44 Kelas VIII SMP
Bab IV
Panggilan dan Perutusan Murid Yesus
Dalam usaha mewartakan dan menegakkan Kerajaan Allah, Yesus sejak awal mula mengajak orang-orang di sekitar-Nya. Ia memanggil para murid untuk terlibat
dalam tugas yang besar ini. Para murid dipersiapkan dengan sungguh-sungguh oleh Yesus. Mereka mengalami secara langsung bergaul dan hidup bersama dengan Yesus.
Mereka melihat dari dekat cara hidup Yesus, mereka mendapat pengajaran, dan dibekali dengan kekuatan Roh Kudus. Yesus meyakinkan mereka bahwa Ia tidak akan
meninggalkan mereka, melainkan akan menyertai mereka sampai akhir zaman. Dalam Bab ini kalian akan mempelajari tentang:
A. Panggilan Para Murid Yesus. B. Cara Hidup Murid Yesus.
C. Melaksanakan Tugas Perutusan sebagai Murid Yesus.
45 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
A. Panggilan Para Murid Yesus
Pengalaman mendapat panggilan dari orang yang memiliki kewibawaan adalah pengalaman yang luar biasa. Itulah yang dialami oleh para Murid Yesus, karena
kewibawaan yang dimiliki-Nya mampu menggerakkan para murid untuk segera menjawab panggilan Yesus, secara spontan dan tanpa ragu-ragu, meski harus
meninggalkan keluarga maupun pekerjaan-Nya.
Doa
Tuhan Yesus yang penuh cinta, Kami bersyukur, berkat kasih-Mu yang tak terhingga
Engkau sudi memanggil kami hari ini, Untuk belajar makna panggilan menjadi murid-Mu
Bimbinglah kami agar kami mampu memahami, Panggilan untuk menjadi murid-murid-Mu.
Terimakasih ya Yesus. Amin.
1. Memahami Makna Pengalaman tentang Panggilan
1. Simak dan nyanyikanlah lagu berikut ini.
Dengar Dia Panggil Nama Saya Dengar Dia panggil nama saya
Dengar Dia panggil namamu Dengar Dia panggil nama saya, juga dia panggil namamu
O giranglah, o giranglah… Yesus amat cinta pada saya o giranglah
Kujawab ya,ya,ya 2x Kujawab ya Tuhan 2x
Kujawab ya, ya, ya.
2. Ungkapkanlah perasaanmu ketika menyanyikan lagu tersebut kepada
teman-temanmu.
46 Kelas VIII SMP
3. Kemudian simak dan bacalah cerita berikut ini.
Wawancara dengan Pastor Frans
“Pastor…bisakah anda ceritakan perjalanan panggilan hidup imamat Anda?” tanyaku pada Pastor Frans.
“Baiklah…pada awalnya saya tidak pernah punya impian untuk menjadi seorang pastor. Cita-cita saya saat itu, ingin bekerja di kantor sebagaimana umumnya orang
desa. Maka, ketika lulus SMP, saya melanjutkan ke SMEA Sekolah Menengah Ekonomi Atas kalau sekarang seperti SMK, saya memilih jurusan Akuntansi. Di
SMEA inilah saya mulai banyak terlibat kegiatan keagamaan baik di sekolah maupun di wilayah, seperti ikut Mudika, Koor dan sebagainya. Bahkan tidak jarang guru
agama di sekolah meminta saya ikut mendampingi adik-adik kelas dalam pembinaan iman. Rasanya sangat menyenangkan dapat terlibat dalam berbagai kegiatan tersebut.
Dari sinilah saya merasakan benih-benih panggilan itu mulai tumbuh, seiring itu cita-cita untuk menjadi seorang akuntan mulai terkikis. Begitu lulus SMEA saya
memberanikan diri minta ijin orang tua untuk masuk seminari. Seperti yang sudah saya duga orang tua merasa keberatan, karena saya adalah anak satu-satunya yang
diharapkan dapat meneruskan garis keturunan keluarga. Melihat kemauan saya yang sudah bulat akhirnya dengan berat hati orang tua saya mengijinkan saya masuk
seminari. Saya masih ingat yang dikatakan oleh ayah saya:” Kalau itu memang sudah menjadi kehendak Tuhan, tak ada seorangpun manusia yang dapat menghalanginya”.
Awalnya memang cukup berat, harus tinggal di asrama, berpisah dengan orang tua dan banyak lagi kesenangan yang harus dikorbankan. Saya mencoba untuk
menikmatinya. Bagi saya semua godaan dan kesulitan merupakan ujian, yang secara tidak langsung justru semakin menguatkan benih-benih panggilan itu. Karena
saya yakin Tuhan telah menentukan jalan bagi kehidupan yang harus saya jalani. Puji Tuhan… sudah lebih dari 20 tahun saya menjadi seorang imam dan saya tetap
setia menjalani panggilan hidup imamat ini. Sungguh saya sangat merasa bahagia dengan pilihan ini, karena saya memiliki waktu yang cukup untuk mengabdikan
diri melayani Tuhan dan sesama terlebih mereka yang sangat membutuhkan. Inilah sekilas tentang perjalanan panggilan hidup imamat saya” cerita Pastor Frans.
“Terima kasih pastor…semoga jejak perjalanan panggilan hidup imamat pastor akan ber-manfaat bagi kami umat-Nya” kataku mengakhiri percakapan dengan
Pastor Frans tersebut.
Oleh: Sulis
4. Buatlah datar pertanyaan untuk lebih mendalami pengalaman mendapat panggi-
lan berdasarkan cerita tersebut. 5.
Kemudian bahaslah pertanyaan-pertanyaan tersebut bersama guru dan temanmu 6.
Pernahkah kalian mendapat pengalaman panggilan yang berarti bagi hidupmu?