogspot.com/2011/07/koinobori.html (diakses pada 15 Agustus 2014)

http:// www.pusatkoi.com

http;//tdworkgroup.blogspot.com/.../musim-gugur-di-jepang http:// www.duniakoi.com/warna-dan-angka-dalam-simbol-koi http:// ww.wisnumorgen.blogspot.com/.../precious-koi-tattoo.htm

http://www.pendidikanbahasajepang-unnes.com/2012/10/4-musim-di-jepang.html file.upi.edu/.../Keadaaan_Alam_dan_Musim_di_Jepang..

http:// www.binus.web.id/Index_Php? Topic= 14590; Wap 2

http://www. Ehou.com about_665849_meaning_colour_japanese_culture.html http;//kisah dongeng-dongeng Jepang_fuharasekai.html

http;//Wikipedia.org/wiki/kimono http;//Wikipedia.org/…./Mon(lambang) http;//thesis binus.ac.id/bitsteran/…/3/chpter

http;//children’s Day_Kodomono_hi_pieces of Japan: htm http;;//id.emb_Japan.go.Jp/explJP_09.html


(6)

BAB III

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK PADA PERAYAAN KOINOBORI DI

JEPANG

Sekku pertama setelah seorang bayi dilahirkan disebut hatsu sekku. 5 Mei adalah hari untuk bayi laki-laki dan secara resmi disebut Tango no Sekku. Kebiasaan sekku diperkenalkan di Jepang bersamaan dengan unsur kebudayaan Cina yang lain selama periode Nara (710-794), dan lima sekku mulai dirayakan di istana kerajaan. Mereka merayakannya dengan menghias istana dengan bunga iris sebagai jimat keberuntungan, dan menyajikan mugwort (semacam tanaman obat) untuk keluarga kerajaan dan anggotanya. Mereka juga mengadakan upacara untuk mengusir setan yang dianggap membawa kesialan. Liburan ini dirayakan dengan antusias selama periode Nara dan Heian (794-1192).

Menurut analisis penulis, festival Tango no Sekku atau yang biasa disebut dengan hari anak-anak ( 子供 日) adalah sebuah festival di Jepang untuk merayakan harapan dan ambisi

dari seluruh keluarga di Jepang kepada anak laki - laki mereka. Orang Jepang menganggap bahwa anak laki- laki merupakan generasi penerus yang nantinya akan membawa nama marga keluarganya, sehingga mereka berdoa kepada para dewa pada saat festival Tango no Sekku berlangsung agar diberi kesehatan dan kesuksesan bagi anak laki-laki mereka. Perayaan festival ini juga dilengkapi dengan gambar dan simbol-simbol yang jantan di alam, dan dimaksudkan untuk memastikan keajaiban bahwa anak laki - laki di dalam keluarganya tumbuh dan berkembang untuk menjadi tegar , bijaksana dan dipenuhi semangat bertempur (pantang menyerah).


(7)

3.1 Makna Simbolik Pada Bendera Koinobori

Kata Koinobori terbagi dari dua kata, yaitu koi yang merupakan nama sejenis ikan yang paling terkenal di Jepang dan nobori yang artinya menaikkan yang berasal dari kata noboru yang artinya adalah memanjat, mendaki. Jadi Koinobori adalah umbul-umul yang berbentuk Ikan Koi, yang diikatkan pada sebatang bambu dan dipasang dihalaman depan rumah. Sehingga jika Koinobori tertiup angin akan terlihat seperti koi yang sedang mendaki.

Simbol yang digunakan pada bendera Koinobori adalah Ikan Koi. Simbol ini berkaitan dengan kepercayaan cina kuno dimana ikan koi disimbolkan sebagai kekuatan, kesuksesan, perjuangan dan ketekunan. Karena ikan koi mempunyai daya hidup yang sangat tinggi, dapat hidup baik di aliran air jernih maupun kolam atau di rawa-rawa sekalipun.

Menurut analisis penulis, bendera ikan atau koinobori yang dipasang pada sebuah tiang adalah simbol dari sistem keluarga inti pada masyarakat Jepang. Pada tingkat paling atas bendera yang berwarna hitam melambangkan ayah sebagai kepala keluarga dalam suatu rumah tangga, dilanjutkan dengan bendera bewarna merah yang melambangkan ibu sebagai istri atau pendamping dari ayah, kemudian bendera bewarna biru yang melambangkan anak sebagai penerus keluarga. Di bawah ini adalah gambar dari bendera ikan (koinobori) yang tampak berkibar- kibar di angkasa saat festival Tango no Sekku berlangsung.

Koinobori yang dipasang dengan bambu ini, terdiri dari bermacam-macam warna, yakni warna hitam, merah, biru, dan hijau. Koinobori paling besar akan dikibarkan pada ujung bambu paling atas, Koinobori paling besar berwarna hitam (magoi), diibaratkan seorang ayah yang tegar dan kuat. Simbol warna hitam yang digunakan juga memiliki makna tersendiri yang berkaitan dengan konsep agama Budha (Goshiki), dapat dikatakan warna hitam yang dianggap level warna yang paling tinggi, telah megalami transformasi maknanya, baik perubahan dari segi budaya, sejarah dan sudut pandang masyarakat itu sendiri.


(8)

Makna kedudukan tertinggi yang terkandung dalam warna hitam pada koinobori, sesuai dengan makna pertahanan dan keberuntungan dalam Goshiki. Karena dalam analisis penulis, untuk mencapai kedudukan tertinggi itu diperlukan faktor lain dari diri seseorang di luar kemampuannya, hal tersebut adalah keberuntungan. Berikut akan dilihat makna yang paling dominan dimiliki warna hitam dalam budaya Jepang. (Florentina, Meilani : 2014)

Bagan Analisis Makna hitam pada Masyarakat Jepang dengan Goshiki

Dari tabel analisa diatas, dapat dipahami bahwa warna hitam dalam masyarakat Jepang jika dihubungkan dengan makna hitam dalam konsep agama Buddha (Goshiki) memiliki kesinambungan makna yang sama. Sehingga dapat dinyatakan bahwa makna warna hitam dalam masyarakat Jepang sama dengan makna hitam dalam agama Buddha.

Koinobori merah (higoi), ukuran nya lebih kecil dibandingkan magoi , koinobori ini melambangkan sosok seorang ibu yang memiliki jiwa penyemangat serta cinta lahir maupun batin dalam menjaga dan merawat keluarga baik itu ayah maupun anak laki-laki mereka, urutan kebawah dari higoi ukurannya lebih kecil. koinobori biru melambangkan putra sulung, dan koinobori hijau melambangkan putra kedua. Bagi bangsa Jepang, hijau adalah warna

Makna Warna Hitam

Warna level tertinggi Kedudukan Tertinggi Keberuntungan Baik Martabat

kemegahan kedisiplinan

Mengalami perubahan Transformasi

Pertahanan

Kesehatan Baik

Keberuntungan Belas Kasih Kasih Sayang Kebijaksanaan Kebajikan Kesehatan Baik


(9)

yang melambangkan kesopanan.Dahulu bangsa Jepang kerap menggunakan huruf Kanji aoi( 青い) yang berarti biru daripada midori(緑) yang berarti hijau untuk mengungkapkan warna hijau, sebab mereka tidak membedakan warna hijau dan biru.

Dengan kata lain, kedua warna tersebut dianggap sama. Makna simbolis warna hijau adalah dedaunan dan hutan karena warna ini banyak terdapat di alam. Biru adalah warna yang menenangkan dan banyak terdapat di alam, seperti warna langit dan warna air laut. Dengan kata lain makna simbolis warna biru adalah langit dan air laut. Banyaknya Koinobori yang di pasang sama dengan jumlah anggota keluarga yang ada di dalam rumah tersebut. Selain Ikan koi juga dikibarkan umbul-umbul berupa kain berwarna-warni yang disebut dengan Fukiganashi, merupakan Sarung angin yang berhiaskan lima kain warna yaitu biru, merah, kuning, hijau dan putih yang melambangkan unsur air, api, tanah, kayu, dan logam. Menurut kepercayaan masyarakat, fukiganashi digunakan sebagai penangkal segala penyakit. Dan juga yaguruma (roda dan panah keemasan) yang berputar saat tertiup angin. Keduanya diyakini berperan sebagai jimat pelindung yang menghalau segala kejahatan.

3.2 Makna Simbolik Pada Pakaian yang Digunakan Anak Laki-Laki

Pada saat perayaan Tango no Sekku berlangsung, anak laki – laki mengenakan pakaian tradisional Jepang, yakni hakama. Hakama adalah baju tradisional jepang yang digunakan oleh anak laki-laki pada perayaan Koinobori. Hakama adalah pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki. Dipakai sebagai pakaian bagian bawah, hakama merupakan busana resmi pria untuk menghadiri acara formal seperti upacara minum teh, pesta pernikahan, dan seijin shiki. Anak laki-laki mengenakannya sewaktu merayakan Shichi-Go-San dan Kodomono hi. Montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan setelan baju pengantin pria tradisional.


(10)

Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam. Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.

Hakama dibuat dari dua lembar kain polos berbentuk trapesium. Bagian depan diploi, 3 dari sisi kiri, dan 3 dari sisi kanan. Bagian belakang tidak diploi, namun dibagi menjadi bagian kiri dan kanan. Kain bagian depan dan kain bagian belakang, dari pinggang ke lutut dibiarkan tidak dijahit, dan hanya dijahit dari bagian lutut ke bawah. Hakama dikencangkan dengan empat buah tali, dua buah tali yang lebih panjang terdapat di bagian depan, kiri dan kanan, sementara dua tali yang lebih pendek terdapat di bagian belakang, kiri dan kanan. hakama hingga zaman Edo hanya dipakai oleh pria. (http://wikipedia.org/wiki/kimono)

Laki-laki zaman zaman Yayoi mengenakan pakaian bagian bawah seperti celana panjang. Dari situs arkeologi ditemukan haniwa yang mengenakan pakaian seperti celana. Hakama yang dikenal orang sekarang, berasal dari celana yang dikenakan samurai sekitar zaman Kamakura. Ketika itu ada berbagai model hakama, di antaranya umanoribakana untuk menunggang kuda, nobakama, dan hakama untuk kendo. anak laki-laki memaki baju tradisional jepang dengan lambang keluarga di bagian dada depan adalah simbol dari keluarga Hana Wachigai, lambang dari klan Izumo Genji, Mulai pertengahan abad ke-20, lambang keluarga sudah kehilangan makna sebaga simbol nama keluarga. Meskipun demikian, lambang keluarga masih tetap dipasang sebagai hiasan pada kimono formal dan haori yang dipakai oleh wanita, pria, dan bahkan anak-anak.


(11)

3.3 Makna Simbolik Pada Acara Pemandian Anak laki-laki

Festival Tango no Sekku pada mulanya dikenal sebagai Festival Bunga iris yang dahulu merupakan sebuah festival untuk menghindari penyakit dan hawa jahat. Dalam bahasa Jepang, kata Bunga Iris dikenal dengan nama shōbu. Bunga Iris dulu merupakan benda yang sangat penting dalam pengobatan alamiah di Jepang. Bunga Iris dahulu selalu berhubungan dengan perlambangan kesuburan dan kejantanan.

Pengobatan yang paling penting adalah pengobatan dengan menggunakan daun Iris yang dulu disebut shōbu ya atau mandi iris. Daunnya dimasukkan ke dalam air panas dan biasanya jumlahnya cukup untuk menutupi seluruh permukaannya. Kemudian orang-orang masuk ke dalam air dengan perlahan dan berendam selama mungkin. Hal ini dilakukan dengan maksud sebagai mandi penyegaran yang membuat mereka tetap hangat dan sehat lebih lama setelah mereka meninggalkan air.

Menurut analisis penulis, pada saat perayaan festival Tango no Sekku, anak laki – laki harus mandi dengan air shōbu yudengan tujuan untuk “membersihkan diri” karena baunya yang menyengat dipercaya dapat mengusir roh jahat. “Membersihkan diri” disini yang dimaksud adalah sebagai proses penyucian diri (monoimi) yang merupakan unsur penting dari matsuri, dan juga merupakan penegasan dari Shinto yang ketiga, yaitu kebersihan fisik (mandi). Air yang digunakan untuk mandi adalah merupakan salah satu unsur dari Shinto yang melengkapi proses pembersihan atau penyucian (monoimi).

Monoimi secara simbolik merupakan “pintu gerbang” yang dilalui ketika pesertanya meninggalkan dunia sehari-hari untuk memasuki dunia khusus dari matsuri. Proses pembersihan diri ini dilakukan sebelum berdoa kepada Dewa. Tindakan pembersihan diri ini dinamakan dengan misogi. Selain untuk mandi, daun iris juga digantung di atap rumah.


(12)

3.4 Makna Simbolik Pada Boneka Pajangan

Selain koinobori, tradisi lainnya adalah memajang replika yoroi (baju zirah samurai) dan kabuto (helm samurai) di rumah keluarga yang memiliki anak laki-laki. Tradisi ini berasal dari tradisi keluarga samurai, dan pemajangan replika peralatan perang seperti yoroi dan kabuto dipercaya dapat melindungi anak laki-laki dari bencana. di dalam rumah akan dipajang boneka dari tokoh pahlawan atau ksatria Jepang, yaitu Kintaro, Kabuto atau Go-gatsu Ningyou.

Kabuto adalah topi baja yang biasa dipakai oleh ksatria Jepang pada zaman dahulu. Kabuto-Hira-Kazari adalah helm atau topi baja yang diletakkan di tengah. Pada bagian belakang terdapat byoubu yang berwarna keemasan. Pada bagian kanan dan kirinya juga terdapat busur, panah dan pedang. Kabuto terdiri dari dua tingkat Pada rak bertingkat yang atas dipajang boneka yang mengenakan helm atau topi baja yang berwarna hitam. Pada tingkat bawah terdapat kipas dan mainan anak laki-laki.

Menurut analisis penulis, dalam sejarah masyarakat samurai, yoroi (baju baja) dan kabuto (helm atau topi baja) merupakan benda yang sangat penting. Yoroi dan kabuto mempunyai fungsi penting untuk melindungi tubuh. Jadi sekarang ini, yoroi dan kabuto dipajang untuk menghargai semangat para samurai itu. Keluarga memajang yoroi dan kabuto dengan harapan anak laki-laki mereka tumbuh dengan baik menjadi pria yang hebat dan kuat. Dengan kata lain, keluarga melindungi terhadap bencana dan memberi berkat dalam ehidupan, misalnya seperti kesuksesan dalam ujian masuk, mendapatkan pekerjaan yang baik, dan menikah.

Pada tingkat paling atas terdapat boneka gogatsu atau gogatsu ningyō yang dipajang lengkap dengan mengenakan yoroi dan kabuto. Selain itu juga terdapat pedang, panah, kipas, dan drum. Semuanya itu diletakkan pada rak bertingkat yang dilapisi dengan permadani yang


(13)

berwarna hijau atau sering disebut dengan mousen. di belakang boneka selalu ada lipatan kain kasa atau byoubu yang biasanya berwarna keemas-emasan sebagai simbol keagungan.

Menurut analisis penulis, dekorasi yang terdapat pada festival Tango no Sekku, salah satu perlengkapannya adalah pedang. Sebagian besar kuil – kuil Shinto memiliki kaca suci atau keramat sebagai simbol dari Amaterasu, pedang, dan batu permata. Ketiga benda tersebut adalah tanda - tanda kebesaran dari kekaisaran di Jepang. Pedang yang merupakan perlengkapan dari dekorasi internal pada perayaan Tango no Sekku mencerminkan bahwa pengaruh Shinto sangat kuat dalam festival ini.

Kintaro (金太郎, Kintarō) adalah tokoh cerita rakyat Jepang berupa anak laki-laki bertenaga superkuat. Ia digambarkan sebagai anak laki-laki sehat yang memakai rompi merah bertuliskan aksara kanji 金 (emas). Di tangannya, Kintaro membawa kapak (masakari) yang disandarkan ke bahu. Ia juga kadang-kadang digambarkan sedang menunggang beruang. Cerita Kintaro dikaitkan dengan perayaan hari anak laki-laki di Jepang. Kintaro dijadikan sebagai simbol boneka bulan lima (gogatsu ningyō) yang dipajang untuk merayakan Hari Anak-anak. Orang tua yang memajang boneka Kintaro berharap anak laki-lakinya tumbuh sehat, kuat, dan berani seperti Kintaro. Selain itu, Kintaro sering digambarkan menunggang ikan koi pada koinobori.


(14)

Menurut catatan Kuil Kintaro di kota Oyama, Shizuoka, Kintaro konon lahir bulan 5 tahun 965. Ibunya bernama Yaegiri, putri dari ahli ukir bernama Jūbei yang bekerja di Kyoto. Kintaro adalah anaknya dengan pekerja istana bernama Sakata Kurando. Setelah mengandung Yaegiri pulang ke kampung halaman untuk melahirkan Kintaro. Namun setelah itu, Yaegiri tidak lagi kembali ke Kyoto karena ayah Kintaro sudah meninggal dunia.Kintaro dibesarkan ibunya di kampung halamannya di Gunung Ashigara. Kintaro tumbuh sebagai anak yang kuat, namun ramah dan berbakti kepada ibunya. Setelah besar, Kintaro bergulat sumo melawan beruang di Gunung Ashigara.

Kintaro bertemu dengan Minamoto no Yorimitsu di puncak Gunung Ashigara pada 28 April 976. Yorimitsu menjadikan Kintaro sebagai pengikutnya setelah mengetahui kekuatan fisik Kintaro yang luar biasa. Setelah namanya diganti menjadi Sakata Kintoki, ia bertugas di Kyoto, dan menjadi salah satu dari 4 pengawal Yorimitsu yang disebut kelompok Shitennō. Ketiga rekannya yang lain adalah Watanabe no Tsuna, Urabe no Suetake, dan Usui Sadamitsu.

Kelompok Shitennō disebut dalam literatur klasik Konjaku Monogatari yang terbit sekitar 100 tahun setelah wafatnya Minamoto no Yorimitsu. Ketiga rekannya bisa dipastikan memang benar pernah ada, tapi Sakata Kintoki tidak pernah bisa dibuktikan keberadaannya. Pada 11 Januari 1012, Sakata Kintoki, 55 tahun, meninggal dunia di Mimasaka (sekarang kota Shōō, Prefektur Okayama) akibat panas tinggi. Pada waktu itu, Kintoki sedang dalam perjalanan menuju Kyushu untuk menumpas pemberontak. Penduduk setempat menjadikannya panutan, dan mendirikan sebuah kuil untuknya (sekarang disebut Kuil Kurigara).


(15)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Melihat dari uraian dan penjelasan seelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Di Jepang ada banyak perayaan atau matsuri, dan setiap perayaan tersebut selalu dikaitkan dengan konsep religi, selain memiliki makna religi perayaan tersebut juga memiliki makna simbol yang digunakan pada perayaan, setiap perayaan yang dilaksanakan di Jepang selalu memiliki makna masing-masing. Selain itu terdapat juga ritus-ritus yang berhubungan dengan kehidupan, yaitu tsukagirei dan nenjugirei.

2. Pada perayaan Koinobori tersebut orang tua menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan seperti Koinobori, bunga iris, pajangan boneka, dan pakaian tradisional. Para orang tua berharap anak mereka tumbuh dengan sehat, kuat, berani, dan sukses. Itu merupakan keinginan para orang tua untuk anak-anknya.

3. Makna simbolik pada bendera Koinobori yang dipasang pada sebuah tiang merupakan simbol dari system keluarga inti pada mayarakat Jepang, dimana simbol ini berkaitan dengan ikan koi yang disimbolkan sebagai kekutan, kesuksesan, perjuangan dan ketekunan.

4. Pada saat perayaan anak laki-laki mengenakan pakaian tradisional Jepang, yakni hakama. Hakama merupakan pakaian resmi pria untuk acara formal, hakama yang digunakan biasa berwarna gelap dan dihiasi lambang keluarga pemakai.

5. Pada acara pemandian anak laki-laki harus mandi dengan air Shobu yu dengan tujuan untuk membersihkan diri karena baunya yang sangat menyengat dipercaya dapat


(16)

mengusir roh jahat, sebagai proses penyucian diri yang merupakan unsure penting pada perayaan.

6. Tradisi lainnya adalah memajang replica yoroi dan kabuto dirumah, tradisi ii berasal dari keluarga samurai yang dipercaya dapat melindungi Anak laki-laki dari bencana. Dalam sejarah masyarakat samurai yoroi dan kabuto merupakan benda yang sangat penting untuk melindungi tubuh, maknanya member berkat dalam kehidupan, misalnya seperti kesuksesan, mendapat pekerjaan, dan menikah.

7. Pelaksanaan perayaan ini agar anak menjadi sehat, kuat, tk teralahkan alaupun banyak rintangan menghambatnya.seperti simbol-simbol yang digunakan pada perayaan.

4.2 Saran

Jepang merupakan Negara yang sangat maju dan merupakan Negara yang paling serig mengadakan bermacam-macam perayaan setiap tahunnya. Setiap perayaan yang dlaksanakan sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masykat Jepang. Kita sebagai pelajar bahasa Jepang selain mempelajari bahasanya kita higa dapat mempelajari budayanya. Budaya jepang yang kita pelajari tentunya memiliki makna tersendiri dalam kehidupan, dan makna yang kita dapat dari setiap peryaan dapat kita terapkan dan kita ambil unsure positif yang bermanfaat dan dapat digunakan dalam kehidupan.


(17)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERAYAAN KOINOBORI DI

JEPANG

2.1 Nenjugirei di Jepang

Nenjugirei atau ritus-ritus sepanjang tahun adalah perayaan tahunan di dalam kehidupan masyarakat Jepang. Perayaan sepanjang tahun di Jepang sangat disesuaikan berdasarkan musim yang sedang berlangsung pada saat itu. Mengingat Jepang terdiri dari empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin, maka ritual-ritual yang dilakukan tergantung kepada empat musim-musim tersebut.

2.1.1 Musim Semi ( Bulan Maret-Bulan Mei)

Dimulai sekitar bulan Maret, dan orang Jepang menyambutnya dengan gembira, karena hari-hari dingin dan tidak bersahabat telah berakhir. Musim Semi ditandai dengan munculnya kuncup- kuncup bunga pohon plum (ume). Dan setelah bunga pohon plum berakhir, muncul kuncup-kuncup bunga paling terkenal di Jepang, bunga Sakura. Musim ini sangat dinanti, baik oleh masyarakat Jepang maupun warga asing yang tinggal di „Negeri Matahari Terbit‟.

Sebab, pada musim ini bunga sakura bermekaran, mulai dari ujung selatan, Okinawa, lalu Pulau Kyushu, merambat ke Pulau Honshu, Shikoku, dan terakhir di Hokkaido yang berada di utara Jepang. Ada kebiasaan orang Jepang untuk melihat dan berpiknik dibawah bunga sakura yang dinamai Hanami. Kyoto adalah salah satu kota yang paling sering dikunjungi pada saat musim Semi dan sakura bermekaran.

Selain itu kastil-kastil kuno atau oshiro serta otera (kuil budha) dan jinja (kuil Shinto) juga menjadi objek wisata karena udara yang hangat setelah musim dingin membuat orang senang berjalan jalan di udara terbuka. Namun sayang, mekarnya bunga sakura tidak berlangsung lama, hanya satu hingga dua minggu, sekitar akhir Maret hingga awal April.


(18)

Apalagi jika ada hujan atau angin kencang, sakura lebih cepat berguguran. Saat sakura bermekaran, orang Jepang beramai-ramai melakukan pesta kecil bersama keluarga atau kerabat di bawah pohon sakura yang disebut dengan hanami.perayaan hanami dilaksanakan pada tanggal 21 Maret, Kata hanami berasal dari hana yang berarti „bunga‟ dan mi atau miru yang berarti „melihat‟. Keluarga biasanya duduk bersama di atas tikar menikmati keindahan bunga sakura sambil bercerita, makan-makan, ataupun menggelar barbekyu.

Puncak musim semi disebut setsubun no hi jatuh pada tanggal 20 maret, Setsubun no hi pada musim semi di jepang merupakan salah satu hari libur resmi yang biasanya jatuh pada tanggal 20 Maret atau 21 Maret ketika terjadi titik awal musim semi. Atau bisa dikatakan merupakan peralihan dari musim salju ke musim semi. Saat itu rentang waktu siang sama panjangnya dengan waktu malam. Hari libur ini ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 untuk “berterima kasih kepada alam dan mencintai makhluk hidup.( http://www.pendidikanbahasajepang-unnes.com/2012/10/4-musim-di-jepang.htm)

Di Jepang pada bulan Maret ini terdapat perayaan yang ditujukan untuk anak perempuan, yaitu Hinamatsuri. Festival ini disebut juga sebagai festival pembuka musim semi karena Hinamatsuri merupakan festival yang pertama kali diadakan pada musim semi yaitu pada tanggal 3 Maret. Perayaan Hinamatsuri bertujuan untuk mendoakan anak perempuan agar tumbuh sehat.

Oleh karena itu tiap keluarga yang mempunyai anak perempuan ikut merayakan festival ini dengan memajang satu set boneka yang mengenakan kimono zaman Heian dan menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Perayaan Hinamatsuri disebut juga festival boneka atau festival anak perempuan. Hal ini bermula dari kebiasaan para putri bangsawan dalam bermain, yaitu memainkan boneka putri (hiina bi).festival ini bermula dari masa Heian (794-1185) dan mulai menyebar luas pada masa Meiji (1868-1912).


(19)

Masih dimusim semi, pada bulan April sejak tanggal 29 tahun 1989 sampai sekarang, merupakan hari lingkungan hidup yang disebut Midori no Hi atau Hari Hijau,sehubungan dengan kecintaan kisar pada alam dan lingkungan sering diadakan kegiatan penghijauan atau penanaman pohon serta kegiatan pelestarian lingkungan lainnya.

Ada juga perayaan yang ditujukan untuk anak laki-laki yang disebut Kodomo no Hi. Kodomo no hi ini merupakan salah satu perayaan musim semi dan merupakan salah satu hari libur resmi diJjepang yang ditetapkan tiap tanggal 5 mei dan merupakan serangkaian liburan akhir bulan April dan awal bulan Mei. Hari libur tersebut dikenal dengan istilah Golden Week (Minggu Emas). Pengertian istilah Golden Week yaitu jika setelah hari libur berakhir berlanjut dengan libur akhir pekan sehingga jumlah hari libur bertambah.

Sejak tahun 1948 sudah ada peringatan Hari Anak-anak yang telah ditetapkan menjadi hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) dengan tujuan untuk menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak, dan sebagai ungkapan terima kasih kepada ibu.

Di penghujung musim semi, sebelum memasuki musim panas, terjadi musim hujan atau tsuyu terlebih dahulu. Tsuyu berlangsung dari pertengahan Juni sampai Juli. Tsuyu bukanlah musim yang menyenangkan, karena hampir setiap hari hujan dan udara sangat lembab sehingga makanan mudah rusak.

2.1.2 Musim Panas ( Bulan Juni-Bulan Agustus)

Diawali dengan musim hujan sekitar seminggu, yang disebut Tsuyu. Berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus. Musim Panas di Jepang bisa mencapai suhu maximum 35 derajat celcius. Tidak perlu olahraga angkat besi, dengan duduk diam saja, sudah sukses membuat kita mengeluarkan keringat sebesar biji beras. Musim Panas dimulai sekitar bulan Juni ditandai dengan pohon-pohon hijau dan nyanyian ribut serangga yang bernama „Semi‟. Sekolah di Jepang member libur Musim Panas sekitar sebulan. Salah satu aktivitas yang disukai kaum muda Jepang di Musim Panas adalah bermain ke pantai dan ke laut. Liburan


(20)

musim panas biasanya tanggal 20 Juli - 31 Agustus. Musim panas merupakan musim yang menyenangkan karena kita dapat bermain dan berenang di Pantai.Namun ada juga orang Jepang yang karena tinggal di daerah panas, berlibur ke daerah dingin seperti Hokkaido.

Taue merupakan salah satu festival musim panas yang diadakan untuk menyambut datangnya musim menanam padi. Festival ini biasa diadakan tiap bulan Juni. Menanam padi merupakan pekerjaan yang penting karena padi nantinya akan menjadi makanan pokok. Penanaman padi biasanya dilakukan pada awal Juni hingga pertengahan Juni. Akhir-akhir ini penanaman padi di dekat kota besar jarang terlihat karena jumlah petani yang menanam padi jumlahnya makin berkurang.

Tanabata merupakan salah satu festival yang diadakan pada musim panas. Tanabata lebih dikenal dengan istilah festival bintang. Biasanya di kota-kota besar di Jepang perayaan ini dilakukan secara besar-basaran. Salah satu perayaan Tanabata yang terkenal adalah yang diadakan di Sendai yaitu Sendai Tanabata. Pada awalnya pelaksanaan festival Tanabata mengikuti kalender Lunisolar yang perhitungannya lebih lambat kira-kira satu bulan dari kalender Gregorian.( www.ribeiraopreto.sp.gov.br/.../tanabata..)

Namun sejak kalender Gregorian mulai digunakan di Jepang, perayaan Tanabata mulai diadakan pada tanggal 8 Agustus (kalender Gregorian) atau sama dengan tanggal 7 Juli ( hari ke-7 bulan ke-7 pada kalender Lunisolar). Tanabata dirayakan sebelum perayaan Obon yaitu pada tanggal 7 Juli sedangkan sebagian upacara dilakukan di malam hari tanggal 6 Juli.

Meski di tiap musim juga diadakan festival, Musim Panas adalah musim dengan jumlah festival terbanyak dan tersemarak. Meski di tiap musim juga diadakan festival, Musim Panas adalah musim dengan jumlah festival terbanyak dan tersemarak. Seperti Festival kembang api (Hanabi Matsuri) Sesuai dengan namanya, pesta awal musim yang biasanya berlangsung di bulan Juli-Agustus ini penuh dengan penampilan kembang api yang keren. Sebelum pesta


(21)

kembang api ini dimulai, masyarakat Jepang mengadakan pasar malam yang diisi dengan permainan tradisional dan makanan khas Jepang.

Para pengunjung yang datang ke pasar malam ini biasanya mengenakan pakaian musim panas khas Jepang, Yukata. Pertunjukkan kembang apinya pun spektakuler. Ada ribuan kembang api yang ditembakkan ke udara sehingga berbentuk seperti bunga-bunga bermekaran di langit malam. Di awal musim panas atau natsu akan sering turun hujan dan munculnya musi atsui atau panas beruap. Musim ini berlangsung dari awal Juni hingga akhir September. Juli dan Agustus menjadi puncak musim panas, yang diiringi dengan waktu siang yang lebih lama daripada malam. Matahari sudah terbit sekitar pukul 04.00 dan baru terbenam pada pukul 19.00.

Pada musim ini banyak festival yang diselenggarakan . Seperti hanabi matsuri (festival kembang api), tanabata matsuri (festival bintang), dan khusus di Kota Tokushima ada Awa odori (tari Awa). Setiap 12-15 Agustus, semua warga Tokushima libur untuk merayakan Awa odori. Mulai dari anak-anak hingga orang tua berkumpul bersama menari di jalan dan taman Kota Tokushima. Pada saat itu akses lalu lintas ditutup selama empat hari.

2.1.3 Musim Gugur ( Bulan September-Bulan November)

Berlangsung dari bulan September sampai November/Desember 2011. Musim gugur merupakan saat-saat daun memerah lalu berguguran. Musim ini juga merupakan masa panen aneka jenis tanaman pangan termasuk buah-buahan. Jika ingin melihat Momiji dan menikmati alam sambil berolahraga jalan maka bisa datang ke Kyomizudera di Kyoto. ditandai dengan mulai rontoknya dedaunan di pohon- pohon, dan berakhirnya hari panas dan lembab.

Berawal sekitar bulan September. Musim ini terkenal dengan daun yang berubah warna jadi kuning, merah, oranye, dan disebut Momiji (紅葉). Festival yang diadakan pada musim ini yaitu aki matsuri (festival musim gugur). Perayaan ini dilaksanakan di kuil Shinto untuk berterimakasih pada dewa atas hasil panen pada musim gugur. Orang-orang merayakannya


(22)

dengan mempersembahkan padi dan hasil bumi lainnya untuk kuil Shinto. Di halaman kuil tersebut, mereka pun menari sambil membawa usungan. Tarian tersebut pun mereka persembahkan untuk para dewa. Sementara di dalam rumah, orang-orang membuat berbagai masakan lezat dan merayakan festival tersebut dengan makan bersama.

Pada festival itu berbagai budaya Jepang ditampilkan, seperti peragaan kimono, seni bela diri, chado (upacara minum teh), hingga pasar kaget yang menjual aneka makanan khas Jepang. Tiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri dalam merayakannya. Di beberapa kampus, anak muda Jepang merayakannya dengan menggelar panggung musik. Di samping itu, pada musim gugur petani memasuki musim panen, misalnya panen ubi dan jeruk. Para binatang liar seperti beruang, mengumpulkan persediaan makanan untuk ditimbun selama mereka tidur jangka lama di Musim Dingin.

Dan ada juga yang menarik yaitu Puncak Musim Gugur atau Hari Ekuinoks Musim Gugur (秋 分 の 日 Shūbun no hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh sekitar 23 September ketika terjadi ekuinoks musim gugur yang merupakan hari pertama musim gugur di belahan bumi utara. Hari ibur ini ditetapkan tahun 1948 dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 untuk "memuliakan nenek moyang, mengenang orang yang sudah meninggal," sedangkan penentuan tanggal berdasarkan hari ekuinoks musim gugur menurut waktu Jepang.( http;//tdworkgroup.blogspot.com/.../musim-gugur-di-jepang)

Selain itu, ada juga salah satu festival musim gugur di jepang yaitu Festival tsukimi (menatap bulan) Menurut tradisi orang jepang melihat di bulan ada seekor kelinci yang sedang menumbuk dengan Alu untuk membuat kue mochi, nah musim gugur meeupakan waktu yang sangat tepat untuk melihat bulan purnama, (khusus setia tanggal 25 september dan 23 oktober) sambil minum sake, makan penganan khusus dan menikmati keindahan sang rembulan. Rumah – rumah di hiasi dengan rumput susuki. Festifal ini berlangsung di seluruh


(23)

jepang namun di masa modern seperti ini mungkin tidak banyak yang punya waktu banyak untuk itu.

2.1.4 Musim Dingin ( Bulan Desember- Bulan Februari)

Berlangsung pada bulan Desember sampai Februari, Ditandai dengan turunnya butir- butir salju pertama di awal Desember. Karena Jepang terletak memanjang dari Utara ke Selatan, maka perbedaan suhu cukup jelas antara Hokkaido di ujung utara dan Okinawa di ujung selatan. Sehingga tidak semua wilayah di Jepang tertutup salju. Di beberapa daerah seperti Hokkaido di utara, suhu udara bisa mencapai -20 derajat celcius. Rata-rata aktivitas orang- orang Jepang di musim dingin ini, adalah bermain ski, snowboard, dan es skating. Serta Onsen / hot spring (Pemandian air panas). Musim dingin atau fuyu merupakan musim paling berat agi orang Jepang karena mereka harus melawan suhu yang ekstrem. Musim ini pun berlangsung cukup lama, dari Desember hingga Februari. Pada musim ini, jika salju turun, jalanan menjadi berair dan licin. Mobil perlu memakai ban khusus agar tidak mudah tergelincir.

Di musim dingin ada yuki matsuri (festival salju) terbesar yang diadakan di Sapporo, Pulau Hokkaido. Wisatawan dari dalam dan luar negeri berdatangan ke festival yang berlangsung selama seminggu di awal Februari itu. Pada musim ini orang Jepang biasanya bermain ski, snowboard, dan membuat boneka salju.

Saat musim dingin, udara menjadi kering. Hal itu dapat menyebabkan bibir dan kulit pecah. Tak jarang di antara teman kami saat pertama kali menghadapi musim ini mengalami mimisan, keluar darah dari hidung. Salah satunya yang terkenal di Jepang adalah Sapporo Yuki Matsuri dikota Hokkaido, yang merupakan festival musim dingin terbesar dijepang.Setiap tahunnya festival ini menarik kurang lebih 2 juta pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri yang ingin menyaksikan ratusan patung salju dan pahatan es yang menghiasi dari Taman Odori, lapangan di Satoland, dan jalanan utama di Susukino. Selama 7


(24)

hari di bulan Februari mata kita akan dimanjakan oleh patung –patung salju dan ukiran es yang indah.

Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 1950 oleh 6 orang siswa SMA yang mengadakan lomba pahat salju kecil – kecilan, semakin lama semakin banyak anak – anak yang berpartisipasi.Pada tahun 1955 pasukan beladiri Jepang ikut membantu membuatkan pahatan es raksasa yang akhirnya membuat festival ini dikenal masyarakat luas. Tidak hanya pahatan es, dalam festival ini mereka juga bisa menikmati pertunjukkan musik, kembang api, seluncuran es dan perang bola salju beramai – ramai.

Saimatsu merupakan salah satu perayaan yang dilakukan untuk memperingati akhir tahun (festival tutup tahun). Saat ini biasanya dimanfaatkan untuk berbelanja barang-barang murah. Karena pada saat saimatsu berlangsung biasanya banyak toko-toko yang menjual barang-barang dalam jumlah yang besar dan diskon secara besar-besaran. Atau dengan kata lain mengadakan obral khusus akhir tahun. Selain itu ada juga perayaan yang disebut Umematsuri biasa dirayakan tiap Februari. Bulan Februari merupakan saat yang paling dingin diantara bulan-bulan lainnya selama musim dingin berlangsung. Pada saat ini juga, tepatnya pada pertengahan bulan Februari bunga plum mulai bermekaran. Bunga plum merupakan satu-satunya bunga yang mekar pada musim dingin sehingga banyak orang yang menyukainya. Bunga plum hampir sama dengan bunga sakura namun ada yang membedakannya dengan bunga sakura. Perbedaan itu terletak pada kelopak dan putik.

2.2 Tsukagirei di Jepang ( Siklus Hidup Manusia)

Tsukagirei adalah siklus hidup manusia yang erat hubungannya dengan siklus kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Menurut Situmorang, tsukagirei adalah menguraikan ritus-ritus daur hidup manusia mulai dari lahir hingga hingga mati dan acara ritual yang ditujukan terhadap roh.(Situmorang:2006)


(25)

Upacara dalam daur hidup manusia ini dimulai dari kelahiran, masa anak-anak(youzi) masa remaja (chugakkou), perkawinan (kekkong), dan kematian ( shibo). Perayaan-perayaan yang dialkukan secara bertahap mulai dari proses kelahiran sampai menjadi dewasa, daur hidup dalam masyarakat jepang berhubungan dengan pandangan akan roh orang jepangyaitu pandangan tradisional yang dipengaruhi oleh Shinto dan Budha. Upacara atau perayaan yan g dilakukan pertama sekali untuk merayakan atas kelahiran bayi adalah shussan iwai.

Tujuan dari dilakukan perayaan ini adalah dimana orang tua sibayi ingin memperkenalkan bayinya kepada keluarga, kenalan, dan juga pada tetangga-tetangga mereka.orang-orang yang berkunjung datang dengan membawa bingkisan dan uang sebagai ucapan selamat atas kelahiran. Pada hari ke tiga setelah kelahiran(Mikkaiwai) diundang orang yang membantu proses kelahiran kemudian orang tersebut pula yang akan pertama sekali memandikan bayi tersebut yang disebut yuzome dan diadakan upacara pemberiaan nama (nazuke). Kemudian pada hari ketujuh si bayi pertama kali dibawa kekamar mandi untuk dikenalkan pada dewa yang ada disana. ( pustaka.unpad.as.id/wp-content/upload/2011)

Pada usia 32 hari akan diadakan hatsumiya mairi, yaitu pertama sekali mengunjungi omiya atau ujigami. Pada hari itu biasanya bayi digendong oleh neneknya dan sibayi mendapat kiriman dari keluarga si ibu yang disebut dengan inuhariko, yaitu berupa mainan untuk si bayi. Pada zaman dahulu inu hariko mempunyai nilai magis yaitu untuk menangkal penyakit atau sebagai sasaran penyakit yg datang untuk menganggu si bayi.

Kuizome ( makan pertama) dilakukan pada acara selamatan 100 hari usia si bayi. Nasi dan sayuran diambil pakai sumpit, karena si bayi belum bisa makan,seolah-olah dimasukkan kedalam mulut si bayi. Makanan ditaruh di ozen (piring besar) yang terdiri dari nasi merah, sup dan lauk pauknya. Disekeliling ozen diletakkan batu yang diambil dari sungai dengan maksud supaya gigi bayi tersebut cepat keras.


(26)

Pada ulang tahun pertama diadakan acara untuk meramal masa depan si bayi. Disekitar bayi disediakan mistar, pinsil, sempoa dan benda-benda lainnya, maka benda yang terlebih dahulu di raih si bayi maka di ramalkan pekerjaan bayi tersebut, Sichiggosan( acara 3 tahun, 5 tahun,7tahun) yaitu acara untuk mendatangi kuil pada tanggal 15 november bagi anak umur 3,5, dan 7 tahun.

Upacara pendewasaan (seijinshiki) dilakukan untuk orang yng telah berusia 20 tahun, kebiasaan ini dimulai pada tanggal 22 november 1946 di saitama. Pada tanggal 15 januari bagi semua anak yang berusia 20 tahun, setelah masa kekotoran berlalu seseorang tersebut memasuki kehidupan pernikahan.(Damayanti Lisbet:2009)

Salah satu perkawinan yang dilakukan orang Jepang adalah perkawinan miai, yaitu perkawinan yang terjadi karena adanya perjodohan. Pada masa sekarang miaikekkon sudah jarang dilakukan, sekarang masyarakat Jepang lebih sering melakukan renaikekkong (perkawinan atas dasar cinta).

Yakudoshi yaitu acara bagi orang yang memasuki usia baya pada tahun tersebut, misalnya usia 42 pada laki-laki dan usia 33 bagi wanita, usia tersebut dianggap rawan bahaya bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu untuk menghadapi usia rawan ini, mereka pergi ke jinja untuk mengusir bahaya yang bermaksud supaya mereka terhidar dari bahaya yang mengincar pada usia tersebut.

Upacara selanjutnya adalah upacara selamatan panjng umur. Upacara selamatan tersebut dilaksankan pada usia 61 tahun (kanreki), kemudian usia 70 tahun (koreki), usia 77 tahun ( kiju), usia 80 tahun (beiju), usia 90 tahun (sotsuju), dan yang terakhir adalah usia 99 tahun (hakuju). Setelah itu tidak ada lagi upacara bagi orang yang masih hidup.

Daur hidup manusia terakhir adalah kematian. Dahulu untuk memastikan apakah seseorang sudah mati apa belum, dibuat sebuah acara yng dinamai dengan Tamayobai (memanggil roh). Setelah seseorang sudah tidak bernafas lagi maka dinggap rohnya sudh


(27)

keluar dari tubuh, keluarga membuat acara memanggil roh orang tersebut supaya kembali lagi ke tubuhnya. Kemudian setelah acara tamayobai dilakukan jika seseorang tersebut tidak hidup kembali, maka pada saat itu diputuskan bawha orang tersebut sudh meninggal.

2.3 Perayaan Hari Anak Laki-Laki di Jepang

Hari Anak-anak (こ ど も の日 Kodomo no hi) adalah salah satu hari libur resmi di Jepang yang jatuh tanggal 5 Mei. Hari libur ini merupakan serangkaian hari libur di akhir April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang. Hari Anak-anak diperingati sejak tahun 1948 dan ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) untuk "menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak sambil berterima kasih kepada ibu.(http://www.hinamatsuri_kodomonohi.com/)

2.3.1 Asal-Usul Hari Anak Laki-Laki di Jepang

Menurut penanggalan Imlek, perayaan Koinobori jatuh pada tanggal 5 bulan 5 ketika Asia Timur sedang musim hujan. Orang tua yang memiliki anak laki-laki mengibarkan koinobori hingga hari Tango no Sekku untuk mendoakan agar anak laki-lakinya menjadi orang dewasa yang sukses. Setelah Jepang memakai kalender Gregorian, koinobori dikibarkan hingga Hari Anak-anak (5 Mei). Koinobori yang tertiup angin telah menjadi simbo perayaan Hari Anak-anak. Kalau zaman dulu koinobori berkibar di tengah musim hujan, koinobori biasanya sekarang mengingatkan orang Jepang tentang langit biru yang cerah di akhir musim semi.

Dalam Buku Han Akhir (Hou Han Shu) yang merupakan salah satu dari buku sejarah resmi Cina (Sejarah Dua Puluh Empat Dinasti) dikisahkan tentang sebuah air terjun di


(28)

sungai Sungai Kuning yang alirannya deras. Ikan-ikan berusaha keras memanjat air terjun, namun hanya koi yang berhasil memanjat air terjun dan berubah menjadi naga. Oleh karena itu, koi yang berhasil menaiki air terjun dijadikan simbol kesuksesan dalam hidup. Tradisi pengibaran koinobori di halaman rumah dimulai oleh kalangan samurai pada pertengahan zaman Edo. Mereka memiliki tradisi merayakan Tango no Sekku dengan memajang peralatan bela diri, seperti yoroi, kabuto, dan boneka samurai. Selain itu, mereka membuat koinobori dari kertas, kain, atau kain bekas yang dijahit dan digambari ikan koi. Koinobori dibuat agar bisa berkibar dan menggelembung bila tertiup angin.

Pada pertengahan jaman Edo (1600 ~ 1867), terdapat kebiasaan di kalangan keluarga samurai yang dianugerahi bayi laki-laki yaitu memancangkan koinobori dan gambar kuda di depan pintu masuk. Tak lama kemudian, kebiasaan ini meluas hingga keluarga yang bukan samurai pun memancangkan koinobori bila lahir bayi laki-laki dalam keluarga mereka.

Kebiasaan memancangkan koinobori bermula dari legenda ikan koi akan berubah menjadi naga dan terbang di langit bila mencapai air terjun Ryumon. Sejak dulu, ikan koi dipercaya sebagai ikan yang mendatangkan nasib baik. Ikan koi adalah ikan kuat yang tidak hanya bisa hidup di sungai beraliran jernih saja, tetapi juga di kolam dan di rawa. Pada pemasangan koinobori, terdapat harapan agar sang anak akan tumbuh baik dan sukses tanpa peduli baik atau buruknya lingkungan. Pemikiran mengibarkan koinobori di langit biru sebagai wujud harapan suskesnya pertumbuhan anak laki-laki, merupakan kepekaaan khas yang hanya dimiliki oleh orang Jepang.

Pada awalnya, orang Jepang hanya mengibarkan koinobori berwarna hitam yang disebut magoi (真鯉). Koi yang dikibarkan paling atas melambangkan putra sulung dalam keluarga. Sebagai hiasan yang dibuat untuk meramaikan perayaan, koinobori warna lain juga berangsur-angsur mulai dibuat, dan semuanya melambangkan anak laki-laki dalam keluarga.


(29)

Sejak zaman Meiji, koinobori berwarna merah yang disebut higoi (緋 鯉) mulai dikibarkan untuk menemani koinobori berwarna hitam. Tradisi pengibaran koinobori biru dimulai sejak zaman Showa. Ukuran koinobori biru (kogoi, 子鯉) lebih kecil dari koinobori merah atau hitam, dan melambangkan anak koi.

Pada zaman sekarang sering dijumpai koinobori warna hijau dan oranye yang dimasudkan sebagai anak-anak koi. Di beberapa tempat di Jepang, koinobori bukan saja milik anak laki-laki. Koinobori yang melambangkan adanya anak perempuan dalam keluarga juga ingin ikut dikibarkan. Tersedianya koinobori warna cerah seperti oranye kemungkinan ditujukan untuk keluarga yang memiliki anak perempuan.

Pada 1931, pencipta lagu Miyako Kondo menulis lagu berjudul "Koinobori". Dalam lirik lagu tersebut, koinobori yang besar dan berwarna hitam adalah bapak koi dan koinobori warna lain yang lebih kecil adalah anak-anak koi. Konsep dari lirik lagu tersebut diterima secara luas di tengah rakyat yang sedang di bawah pemerintahan militer. Seusai Perang Dunia II, peran wanita makin penting, dan koinobori warna merah dipakai untuk melambangkan ibu koi. Satu set koinobori akhirnya secara lengkap melambangkan keluarga yang utuh: bapak, ibu, dan putra-putrinya. Hingga kini, lagu "Koinobori" ciptaan Miyako Kondo tetap dinyanyikan anak-anak, namun liriknya tetap sama seperti ketika diciptakan pada tahun 1931. Berikut liriknya dalam huruf Kanji da Romaji.

Yane yori takai koinobori Ookii magoi wa otousan Chiisai higoi wa kodomotachi Omoshirosouni oyoideru


(30)

屋根 高い 鯉 ぼ 大 い真鯉 父さ 小さい緋鯉 子供達 面白そう 泳い

Berkibarnya koinobori sudah menjadi pemandangan langka di kota-kota besar di Jepang. Makin sedikitnya keluarga di Jepang yang memiliki anak kecil mungkin menjadi penyebabnya. Selain itu, penduduk kota besar tidak lagi tinggal di kompleks perumahan, melainkan di apartemen (mansion) yang tidak memiliki halaman untuk mengibarkan koinobori.

2.3.2 Simbol yang digunakan pada Perayaan Koinobori

Di Jepang, tanggal 5 Mei merupakan hari libur nasional yang dikenal dengan sebutan hari anak. Pada hari tersebut biasanya dilaksanakan perayaan untuk anak laki-laki. Mulanya, perayaan ini merupakan perayaan yang diselenggarakan pada jaman kuno China, namun di Jepang, perayaan ini mulai dilakukan pada jaman Nara ( 710 ~ 784 ). Dalam rangka merayakan pertumbuhan kesehatan anak laki-laki dan harapan agar dapat tumbuh berkembang dalam kehidupan.

masyarakat Jepang memajang boneka pada bulan mei dan memancangkan koinobori, yaitu umbul-umbul berbentuk ikan karper atau koi. Selain itu, mereka juga memakan kue tradisional seperti Chisaki, yaitu kue kukus yang terbuat dari kacang merah yang dibungkus daun bambu kecil serta kue kashimochi, kue ketan yang berisi selai kacang merah yang dibungkus dengan pohon Ek.


(31)

Mereka juga membuat masakan musim semi seperti Takenoko Zushi (sushi dari rebung) disertai dengan meminum sake dari bunga iris. Bunga iris ini dikenal sebagai tanaman obat dengan kekuatan ajaib yang umumnya digunakan untuk menghalau dan mencegah kekuatan jahat. Bunga ini sering digunakan untuk pengganti payung, alas bantal dan untuk berendam di ofuro (bak mandi). Dalam perayaan tersebut, terdapat perlengkapn yang dapat kita lihat disetiap rumah keluarga jepang yang mempunyai anak laki-laki, yaitu bendera Koinobori, Pajangan Boneka Ksatria, bunga iris, baju tradisional yang digunkan pada saat perayaan berlangsung.

Koinobori adalah tiruan ikan Koi yang terbuat dari kain, dan dinaikkan ke udara dengan menggunakan tiang. Kebiasaan ini berasal dari negeri Cina mengenal kegagaha ikan koi yang dapat melompati air terjun di sungai Kuning untuk kemudian menjadi naga. Menaikkan koinobori keanggkasa sebagai perlambang yang mengharapkan agar anak laki-laki sehat dan kuat seperti ikan koi. Koinobori (こいのぼり, atau bendera koi) adalah bendera berbentuk ikan koi yang dikibarkan di rumah-rumah di Jepang oleh orang tua yang memiliki anak laki-laki. Pengibaran koinobori dilakukan untuk menyambut perayaan Tango no Sekku.

Selain itu, alasan penggunan ikan koi pada koinobori karena berdasarkan legenda Cina. Dahulu kala ada sebuah gerbang naga di sungai kuning, sungai itu memiliki aliran deras bagaikan air terjun ryumon. Dan berdasarkan legenda cina juga, bagi ikan yang bisa melewati gerbang tersebut dapat menjadi seekor naga. Berbagai jenis ikan berusaha melompatinya, dan hanya ikan Koi lah yang berhasil melewatinya. Itulah sebabnya mengapa pada perayaan anak laki-laki menggunakan simbol ikan koi pada Koinobori.

Pada perayaan koinobori dilengkapi dengan memajang peralatan bela diri, seperti yoroi ( baju baja), kabuto (Helm atau topi baja), dan wakashido (boneka samurai). Tradisi ini berasal dari tradisi keluarga samurai, dan pemajangan replika peralatan perang seperti yoroi


(32)

dan kabuto dipercaya dapat melindungi anak laki-laki dari bencana. Selain itu di dalam rumah juga di pajang boneka dari tokoh pahlawan atau kesatria Jepang yaitu Kintaro. Kintaro adalah nama panggilan sewaktu kecil dari Sakata no Kintoki, seorang pahlawan di era Heian, anak buah dari seorang samurai bernama Minamoto no Raikou.

Kintaro terkenal akan kekuatannya, dan cerita Kintaro dikaitkan dengan perayaan hari anak laki-laki di Jepang. Kintaro dijadikan tema boneka bulan 5 (gogatsu ningyo) yang dipajang untuk merayakn hari anak-anak. Orang tua yang memajang boneka Kintaro berharap anak laki-lakiya tumbuh sehat, kuat, dan berani seperti kintaro. Selain itu Kintaro sering digambarkan menunggang ikan Koi pada Koinobori.

Bunga iris ini dikenal sebagai tanaman obat dengan kekuatan ajaib yang umumnya digunakan untuk menghalau dan mencegah kekuatan jahat. Bunga ini sering digunakan untuk pengganti payung, alas bantal dan untuk berendam di ofuro (bak mandi). Mereka juga membuat masakan musim semi seperti Takenoko Zushi (sushi dari rebung) disertai dengan meminum sake dari bunga iris. Karena bunga iris banyak bermekaran khususnya di bulan Mei, maka bulan Mei disebut juga festival bunga iris.

Bunga iris merupakan perlengkapan yang harus ada dalam perayaan koinobori, karena dianggap untuk menghilangkan kesialan. Alasan mengapa digunakan bunga iris pada perayaan Koinobori adalah berdasarkan legenda, ada seorang pria memperistri seorang wanita yang ternyata seorang penyihir dari gunung. Setelah mengetahui kenyataan bahwa istrinya seorang penyihir maka sang pria melarikan diri dan bersembunyi di bawah dedaunan bunga iris.(http://www.duniakoi.com/warna dan angka_dalam simbol_Koi)

Bunga iris secara tidak langsung merupakan penyelamat pria tersebut dari kejaran sang istri. Tepat pada perayaan koinobori, para orang tua membuat air rendaman bunga iris dan


(33)

anak laki-laki masuk kedalam rendaman bunga iris tersebut. Kemudian bunga iris juga diikatkan dikepala anak-anak, dimaksudkan untuk membersihkan diri, karena bunga iris memiliki bau yang menyengat sehingga dipercaya dapat mengusir roh jahat.

Pada perayaan koinobori ini para orang tua memberi hadiah berupa baju tradisional jepang atau Hakama (jaket Kimono yang panjang). Hakama adalah pakaian yang menutup setengah badan ke bawah seperti celana panjang yang longgar. Pada Usia 5 tahun anak lelaki diperkenalkan memakai hakama-baju, pada saat perayaan koinobori berlansung anak laki-laki mengenakan pakaian tradisional yaitu Hakama. Pakaian anak laki-laki disebut dengan Montsuki Hakama. Pada tanggal tersebut adalah perayaan yang dikhususkan untuk anak laki-laki,hakama yang digunakan biasanya berwarna gelap.

2.4 Asal-Usul Ikan Koi

Banyak orang berfikir bahwa ikan Koi yang berasal dari Persia, Asia Timur dan China. Ikan mas disebut Koi oleh banyak orang Jepang. Istilah itu sendiri kemudian diterapkan untuk semua ikan mas, baik liar dan berwarna. Orang Jepang sekarang memberi nama Ikan mas ” magoi”, dan magoi berwarna dan inbrida disebut Koi. Koi yang dibiakkan untuk warna disebut “Nishikigoi” yang berarti kain warna-warni (nishiki) dan Ikan mas (goi). Penggambaran Ikan koi juga merupakan salah satu yang popular dan indah simbol tato Jepang.( www.pusatkoi.com)

Mengejutkan banyak orang Barat adalah sejumlah besar mitos kuno tentang Ikan koi dan status tinggi mereka di Timur. Warna yang mulia dan kombinasi warna dapat berkontribusi terhadap cerita, warna-warna termasuk perak, emas, putih, kuning, orange, hitam dan bahkan belacu. Beberapa legenda mengatakan bahwa ikan koi dapat memanjat air terjun dengan berani. Mereka juga mengatakan bahwa jika Ikan telah ditangkap, maka akan


(34)

berbaring di talenan tanpa bergetar. Dalam simbolisme koi ini telah disamakan dengan seorang prajurit samurai menghadapi pedang. Tema ini kembali ke Cina kuno dimana legenda menceritakan setiap Koi yang berhasil menjadi Air terjun akan berubah menjadi seekor naga, koi menjadi simbol aspirasi duniawi dan kemajuan.

Akhirnya ikan koi dihubungkan dengan kualitas yang positif, sehingga koi menjadi simbolisme untuk festival hari anak laki-laki setiap tahun di Jepang. Dalam festival ini, warna-warni bendera koi tradisional ditampilkan untuk setiap anggota keluarga. Ikan koi melambangkan banyak karakteristik yang sama seperti keberanian, kemampuan untuk mencapai tujuan yang tinggi, dan mengatasi kesulitan hidup.

2.4.1 Sejarah Ikan Koi

Ikan jenis koi semakin digemari. Selain bentuk dan warna, ikan ini diyakini bisa membawa keberuntungan. Asal kataKoi (bahasa Tionghoa dan bahasa Jepang:Nishikigoi, Romaji : koi) adalah jenis ikan karper Cyprinus carpio yang dipelihara untuk menghias rumah, berasal dari Tiongkok dan banyak tersebar di Jepang. Mitos dari negeri Jepang asal ikan Koi adalah Hoki bagi pemilik ikan yang molek dan indah tersebut.

Menurut legenda dari Jepang, Sekitar abad ke-12 di Jepang. Kaisar Jepang senang sekali memelihara ikan koi, suatu ketika kaisar melihat tingkah laku yang aneh pada ikan koinya. Ikan itu melompat-lompat seperti ingin keluar dari kolam oleh kaisar ikan itu dibawa keluar istana. Baru saja kaisar keluar dengan membawa ikan koi kesayangannya itu, terjadilah gempa yang sangat dashyat, dan kisar selamat karena ia berada diluar halaman kerajaan. Itulah awal mula mengapa ikan koi disebut ikan keberuntungan dan berharga mahal. Para Samurai di Muromachi di Jepang sangat menghargai ikan ini sebagai simbol keberanian dan usaha keras/pantang menyerah dan secara khusus juga dianggap sebagai


(35)

simbol dari anak lelaki yang kemudian dikaitkan dengan perayaan hari anak laki-laki (Kodomo no Hi), setiap 5 Mei, yang ditandai dengan diadakannya festival.

Sejak tahun 1948, hari anak-anak yang menjadi simbol harapan akan kesehatan dan kemakmuran itu, dijadikan hari libur nasional. Pada perayaan itu, akan ditampilkan boneka kesatria yang membawa bendera koinobori berbentuk ikan-ikanan. Bendera itu juga yang akan dikibarkan di Jepang untuk menandai perayaan Kodomo no Hi itu. Bendera itu muncul dari kebiasaan yang dimulai sejak pertengahan zaman Edo (1600-1868). Bermula dari legenda Cina tentang ikan koi (karper), yang berenang mendaki melawan arus, lalu menjadi naga. Di Jepang, ikan karper kemudian menjadi simbol kesuksesan.

Menurut legenda Cina, Legenda Koi di dataran Cina, tepatnya di sungai Huang Ho (sungai kuning), dimana anak-anak ikan mas harus berenang dari muara menuju hulu sungai tersebut menyebrangi dataran Cina, mendaki air terjun-air terjun curam di pegunungan Jishishan hingga mencapai pusat hulu sungai tersebut di gunung Kunlun. Kalau ikan Koi tersebut dapat mencapai sumber air yang mengaliri sungai kuning tersebut, maka ikan koi tersebut akan berubah menjadi Naga.

Legenda ikan koi yang lain menceritakan mengapa ikan ini disucikan oleh masyarakat cina, karena ada sebuah legenda seekor ikan koi yang membantu raja dengan melawan arus sungai, demikian derasnya arus itu sehingga saat koi kembali dia memiliki tubuh yang jauh lebih panjang hingga menyerupai naga, maka dari itu ikan ini sangat gemar sekali berenang melawan arus.( https://www.google.com/search?q=sejarah+ikan+koi&ie=utf-8&oe=utf-8)

Menurut Fengshui ikan koi dipercaya membawa kedamaian bagi si pemilik, selain itu dengan memelihara koi dipercaya bahwa si pemilik akan memiliki putra putri yang cerdas


(36)

dan berhasil di masa depannya. Karena legenda inilah ikan Koi juga dijadikan lambang kesuksesan.

2.4.2 Jenis-Jenis Ikan Koi dan Ciri-Ciri Keunikannya

Ikan koi dapat menjadi teman seumur hidup,karena umurnya relatif panjang. Di Jepang ada yang sampai berumur 200 tahun, warna-warninya beragam, indah, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, mudah menerima makanan, lemah lembut dan jinak, serta raja ikan hias air tawar. Kata koi, menurut penulisan Jepang, memang bisa menimbulkan dua makna berbeda. Makna pertama adalah ikan, sedangkan makna kedua menjadi murni atau sempurna. Dari kedua makna ini, seperti dikutip (breederkoi.com), koi bisa diartikan sebagai ikan yang mempunyai garis rapi dan teratur pada sisik di badannya. Artinya, koi merupakan ikan yang benar-benar sangat menguntungkan dan sangat ideal untuk seni. Koi merupakan ikan kolam, keindahannya hanya akan terlihat bila berada di kolam dan dilihat dari atas. Koi bukan ikan akuarium, jika dimasukan ke dalam akuarium tak akan menunjukkan keindahan dan keasyikan ketika memandanginya.

Berikut beberapa keunikan yang dimiliki Ikan koi adalah.

- Bisa menjadi teman seumur hidup. - Warna-warninya beragam.

- Koi tidak terlalu mahal.

- Koi mudah menyesuaikan diri. - Koi mudah menerima makanan. - Tidak pemilih terhadap perawatnya. - Koi lemah lembut dan jinak.


(37)

- Raja Ikan Hias Air Tawar.

- Koi Merupakan Karya Seni Jepang.

Dari negara asalnya Jepang, Koi memiliki 174 jenis namun yang dikenal hanya beberapa saja. Dari sekian banyak Jenis-Jenis Ikan Koi ada beberapa yang sangat terkenal, yaitu:

1. Tancho adalah sebutan untuk koi yang pada sekujur badannya tak terdapat warna merah, tetapi pada kepalanya terdapat warna merah.

2. Kinginrin tidak lain adalah koi yang mempunyai tanda-tanda perak di badannya. eta-gin untuk sebutan koi yang hanya sebagian besar badannya diselimuti warna perak ini, sedangkan yang keseluruhan. badannya berwarna perak dinamakan Tama-gin atau Platinum Ginrin.

3. Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas dan perak, dengan kepala jernih. Yamabuki-Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas murni dan platinum. Orange-Hariwake mempunyai warna emas-oranye dan platinum, sedangkan yang polanya seperti jarum cemara dinamakan Hariwake-Matsuba, dan yang keturunan koi jerman disebut Hariwake-Doitsu.

4. Ogon adalah koi yang mempunyai badan berwarna emas (golden). Ogon merupakan koi yang di-temukan oleh Sawati dan anak laki-lakinya pada tahun 1946. Ciri-ciri Ogon adalah sebagai berikut: Kepalanya selalu berwarna keemasan cerah, Sisiknya dihiasi dengan warna keemasan, Koi yang mempunyai sisik lebar pada daerah perut-nya, termasuk jenis yang dicari, Sirip dadanya hams berkilauan, Bentuknya bagus. Warna koi yang bagus tidak berubah menjadi gelap, meskipun suhunya naik.

5. Kawarimono adalah Karasugoi (Dark Koi). Karasugoi mempunyai badan yang lebih gelap dibandingkan Magoi (koi hitam).


(38)

6. Koromo adalah Sumi-Goromo (Dark-Koro-mo). Sumi-goromo adalah koi yang warna hitamnya seperti yang tampak pada bercak hitam Kohaku. Pada kepalanya juga terdapat warna hitam ini. Koi yang mempunyai sisik ungu berbentuk seperti dom-polan buah anggur diberi nama Budo-Sanshoku.

7. Tahun 1910 Yoshigori Akiyama mengawinkan Asagi-Sanke dengan karper kaca dari Jerman, dan menghasilkan Shusui. Shusui adalah koi yang sisik-nya besar-besar dan kulitnya lembut. Punggungnya berwarna biru gelap dan sangat cantik. Ujung hidung, pipi, perut, dan lipatan siripnya berwarna merah terbakar.

8. Asagi adalah koi yang mempunyai badan berwarna biru atau biru cerah dengan pipi, perut, dan lipatan sirip berwarna merah. Sisik-sisiknya berwarna biru cerah dan membentuk susunan yang tidak bercacat. Walaupun Asagi cenderung mempunyai kepala yang ada nodanya, tapi sebenarnya yang bersih tak bernoda lebih disukai.

9. Utsurimono adalah Shiro-Utsuri, Shiro-Utsuri adalah koi yang mempunyai warna putih berbentuk kerucut pada badannya yang hitam. Pada lipatan sirip dadanya terdapat warna hitam. Warna putih pada Shiro-Utsuri harus seperti salju. sedang warna hitamnya sebagai pendukung utama seperti halnya pada Showa-Sanke (Showa-Sanshoku).

10. Showa-Sanke atau Showa-Sanshoku adalah koi yang berwarna hitam dengan hiasan warna putih dan merah di badannya. Warna merah di daerah kepala hams cukup besar, merata dan pekat. Putih hams seperti salju, dan banyaknya sekitar 20% dari seluruh permukaan tubuhnya, terutama pada kepala, punggung, dan ekor. Pola warna hitam hams menyerupai bentuk petir atau gunung. Sirip dada hams berwarna hitam tanpa noda merah.

11. Taisho-Sanke adalah koi yang badannya berwarna putih dan-dihiasi dengan warna merah dan hitam. Pola dasarnya merah pada bagian kepalanya, dan garis lebar hitam


(39)

pada bagian dadanya. Taisho-Sanke termasuk varietas yang terkenal, seperti hal-nya Kohaku.

12. Kohaku adalah varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah pada badannya. Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa dimaklumi sebab corak warnanya langsung mengingatkan orang pada bendera ke-bangsaan Jepang. Dari sekian banyak jenis ikan koi, ada tiga yang sangat terkenal yang disebut Gosanke, yaitu: :

1. Kohaku, ikan koi yang punya corak warna merah di atas warna putih

2. Sanke, jenis ikan koi yang bercorak warna merah dan hitam di atas warna putih, tetapi corak hitam tidak terdapat di kepala.

3. Showa adalah ikan koi hitam bercorak warna merah dan putih

2.5 Tujuan Akhir dari Perayaan koinobori untuk Anak Laki-Laki

Anak merupakan anugerah terindah untuk orang tua yang dititipkan Tuhan, anak merupakan penerus bagi genersi dan keluarga pada setiap bangsa manapun. Maka, kepada anak-anak dititipkan harapan dan cita-cita orang tua agar anak-anak bisa meneruskan apa yang sudah dirintis di masa yang akan datang. Agar anak-anak tersebut kelak bisa menjadi penerus sesuai dengan harapan orang tua, biasanya orang tua mendidik anak-anaknya untuk siap menghadapi tantangan di masa depan.

Banyak cara yang dilakukan orang tua agar anaknya mendapat kesuksesan yang diinginkan, namun untuk mencapinya bukanlah hal yang gampang. Karena untuk mencapainya terdapat banyak ujian dan cobaan yang akan dihadapi sang anak dalam kehidupannya. Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah penting untuk membimbing sang anak untuk mengadapi dan meminta bantuan kepada Tuhan untuk melindungi anaknya.


(40)

Selain itu anak-anak juga dibekali dengan ketrampilan-ketrampilan yang nantinya bermanfaat untuk si anak itu sendiri.

Di Jepang para orang tua melakukan kebiasaan mendoakan keselamatan, kebaikan, kesehatan dan kesejahteraan anak-anaknya kepada para dewa. Ada bermacam-macam ritual tetapi tidak dijadikan ritual keagamaan tetapi dijadikan sebagai perayaan atau festival tahunan yang diperuntukkan untuk anak-anak. Ritual tersebut dapat dimaknai sebagai ungkapan kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Di Jepang sendiri kebiasaan ini dimulai sejak zaman edo ( 1603-1868 ). Selain dalam bentuk ritual juga dilakukan perayaan atau festival agar anak-anak bergembira. Sampai sekarang festival untuk anak-anak di Jepang masih diselenggarakan. Setiap tahun ada 3 perayaan untuk anak-anak yang masih dilakukan di Jepang. Festival tersebut adalah, tango no sekku, hinamatsuri dan shichi go san.


(41)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan sesamanya dengan menghasilkan apa yang disebut dengan peradaban. Semenjak terciptanya peradaban dan seiring dengan terus berkembangnya peradaban tersebut, melahirkan berbagai macam bentuk kebudayaan. Manusia dikatakan sebagai makhluk social, dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain yang didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan (Setiadi, dkk 2009:67-68).

Koentjraningrat (1976:28) mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya. Dan konsep tentang kebudayaan itu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Sehingga dapat ditarik suatu pengertian yaitu kebudayaan adalah segala hasil karya cipta dan gagasan manusia yang mengalami suatu proses adaptasi sehingga menciptakan suatu sistem dalam masyarakat, baik itu berupa ilmu pengetahuan, nilai, norma dan juga sistem kepercayaan di dalam kehidupan masyarakat.

Ienaga Saburo dalam Situmorang (2009:2-3) menjelaskan kebudayaan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia (ningen no seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa kebudayaan ialah keseluruh hal yang bukan alamiah. Sedangkan dalam arti sempit kebudayaan adalah terdiri dari ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan dan seni, oleh karena itu Ienaga mengatakan kebudayaan dalam arti luas ialah segala sesuatu yang bersifat konkret yang diolah manusia untuk


(42)

memenuhi kebutuhannya. Sedangkan kebudayaan dalam arti sempit ialah sama dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak sementara atau yang bersifat semiotik.

Kebudayaan Jepang tidak terlepas dari hal-hal yang berbau dengan kepercayaan yang sudah berlangsung lama dalam masyarakat Jepang. Jepang adalah negara yang memiliki sistem kepercayaan politheisme yaitu melakukan penyembahan kepada Kami (Dewa) yang sangat banyak. Menurut Suryohadiprojo (1982:196-197), Jepang memiliki berbagai kepercayaan yang dianut oleh warganegaranya. Mulai dari kepercayaan kuno yang diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun maupun kepercayaan yang terus bermunculan sesuai perkembangan zaman, dan juga kepercayaan yang berasal dari luar jepang seperti Buddhisme, Taoisme dan Kristen.

Jepang merupakan Negara yang mempunyai empat musim yaitu musim semi (haru), musim panas (natsu), musim gugur (aki) dan musim dingin (fuyu). Sama halnya dengan Negara lain yang mempunyai empat musim, Jepang juga mengalami perubahan musim tiap periode tertentu. Yang membedakan adalah Jepang selalu mengadakan suatu perayaan atau festival yang identik dengan musim yang akan atau sedang berlangsung. Inilah yang menjadi ciri khas Jepang.

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki banyak kebudayaan yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya dipengaruhi pula oleh kebudayaan bangsa-bangsa di dataran Asia lainnya seperti China, Korea, Mongol, dan sebagainya. Di Jepang cukup banyak terdapat perayaan ( 祭 ; Matsuri ) dan hampir setiap bulan orang Jepang merayakan perayaan-perayaan itu.

Ada beberapa perayaan di Jepang yang biasanya dijadikan sebagai hari libur nasional. Misalnya: Hari kedewasaan ( 成人 日; Seijin no Hi ) yang mulai tahun 2003 dirayakan setiap hari Sabtu minggu kedua pada bulan Januari, Hari anak-anak ( 子 日; Kodomo no Hi ) yang dirayakan setiap tanggal 5 Mei, dan sebagainya.


(43)

Di Jepang, setiap tahunnya diadakan festival Koinobori,yaitu tepatnya di bulan Mei untuk memperingati Hari Anak Laki-Laki(Koinobori) yang jatuh pada tnggal 5 Mei. Sejak 5 Mei 1948, perayaan Anak Laki-Laki (Koinobori) menjadi hari libur nasional dan perayaan ini biasanya dirayakan oleh seluruh keluarga di Jepang, terutama oleh keluarga yang memiliki anak laki-laki. Hingga kini tradisi itu masih dirayakan sebagai perayaan anak laki-laki.

Koinobori ( 鯉 ぼ ), yaitu sejenis bendera berbentuk ikan koi berwarna hitam, merah, biru atau hijau. Koinobori ( 鯉 ぼ ) berasal dari kata “ koi no taki nobori “. Menurut mitos yang berkembang di China, zaman dahulu ikan koi dipercaya sebagai ikan yang paling kuat. . Mereka percaya bahwa ikan koi dapat mendaki air terjun, dan ikan koi yang berhasil mendaki air terjun akan berubah menjadi naga. Lalu kepercayaan itu pun mulai masuk dan berkembang di Jepang. Pada awalnya, di Jepang koinobori dipasang pada saat bayi laki-laki lahir.

Pada mulanya, perayaan ini dinamakan Tango No Sekku , semacam perayaan untuk menandai datangnya musim panas dan dirayakan di hari kelima di bulan kelima. Di jaman modern ini dikenal juga sebagai harinya anak laki-laki. Nah di hari inilah para keluarga Jepang memasang bendera ikan koi satu untuk setiap laki-laki (baik ayah maupun anak), yang menurut legenda China; ikan koi bisa berubah menjadi naga yang bisa menerjang apapun (alias kuat) dan membawa keberuntungan.

Pada saat itu orang Jepang percaya kalau dengan memasang koinobori ( 鯉 ぼ ) di pekarangan rumahnya, maka ketika dewa turun akan memberkati dan melindungi bayi laki-laki mereka. Konon warna-warna koinobori ( 鯉 ぼ ) dipercaya dapat menarik perhatian dewa yang turun dari langit untuk memberkati. Pada saat ini masyarakat Jepang memasang koinobori ( 鯉 ぼ ) sebagai harapan agar anak laki-laki mereka sehat dan kuat seperti ikan koi.


(44)

Koinobori ( 鯉 ぼ ) biasanya mulai dipasang sebulan sebelum perayaan Kodomo no Hi ( 子 日 ) yaitu pada bulan April. Koinobori ( 鯉 ぼ ) dipasang secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Koinobori ( 鯉 ぼ ) yang paling besar akan dipasang paling atas setelah fukinagashi ( sejenis kincir ). Berdasarkan kepercayaan orang Jepang, koinobori ( 鯉 ぼ ) dipasang paling atas adalah koinobori (

ぼ ) berwarna hitam yang merupakan simbol seorang ayah yang kuat dan tegar.

Lalu di bawahnya dipasang koinobori ( 鯉 ぼ ) berwarna merah yang merupakan simbol seorang ibu, dan di bawahnya lagi dipasang koinobori ( 鯉 ぼ ) berwarna biru yang merupakan simbol seorang anak. Ketiga koinobori ( 鯉 ぼ ) itu dipercaya sebagai simbol perdamaian, kehidupan, kecerdasan, pertumbuhan, dan keluarga yang sejahtera. Warna putih, hitam, merah, biru atau hijau yang terdapat pada koinobori ( 鯉 ぼ ) adalah warna tradisional Jepang dan dipercaya sebagai warna yang membawa keberuntungan.

Adapun pertimbangan penulis membahas mengenai koinobori ( 鯉 ぼ ) adalah mengapa sampai sekarang koinobori ( 鯉 ぼ ) masih digunakan pada perayaan Kodomo no Hi ( 子供 日 ), dan mitos-mitos apa saja yang terdapat pada koinobori ( 鯉 ぼ ). Biasanya, setiap 5 Mei keluarga yang memiliki anak laki-laki memajang boneka bersimbol peperangan ( 武蔵人形 ; mushaningyou ), menyantap nasi kepal terbungkus daun bambu ( ; chimaki ) dan kue ketan berisi kacang manis yang terbungkus daun ek (柏 餅 ; kashiwamochi ), serta memasang koinobori di pekarangan rumahnya.

Mereka juga membuat masakan musim semi seperti Takenoko Zushi (sushi dari rebung) disertai dengan meminum sake dari bunga iris. Bunga iris ini dikenal sebagai tanaman obat dengan kekuatan ajaib yang umumnya digunakan untuk menghalau dan mencegah kekuatan jahat. Bunga ini sering digunakan untuk pengganti payung, alas bantal dan untuk berendam di


(45)

ofuro (bak mandi). (http:// freeandzz.wordpress.com/.../upacara-tradisonal-dan-festival-di-jepang.)

Pada umumnya koinobori ( 鯉 ぼ ) hanyalah salah satu simbol dari perayaan Kodomo no Hi (子 日), tetapi dibalik dari semuanya itu koinobori ( 鯉 ぼ ) mengandung makna lain yang perlu penulis teliti lebih jauh. Bedasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang perayaan hari anak laki-laki (koinobori) di Jepang, khususnya makna simbol yang terkandung di dalamnya, melalui skripsi yang berjudul : Analisis Makna Simbol pada Perayaan Koinobori di Jepang.

1.2 Perumusan Masalah

Masyarakat Jepang mempunyai berbagai macam perayaan yang dilaksanakan setiap tahunnya, salah satunya perayaan hari anak laki-laki yang dikenal dengan Koinobori. Festival Koinobori ini dirayakan oleh keluarga yang mempunyai anak laki- laki. Pada hari ini anak laki-laki memakai pakaian tradisional Jepang, yakni hakama. Dekorasi atau hiasan yang terdapat pada festival ini ada dua macam, yaitu dekorasi eksternal ( koinobori dan musha e nobori ) dan dekorasi internal (Dan-Kazari dan Hira- Kazari ).Dengan Dengan memasang dekorasi eksternal dan internal pada festival Koinobori, diharapkan anak laki – laki bisa tumbuh sehat dan kuat, serta mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya.

Banyak simbol –simbol pada perayaan hari anak laki-laki (Koinobori) yang dipedomani masyarakat jepang sampai saat ini. Hoebel dan Murdock, Clifford Geertz mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu simbol pola makna yang ditularkan secara historis, yang diwujudkan dalam simbol-simbol, suatu sistem konsep yang diwarisi, terungkap dalam bentuk bentuk simbolis, yang menjadi sarana untuk menyampaikan, mengabadikan, dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang sikap sikap mereka terhadap hidup.Yang dimaksud dengan simbol adalah setiap objek, tindakan, peristiwa, sifat, atau hubungan yang


(46)

memiliki makna atau arti. Jadi, penafsiran kebudayaan pada dasarnya adalah penafsiran simbol simbol, sebab simbol simbol bersifat teraba, terucap, umum, dan konkret. Dengan demikian, kebudayaan dipandang sebagai suatu sistem simbol dan pedoman dalam berperilaku. Makna simbol disampaikan melalui kode kode simbol yang dilihat sebagai acuan bagi kehidupan bermasyarakat

Terdapat keyakinan dalam diri masyarakat Jepang bahwa, apabila ritual perayaan hari anak laki dilaksanakan dengan baik, maka dewa akan senantiasa memberkati anak laki-laki mereka sehat dan masa depannya baik. Dengan latar belakang tersebut, dapat dilihat adanya keterikatan antara perayaan koinobori dengan nilai-nilai religi, baik secara agama Shinto maupun Budha.

Demikian halnya juga penulis melihat bahwa perayaan koinobori masih dipelihara dan dilaksankan oleh masyarakatnya. Walaupun Negara Jepang adalah Negara yang sangat maju dan modern, tetapi peradaban kebudayaannya masih sangat terpelihara dengan sangat baik sampai saat ini.

Berdasarkan pernyataan di atas, adapun pertanyaan yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Makna dan tujuan apa saja yang terkandung pada perayaan Koinobori dan harapan masyarakat Jepang pada perayaan Koinobori.

2. Makna simbolik apa saja yang terkandung pada simbol yang digunakan dalam perayaan (Koinobori) di Jepang ?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Agar pembahasan dalam penelitian tidak terlalu meluas yang dapat menyulitkan pembaca untuk memaahami pokok permasalahan, maka penulis membatasi masalah yang berkaitan dengan perayaan Hari Anak laki-laki ( Koinobori) dan perayaan matsuri di Jepang.


(47)

Pembahasan lebih di arahkan untuk menjelaskan tentang makna simbol-simbol yang ada pada perayaan hari anak laki-laki (Koinobori) tersebut, simbol-simbol tersebut mempunyai makna masing-masing. Nilai religi yng terkandung pada setiap persiapannya dilaksanakan berdasarkan agama Shinto dan Budha. Kedua agama inilah yang menjadi pedoman dalam perayaan hari anak tersebut.

Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung pada setiap kegiatan penulis akan menjelaskan kegiatan dan hal-hal apa saja yang mempunyai makna yang tersirat. Perayaan ini berlangsung hanya satu hari saja, namun untuk mempersiapkannya tidak cukup satu hari. Karena terdapat banyak hal yang harus dipersiapkan, seperti : koinobori, bunga iris, pajangan boneka dan sajian khusus utuk melengkapi perayaan tersebut.

Sebelum memaparkan fokus pembahasan, penulis juga akan memaparkan tentang Nenjugirei(ritus-ritus sepanjang tahun), Tsukagirei(life stage) daur hidup mnusia dan perayaan yang ada di Jepang.

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori

a. Tinjauan Pustaka

Setiap manusia dimanapun mereka berada tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain karena manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri sehingga perlu adanya jalinan kerjasama antara manusia yang satu dengan yang lain. Tidak dapat dibayangkan bagaimana kehidupan manusia jika tidak berada dalam masyarakat (sosial) sebab setiap individu tidak dapat hidup dalam keterpencilan selama-lamanya. Manusia membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup dan untuk hidup sebagai manusia. Saling ketergantungan ini menghasilkan bentuk kerjasama tertentu dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu.

Mac Iver dan page dalam Hasan (2009: 28) menyatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan- kebebasan manusia.


(1)

Tujuan dari pelaksanaan perayaan in iadalah agar anak menjadi sehat, kuat, tangguh, seperti simbol yang digunakan yaitu simbol ikan koi. Karena anak adalah penerus keluarga.

そ 祭 目的 ニシキ イ う 強く た 生 い 子供たち 家族


(2)

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK PADA PERAYAAN FESTIVAL KOINOBORI DI JEPANG

( NIHON NI ARU KOINOBORI MATSURI NO SHOUCHOUTEKI NO IMI NO BUNSEKI)

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

DWI NOVITA NIM : 100708077

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI………... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah ... 1

1.2 PerumusanMasalah ... 5

1.3 RuangLingkupPembahasan ... 7

1.4 TinjauanPustakadanKerangkaTeori ... 7

1.5 TujuandanManfaatPenelitian ... 11

1.6 MetodePenelitian ... 11

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERAYAAN KOINOBORI DI JEPANG 2.1 Nenjugirei di Jepang ... 13

2.1.1 Musim Semi ( BulanMaret- Bulan Mei) ... 13

2.1.2 MusimPanas ( BulanJuni – BulanAgustus )... 15

2.1.3 MusimGugur ( Bulan September – Bulan November) ... 17

2.1.4 MusimDingin ( BulanDesember – BulanFebruari) ... 19

2.2 Tsukagirei di Jepang(life stage) ... 21

2.3 PerayaanHariAnakLaki-Laki di Jepang ... 23

2.3.1 Asal-UsulHariAnakLaki-Laki di Jepang... 24

2.3.2 Simbol Yang DigunakanPadaPerayaanKoinobori ... 27

2.4 AsalUsulIkan Koi... 30

2.4.1 SejarahIkan Koi ... 31

2.4.2 Jenis-JenisIkan Koi danCiri-CiriKeunikannya ... 32


(4)

BAB III ANALISIS MAKNA SIMBOLIK PADA PERAYAAN KOINOBORI DI JEPANG

3.1 MaknaSimbolikPadaBenderaKoinobori ... 38

3.2 MaknaSimbolikPadaPakaian Yang DigunakanAnakLaki-Laki ... 40

3.3 MaknaSimbolikPadaAcaraPemandianAnakLaki-Laki ... 42

3.4 MaknaSimbolikPadaBonekaPajangan ... 43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyalesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan akhir guna memperoleh gelar Sarjana Sastra di Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi ini berjudul“ ANALISIS MAKNA SIMBOLIK PADA PERAYAAN FESTIVAL KOINOBORI DI JEPANG”.

Penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, antara lain :

1 . Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A,selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumtera Utara.

2 . Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan masukan dan waktunya bagi kesempurnaan skripsi ini.

3 . Bapak Drs. Yuddi Adrian M, M.A, selaku Dosen Pembinbing I yang telah banyak meluangkan waktunya dan pikirannya dalam membantu penulis mengerjakan skripsi ini, hingga selesai tepat pada waktunya. Hontouni arigatou gozaimasu.

4 . Para Staff Pengajar Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan didikan dan ilmunya selama masa perkuliahan.

5 . Terlebih penulis ucapkan terimakasih yang paling dalam dengan tulus hati kepada kedua orang tua tercinta ayahanda M. Hasyim dan ibunda Muharti yang telah memberikan kasih sayang dan bantuan moril maupun materil serta doa yang tulus


(6)

selama perkuliahan sampai selesainya Skripsi ini serta buat kakakku tercinta (Mawaryati) dan adikku tercinta (Irsyad Rizky).

6 . Temen-temen seperjuangan di Sastra Jepng USU angkatan tahun2010 :Rina, Reni, Ayu, Dila, Fitri, Onesi, Baim, Putri, Rauf, Arif. Dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kita diberi kesuksesan dan selalu mengingat kenagan indah selama perkuliahan.

7 . Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan keterbtasan kemampuan dan pengetahuan penulis.oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembacanya.

Medan, 2015, Penulis