6 Rencana evaluasi Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan
suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader kesehatan sendiri.
2.2.7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat
Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa faktor yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut. Faktor-faktor
tersebut sebagian kita jumpai di masyarakat dan sebagian di provider sendiri. 1.
Faktor-faktor di masyarakat Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal baru bagi kita di
Indonesia. Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong royong dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Semangat ini
mendorong timbulnya partisipasi masyarakat. 2.
Faktor-faktor pendorong di pihak provider Faktor pendorong terpenting yang ada dipihak provider ialah adanya kesadaran
di lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran
pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu, keterbatasan sumber daya di pihak provider untuk mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat
Depkes, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sastropoetro 1988, ada lima unsur penting yang menentukan gagal dan berhasilnya partisipasi, yaitu:
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil.
2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian
yang menumbuhkan kesadaran. 3.
Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan. 4.
Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain.
5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
Hadi dalam Dwiyanti 2005, mengemukakan bahwa faktor penghambat untuk meningkatkan partisipasi publik di Indonesia adalah:
1. Faktor sosial, seperti: tingkat pendidikan, pendapatan dan komunikasi
2. Faktor budaya, meliputi: sikap dan perilaku, pengetahuan dan adat istiadat.
3. Faktor politik
4. Faktor birokrasi para pengambil keputusan.
Menurut Mikkelsen 2003, rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat dan penolakan
eksternal terhadap pemerintah. 2.
Kurangnya dana. 3.
Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat, dan 4.
Kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Banyak program pembangunan yang kurang memperoleh antusias dan partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi. Di lain pihak juga sering dirasakan kurangnya informasi yang disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk
apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi. Pemberian kesempatan berpartisipasi pada masyarakat, harus dilandasi oleh pemahaman bahwa masyarakat
setempat layak diberi kesempatan karena mereka juga punya hak untuk berpartisipasi dan memanfaatkan setiap kesempatan membangun bagi perbaikan mutu hidupnya.
Menurut Margono dalam Mardikanto 2003, tumbuh kembangnnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
Adanya kesempatan yang diberikan, merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan menentukan kemampuannya. Sebaliknya, adanya
kemauan akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan serta memanfaatkan setiap kesempatan.
2. Adanya kemauan untuk berpartisipasi
Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup
belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk membangun.
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi
Kemampuan untuk berpartisipasi adalah : a.
Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun
memperbaiki mutu hidupnya. b.
Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.
c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan
menggunakan sumber daya dan kesempatan peluang lain yang tersedia secara optimal.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional SKN, bentuk partisipasi masyarakat terdiri dari partisipasi perorangan dan keluarga, partisipasi masyarakat umum,
partisipasi masyarakat penyelenggara, serta partisipasi masyarakat profesi kesehatan. Sejalan dengan itu masyarakat mempunyai kewajiban untuk melakukan upaya
pemeliharaan kesehatannya sendiri, keluarga maupun lingkungan. Bahkan diharapkan ikut berperan secara aktif dalam pembangunan kesehatan Depkes, 2007.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau menumbuhkan partisipasi masyarakat. Pada pokoknya ada dua cara, yakni :
1. Partisipasi dengan paksaan Enforcement Participation Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program, baik
melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya, dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut,
Universitas Sumatera Utara
merasa dipaksa, dan kaget, karena dasarnya bukan kesadaran awarenees, tetapi ketakutan. Akibatnya lagi masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki
terhadap program. 2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi
Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya ini akan
mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan, dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Partisipasi masyarakat adalah suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk
memecahkan masalah-masalah kesehatan di negara-negara yang sedang berkembang, karena hal-hal berikut :
1. Partisipasi masyarakat adalah cara yang paling murah. Dengan ikut
berpartisipasinya masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti diperolehnya sumber daya dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas
kesehatan mereka sendiri. 2.
Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya untuk memecahkan masalah
di bidang yang lain. 3.
Partisipasi masyarakat akan membuat semua orang untuk belajar bertanggungjawab terhadap kesehatannya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
4. Partisipasi masyarakat di dalam pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dari bawah dengan rangsangan dan bimbingan dari atas, bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas. Ini adalah suatu pertumbuhan yang alamiah,
bukan pertumbuhan yang semu. 5.
Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung, karena dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat sendiri.
6. Melalui partisipasi setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar
berorganisasi, dan mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan meraka masing-masing Notoatmodjo,2007.
Teori lain, dikemukakan oleh George Hommans dalam Thoha, 1993: 79 yang melihat keterlibatan itu didasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi
dan sentimen-sentimen perasaan ataupun emosi. Ketiga elemen ini saling berhubungan secara langsung dengan alasan bahwa semakin banyak dilakukan
aktivitas seseorang dengan hal yang berhubungan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka.
Kemudian semakin banyak interaksi antara seseorang dengan yang lainnya, maka semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentimen yang ditularkan kepada orang
lain. Dan yang terakhir, semakin banyak aktivitas yang ditularkan kepada orang lain dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin
banyak pula kemungkinan ditularkannya aktivitas-aktivitas dan interaksi-interaksi.
Universitas Sumatera Utara
Elemen-elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Motivasi
Persyaratan utama masyarakat untuk berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi di segala program. Timbulnya
motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya merangsangnya saja. Untuk itu maka pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka
merangsang tumbuhnya motivasi. 2.
Komunikasi Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide, dan
informasi masyarakat. Media massa seperti TV, radio, poster, film, dan sebagainya. Sebagian adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang
akhirnya dapat menimbulkan partisipasi. 3.
Kooperasi kerjasama Kerjasama dengan instansi-instansi diluar kesehatan masyarakat dan instansi
kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Terjelmanya team work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi.
4. Mobilisasi
Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai ke akhir
mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas, perencanaan, program, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan program. Juga tidak hanya terbatas
pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat multidisiplin Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Dukungan Sosial