1. Persiapan
Penggunaan yang efektif alat-alat audiovisual menuntut persiapan yang matang. Langkah dalam melakukan persiapan yaitu pelajari
tujuan, persiap-kan rencana tentang pelajaran atau informasi yang akan diberikan, pilih dan usahakan alat yang cocok, berlatih
menggunakan alat, dan periksa tempat. 2.
Penyajian Setelah tujuan ditetapkan dan persiapan selesai, maka tibalah
waktunya untuk penyajian. 3.
Penerapan Suatu pelajaran atau informasi tidak ada artinya kalau seseorang tidak
dapat menggunakan atau tidak bisa menerapkannya dalam penghidupan sehari-hari.Untuk menguatkan dasar bagi penerapan itu
dapat dilakukan beberapa hal misalnya praktek, pertanyaan- pertanyaan, ujian, dan diskusi.
4. Kelanjutan Pendekatan secara menyeluruh dan berulang-ulang besar pengaruhnya.
Oleh karena itu, jika ada kesempatan pelajaran atau pesan yang telah diberikan harus diulang-ulang.
2.1.10 Pelaksanaan Pembelajaran IPS Tema Organ Tubuh Manusia dan
Hewan melalui Model PBL dengan Audiovisual
Model PBL dalam penelitian ini akan dipadukan dengan audiovisual. Sehingga langkah
– langkah pembelajaran model PBL dengan audiovisual adalah
1. Siswa mengamati tayangan Audiovisual tentang permasahan yang berkaitan
dengan materi mengamati
2. Siswa mendefinisikan dan melakukan tanya jawab terkait dengan
permasalahan dalam tayangan audiovisual menanya
3. Siswa membagi diri menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru Siswa memecahkan masalah dari guru
mengasosiasi
4. Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk memecahkan
permasalahan dari guru mengumpulkan informasi
5. Siswa membuat hasil karya kelompok berupa laporan atas solusi pemecahan
masalah mengasosiasi
6. Siswa mempresentasikan hasil karya kelompok di depan kelas
mengkomunikasikan 7. Siswa menanggapi laporan dari kelompok lain mengkomunikasikan
8. Siswa memperkuat jawaban atas pemecahan masalah dengan melihat
tayanagan Audiovisual mengamati
9. Siswa dibimbing guru membuat kesimpulan diskusi dari pemecahan masalah
pengumpulan informasi
10. Siswa mengamati tayangan audiovisual berupa rangkuman dan kesimpulan
pembelajaran mengamati
2.1.11 Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran PBL
2.1.11.1 Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel
Ausubel dalam Rusman,2012:244 membedakan antara belajar bermakna meaningfull learning dengan belajar menghafal rote learning. Belajar
bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar
menghafal diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya.
Kaitan dengan PBL dalam hal ini mengaitkan informasi baru dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. 2.1.11.2 Teori Vigotsky
Perkembangan intelektual terjadi saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan
masalah. Dalam upaya mendapatkan pemahaman,individu berusaha mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian
membangun pengertian baru. Ibrahim dalam Rusman,2012:244 Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan PBL problem Based Learning dalam hal mengkaitkan informasi baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain.
2.1.11.3 Teori Belajar Jerome S. Brunner Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali,
bukan menemukan yang sama sekali benar – benar baru. Belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah
serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, sera menghasilkan pengetahuan yang benar
–benar bermakna. Dahar dalam rusman 2012 :245. Brunner juga menggunakan konsep Scaffolding dan interaksi sosial di kelas
maupun di luar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui
bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih. 2.1.11.4 Teori belajar Humanistik
Teori humanistik, belajar dipandang sebagai pemerolehan informasi atau pengalaman dan menemukan maknanya secara pribadi. Salah satu asumsi yang
menjadi dasar humanistik adalah siswa belajar tentang apa yang mereka butuhkan dan apa yang ingin mereka tahu. Siswa memutuskan sendiri apa yang mau mereka
pelajari. Hal-hal lain yang dipelajari namun tidak berkaitan dengan kebutuhan siswa akan segera hilang dari ingatannya. Teori humanistik juga memberikan
penekanan bahwa proses pembelajaran hendaknya dapat membentuk siswa terus ingin belajar dan juga tahu bagaimana belajar.Teori humanistik digunakan sebagai
dasar teori strategi PBL Implikasi teori humanistik dalam pelaksanaan pembelajaran dengan strategi PBL Problem Based Learning memiliki karakter:
1 masalah yang diangkat hendaknya bermakna bagi siswa; 2 pemecahan
masalahnya akan dapat melibatkan disiplin ilmu lain tergantung kemampuan dan kemauan siswa.
. 2.1.11. 5 Teori Belajar Konstruktivisme
Intisari sari teori konstruktivisme rifa‟I dan anni, 2009 :25 adalah bahwa peserta didik harus menemukan dan menstransformasikan informasi kompleks
kedalam dirinya sendiri.Menurut pandangan Konstruktivistik, belajar berarti mengkonstruksi makna atas informasi dan masukan
– masukan yang masukan dalam otak. Belajar yang bersifat konstruktif ini sering digunakan untuk
menggambarkan jenis belajar yang terjadi selama penemuan ilmiah, invention, diplomasi, dan pemecahan masalah kreatif di dalam kehidupan sehari
– hari. Model PBL problem based learning menggunakan konsep-konsep
belajar dalam teori kontruktivistik sebagai landasan pengembangannya, yaitu: 1 pengetahuan dikonstruk secara individu secara aktif tergantung pada pengetahuan
awal; 2 pengetahuan diperoleh ketika berinteraksi dengan fakta atau fenomena terkait; 3 kelompok kecil memungkinkan siswa untuk dapat bertukar ide
sharing dan berkolaborasi dalam pemecahan masalah. Implikasi teori konstruktivistik dalam pelaksanaan pembelajaran dengan strategi PBL memiliki
karakter: 1 guru hanya bertindak sebagai fasilitator, bukan sebagai sumber informasi dan siswa harus sudah memiliki pemahaman dan ketrampilan prasyarat,
bukan dalam tahap membangun konsep; 2 adanya penyelidikan autentik sehingga siswa berinteraksi dengan fakta atau fenomena terkait; dan 3 siswa
belajar dalam kelompok kecil.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang penggunaan model pembelajaran PBL Problem
Based Learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.Adapun hasil penelitian sebelumnya sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan oleh Fitri Makiyah 2013 dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui model Problem Based Learning dengan
media video pada siswa kelas IVA SD Negeri Sekaran 01 Semarang.Temuan penelitiannya adalah hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah
menggunakan model Problem Based Learning. Hasil penelitian menunjukkan data keterampilan guru pada siklus I mendapat skor 18 dengan kategori baik,
siklus II mendapat skor 21 kategori baik, dan siklus III mendapat skor 25 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa siklus I diperoleh rata-rata skor
16,8 dengan kategori cukup, siklus II rata-rata skor 20,3 dengan kategori baik, dan siklus III rata-rata skor 23,4 dengan kategori sangat baik. Ketuntasan
klasikal hasil belajar siswa pada siklus I dengan persentase 63,2, siklus II 78,9, dan siklus III dengan persentase 89,5. Simpulan dari penelitian ini
adalah pembelajaran IPS melalui model Problem Based Learning dengan media video dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil
belajar siswa [lib.unnes.ac.id,diakses pada Rabu 28 januari 2014:8:17 am]
2. Penelitian ini dilakukan oleh Eni Wulandari 2012 dengan judul Penerapan Model PBL Problem Based Learning pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V
SD. Temuan penelitiannya adalah penerapan model PBL dapat meningkatakan