3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah
laku behavior yang dikehendaki secara berlanjut Ndraha,1990. Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain tahun 1980 di Jamaica
dalam Ndraha 1990, berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika:
1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah
ada di tengah-tengah masyarakat. 2.
Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan.
3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan
masyarakat setempat. 4.
Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau
kurang berperanan dalam pengambilan keputusan.
2.2.5. Strategi Partisipasi Masyarakat
Strategi partisipasi masyarakat menurut Notoatmodjo 2007 : 1.
Lembaga Sosial Desa atau Lembaga Kerja Pembangunan Masyarakat Desa LKPMD adalah suatu wadah kegiatan antar disiplin di tingkat desa, tiap
kelurahan atau desa mempunyai lembaga semacam ini. Tugas utama lembaga ini adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
pembangunan didesanya, termasuk juga pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena itu, tenaga kesehatan dari puskesmas dapat memanfaatkan lembaga ini
Universitas Sumatera Utara
untuk menjual idenya, dengan memasukkan ide-idenya ke dalam program LKPMD.
2. Program yang dijual oleh Puskesmas ke lembaga ini tidak harus kesehatan, tetapi
juga kegiatan-kegiatan non kesehatan yang akhirnya akan menyokong program kesehatan, misalnya; pertanian, peternakan, pendidikan, dan lain-lain.
3. Puskesmas dapat dijadikan pusat kegiatan, walaupun pusat perencanaannya
adalah di desa LKPMD, dan petugas kesehatan adalah merupakan motivator dan dinamisatornya.
4. Dokter puskesmas atau petugas kesehatan yang lain dapat membentuk suatu team
work yang baik dengan dinas-dinas atau instansi-instansi lain. 5.
Dalam pelaksanaan, program dapat dimulai desa demi desa tidak usah seluruh desa di kecamatan tersebut. Hal ini untuk menjamin agar puskesmas dapat
memonitor dan membimbingnya dengan baik. Bilamana perlu membentuk suatu proyek percontohan sebagai pusat pengembangan untuk desa yang lain.
6. Bila desa ini masih dianggap terlalu besar, maka dapat dimulainya dari tingkat
RW atau RT yang populasinya lebih kecil, sehingga mudah diorganisasi.
2.2.6. Metode
Notoatmodjo 2005, menyatakan metode yang dapat dipakai pada partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat.
Pendekatan ini terutama ditujukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal maupun informal.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan panitia tim.
a. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa.
b. Tim kerja, yang dibentuk ditiap RT.
Anggota tim ini adalah pemuka-pemuka masyarakat RT yang bersangkutan, dan dipimpin oleh ketua RT.
3. Survei diri Community self survey
Tiap tim kerja di RT, melakukan survei di masyarakatnya masing-masing dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.
4. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang prioritas
masalah yang akan dipecahkan. Dalam merencanakan program ini, perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan. Kedua hal ini sangat
penting dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat. 5 Training
Training untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh dokter puskesmas. Di samping di bidang teknis medis, training juga meliputi
manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan tingkat desa serta sistem pencatatan, pelaporan, dan rujukan.
Universitas Sumatera Utara
6 Rencana evaluasi Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan
suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau kader kesehatan sendiri.
2.2.7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat