Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Eritrosi Hemogl

Para peneliti kemudian memikirkan bagaimana cara mencegah agar penyakit yang disebabkan ektoparasit ini tidak menular ke hewan lain, dan bagaimana agar kelinci yang sudah terserang dapat disembuhkan dan tidak terserang kembali. Beberapa cara yang sudah banyak dilakukan antara lain dengan pemberian obat topikal, atau dengan pemberian obat anti ektoparasit. Obat ini memang sudah teruji dan cukup efektif untuk menyembuhkan, akan tetapi obat ini tidak dapat mencegah penularan penyakit dari hewan satu ke hewan lain, mencegah penyakit kembali menyerang kelinci yang sama, dan melindungi hewan yang sehat agar tidak terserang. Apalagi jika parasit darah juga sudah masuk ke dalam peredaran darah dan merusak sel darah merah, maka penyakit ini akan semakin sulit diberantas. Oleh sebab itu para peneliti mencoba cara baru yang diharapkan lebih efektif yaitu dengan cara vaksinasi pada inang, dengan harapan ektoparasit sebagai vektor endoparasit tidak berkembang baik pada inang sehingga tidak akan menularkan endoparasit yang dibawanya. Vaksin yang dipakai berasal dari ekstrak usus caplak Rhipicephalus sanguineus. Penelitian ini telah dilakukan pada sapi yang divaksin dengan antigen yang berasal dari usus caplak Boophilus microplus betina dewasa. Sapi yang telah divaksin kemudian dilakukan uji tantang terhadap B. microplus dan hasilnya menunjukkan bahwa vaksin mampu memberikan perlindungan terhadap B. microplus . Kekebalan ini ditunjukkan dengan gagalnya parasit untuk melengkapi siklus hidupnya, dimana jumlah caplak lebih sedikit dibandingkan jumlah caplak awal Opdebeck Daly 1990. Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa morfologi caplak betina dewasa pada sapi yang yang telah divaksin dengan ekstrak usus caplak menunjukkan bentuk yang lebih kecil dan pucat daripada caplak dari hewan yang tidak divaksin. Warna telur yang dihasilkannya berwarna kecoklatan dan suram, sedangkan telur yang berasal dari hewan yang tidak divaksin berwarna kuning, mengkilap dan cerah Astyawati 2002.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh infestasi caplak R. sanguineus pada kelinci yang telah divaksin ekstrak caplak R. sanguineus terhadap gambaran darah merah.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang pengaruh vaksinasi ekstrak caplak R. sanguineus terhadap komposisi darah kelinci, khususnya sel darah merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelinci 2.1.1 Sejarah Kelinci Pada awalnya kelinci adalah hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan, dan sebagai hewan percobaan. Di Indonesia khususnya di Jawa, kelinci konon dibawa oleh orang-orang Belanda sebagai ternak hias mulai sekitar tahun 1835. Keberadaan kelinci di Indonesia sempat tidak jelas sejak kedatangan Jepang tahun 1942. Kemudian berlanjut dengan zaman revolusi kemerdekaan sampai tahun 1950-an. Catatan yang ada hanya menjelaskan tentang keberadaan kelinci yang tidak punah pada zaman itu karena ternyata kelinci banyak dikembangbiakkan oleh para peternak di daerah pegunungan yang relatif aman dari pertempuran. Selanjutnya baru pada tahun 1980-an pemeliharaan kelinci sebagai sumber daging mulai digalakkan pemerintah dengan tujuan peningkatan gizi masyarakat Anonim 2008c. Menurut sistem Binomial, kelinci diklasifikasikan sebagai berikut : Ordo : Lagomorpha Famili : Leporidae Sub famili : Leporine Genus : Lepus, Orictolagus Jenis :Angora, Belgian, Calofornian, American chinchillia, Dutch, English spot, Himalaya, New Zealand Red, Havana, dan lain-lain Anonim 2008c. Istilah kelinci Indonesia, rabbit Inggris, atau arnab yang digunakan orang Arab atau Malaysia adalah bagian dari satwa yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi kebanyakan orang. Hewan ini tersebar hampir di seluruh dunia karena memiliki daya adaptasi yang tinggi. Hewan ini juga memiliki banyak manfaat dari mulai daging, bulu, dan kulit, bahkan feses. Daging kelinci merupakan daging yang sehat untuk dikonsumsi, karena daging kelinci memiliki serat daging yang halus, rendah kolesterol dan kandungan protein yang tinggi. Daging kelinci memiliki komposisi protein 18, lemak 8, dan air 70. Bulu dan kulit kelinci dapat dijadikan aneka kerajinan tangan seperti topi, tas, dan mantel bulu, sedangkan feses kelinci dapat dimanfaatkan sebagai pupuk Deptan 2008. Indonesia memilki 30 jenis kelinci dari 70 jenis kelinci yang ada di dunia. Setiap jenis kelinci memilki ciri khas masing-masing. Jenis kelinci yang memilki bulu panjang adalah Angora, Lion, Fuzzy Lop, sedangkan kelinci yang berbulu tebal tetapi tidak panjang adalah jenis Rex, Satin, Holand Lop, Flamish Giant, dan New Zealand . Ada juga beberapa jenis kelinci baru yang merupakan hasil perkawinan silang seperti kelinci jenis Rex yang dikawin silangkan dengan kelinci jenis lain sehingga muncul kelinci jenis baru Rex Dulmation dan Rex Mini, sedangkan kelinci yang digunakan sebagai kelinci potong adalah kelinci jenis New Zealand White , dan California Anonim 2008c.

2.1.2 Data Fisiologis Kelinci

Tabel 1 Data fisiologis kelinci Anonim 2008a Variabel Nilai Konsumsi pakan per hari 100-200 g Konsumsi air minum per hari 200-500ml Diet protein 14 Ekskresi urine per hari 30- 35 ml lama hidup 5-7 tahun Bobot badan dewasa - Jantan 4-5,5 Kg - Betina 4,5-6,5 Kg Bobot lahir 30-100 g Dewasa kelamin - Jantan 5-6 bulan 4.5 Kg - Betina 6-7 bulan 4 Kg Siklus estrus menstruasi polyestrus Umur sapih 8 minggu. 1,8 Kg Mulai makan pakan kering 16-18 hari waktu untuk kawin kembali setelah 35-42 hari Rasio kawin 1 jantan – 6-10 betina Jumlah kromosom 44 Suhu rektal 39,5 o C Laju respirasi 51 xmn Denyut jantung 200 – 300 xmn volume darah 55-65 mlKg Pengambilan darah maksimum 7,7 mlKg Jumlah sel darah merah Eritrosit 4-7 X 10 6 μl Kadar haemoglobinHb 10-15 g Pack Cell Volume PCV 33-48 Jumlah sel darah putih Leukosit 5-12 X 10 3 μl

2.1.3 Penyakit pada Kelinci

Kematian kelinci yang disebabkan penyakit cukup tinggi antara 15-40. Kematian banyak terjadi dari masa kelahiran hingga penyapihan. Beberapa faktor penyebab timbulnya penyakit antara lain kelalaian dalam menjaga sanitasi kandang, pemberian pakan kualitas jelek, volume pemberian pakan dan air minum kurang. Menurut Deptan 2008 beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kelinci dan menimbulkan kematian antara lain : • Diarrhea adalah penyebab kematian paling umum pada kelinci • Sembelit atau gejala tidak bisa berak. Penyebabnya pemberian ransum kering dan tidak diimbangi air minum yang cukup • Pilek, bersin-bersin, dan hidung mengeluarkan lendir berwarna jernih dan keruh • Radang-paru-paru dengan gejala kepala sering diangkat tinggi- tinggi, sesak nafas, mata dan telinga kebiruan • Coccidiosis, terutama menyerang kelinci yang dipelihara diatas lantai. Penyakit ini banyak menimbulkan kematian pada anak kelinci.

2.2 Rhipicephalus sanguineus

2.2.1 Karakteristik Rhipicephalus sanguineus

Caplak adalah ektoparasit penghisap darah yang mempunyai peranan penting dalam dunia kedokteran hewan. Persebaran caplak sangat luas dan pada umumnya terdapat di daerah teritorial hutan, rawa, dan padang rumput. Caplak ini tersebar di seluruh dunia antara 50 o lintang utara dan 35 o lintang selatan. Caplak ini akan berkembang dengan baik jika berada di dalam ruangan, baik di dalam rumah maupun di dalam kandang. Caplak ini tidak akan berkembang dengan baik pada kondisi lingkungan yang dingin Levine 1994. Caplak sering disebut juga sengkenit tick dan diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu caplak lunak Argasidae dan caplak keras Ixodidae. Rhipicephalus sanguineus termasuk dalam jenis caplak keras Ixodidae. R. sanguineus sering disebut juga ”the brown dog tick”, karena caplak ini sering ditemukan pada anjing bentuknya kecil dan berwarna cokelat kemerahan.

2.2.2 Klasifikasi Rhipicephalus sanguineus

Menurut Krantz 1970 Rhipicephalus sanguineus diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Arthropoda Sub filum : Chelicerrata Kelas : Arachnida Sub kelas : Acari Ordo : Parasitiformes Sub ordo : Metastigmata Super famili : Ixodoidea Famili : Ixodidae Genus : Rhipicephalus Spesies : R. Sanguineus Gambar 1 Caplak Rhipicephalus sanguineus Jantan kiri dan Betina kanan Lord 2001

2.2.3 Siklus Hidup Rhipicephalus sanguineus

Rhipicephalus sanguineus adalah caplak berumah tiga yaitu memerlukan tiga induk semang yang berlainan untuk setiap tahapan hidupnya. Tahap perkembangan hidupnya meliputi stadium telur, larva, nimfa dan dewasa Lord 2001. R. sanguineus pada stadium larva dapat hidup pada kelinci, sedangkan pada stadium nimfa caplak ini dapat hidup pada hewan domba, sapi, dan anjing. Setelah dewasa caplak ini akan hidup pada anjing. Reproduksi caplak terjadi secara seksual. Caplak betina hanya akan berkopulasi dengan caplak jantan ketika masih berada pada tubuh inangnya. Caplak jantan akan segera mati setelah kawin sementara caplak betina setelah kawin akan menghisap darah. Setelah caplak betina kenyang menghisap darah, kemudian caplak ini akan menjatuhkan diri di tanah dan mencari tempat yang cocok untuk bertelur. Apabila kondisi lingkungannya cocok, caplak betina akan mulai bertelur secara masal. Caplak betina dewasa dapat bertelur sekitar 2000 sampai 4000 butir per hari Levine 1994. Caplak betina akan mati dalam jangka waktu 3-4 hari setelah betelur Yates 1992. Siklus hidup caplak dimulai dari telur. Telur yang berada di tanah akan menetas menjadi larva. Perubahan telur menjadi larva membutuhkan waktu kira- kira tiga minggu. Larva yang baru menetas dan memiliki tiga pasang kaki akan segera mencari inangnya. Setelah mendapatkan inangnya, larva akan menghisap darah inangnya sampai kenyang, lalu jatuh ke tanah atau tetap tinggal di tubuh inangnya. Larva kemudian akan molting menjadi nimfa yang memiliki empat pasang kaki. Larva yang sudah siap menyilih menjadi nimfa berwarna biru keabu-abuan ”light-brown” Yates 1992, sedangkan nimfa berwarna cokelat kekuningan ”reddish-brown”. Nimfa akan menghisap darah kembali dan setelah kenyang akan jatuh ke tanah dan molting menjadi caplak dewasa Levine 1994. Waktu yang dibutuhkan untuk menghisap darah pada setiap stadium caplak R. sanguineus dan waktu yang dibutuhkan untuk berkembang dan molting sangat tergantung pada temperatur Lord 2001. Gambar 2 Siklus Hidup Caplak Rhipicephalus sanguineus Lord 2001

2.2.4 Penyakit yang Ditularkan Rhipicephalus sanguineus

Rhipicephalus sanguineus sebagai ektoparasit penghisap darah dapat menjadi vektor pembawa berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, rickettsia, dan protozoa Levine 1994. Kelainan-kelainan yang dapat ditimbulkan oleh caplak karena aktiftas makan dan menghisap darah dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok umum yaitu : 1. Kerusakan mekanis pada integumen, peradangan yang diakibatkan oleh gigitan caplak yang mengiritasi dan menyebabkan kegatalan sehingga digaruk, digigit, atau dijilat sehingga kulit menjadi lecet, luka, bengkak, ulserasi, dan infeksi sekunder 2. Kerusakan sistemik dapat menimbulkan paralisis akibat pemasukan air liur caplak yang mengandung bahan-bahan toksik pada saat menggigit atau menghisap darah sehingga mengakibatkan gangguan sistemik yang hebat dan kelumpuhan tick paralysis. Saliva merupakan tranmisi penyakit dari caplak ke inang William et al. 1985. Bahan-bahan toksik yang kemungkinan dihasilkan oleh ovarium menyebabkan paralisis motor ringan. Sedangkan gejala yang teramati yaitu peningkatan suhu tubuh, dan kesulitan bernafas Noble dan Noble 1989 3. Anemia, dapat terjadi pada kasus infestasi caplak yang hebat. Seekor caplak R. sanguineus betina dapat menghisap darah satu sampai dua mililiter selama berada pada tubuh inangnya 4. Othematoma atau otitis eksterna. Caplak ini menyerang bagian interna daun telinga atau pada bagian eksterna telinga inang sehingga sangat mengganggu karena rasa sakit dan gatal yang ditimbulkannya. Karena inang sering menggaruk-garuk telinganya, kadang ada pembuluh darah di telinga yang pecah sehingga darah terkumpul dalam telinga 5. Caplak R. sanguineus merupakan vektor Babesia sp.Adame 1996.

2.2.5 Pengendalian dan Pencegahan Rhipicephalus sanguineus

Upaya pengendalian dan pencegahan pada prinsipnya adalah untuk meringankan derajat infestasi caplak dan untuk mencegah agar induk semang tidak terserang caplak kembali Gunandini dalam Sigit dan Hadi 2006. Upaya penanggulangan caplak R. sanguineus bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu : kimiawi, mekanik, dan sanitasi. Penanggulangan secara kimiawi yang umum dilakukan adalah menggunakan pestisida insektisida dengan berbagai macam cara aplikasi, secara langsung kepada inang atau secara tidak langsung. Aplikasi secara langsung bisa dengan mandi bathing, celup dipping, bedak dusting, tabur pour on, dan semprot spraying. Aplikasi pestisida secara tidak langsung berupa penyemprotan pada daerah sekitar kandang. Penanggulangan secara mekanik dapat dilakukan dengan melakukan rotasi padang penggembalaan untuk menanggulangi stadium larva di rerumputan. Hal ini dilakukan dengan memindahkan inang untuk sementara waktu kira-kira 3-6 bulan Shaw et al. 1970. Hal ini dilakukan untuk membuat larva caplak menjadi kelaparan karena tidak dapat menghisap darah sehingga lama-kelamaan akan mati. 2 b u t d m g s S h H

2.3 Eritrosi

Sel d bikonkaf da ukuran kete tengah. volu Pada darah merah merah yang gestasi, hati sama juga Selanjutnya hanya diprod Peng Hormon ini t Sel Darah darah merah an tidak beri ebalan dua m ume rata-rata Gambar 3 a minggu-mi h diproduks diproduksi sebagai org akan dipro periode akh duksi oleh su Gam gaturan prod sebagian be h Merah h atau eritro nti. Diamet mikron pad a sel darah m Sel Darah M inggu pertam si di dalam masih berin gan utama pe oduksi sel hir masa keb umsum tulan mbar 4 Eritr duksi sel dar esar dihasilka osit pada ma ternya kira-k da bagian te merah adalah Merah Mama ma kebuntin yolk sac k nti. Selama embentuk se darah mera buntingan d ng belakang ropoiesis An ah merah di an oleh ginja amalia umu kira delapan epi dan satu h 83 mikron k alia Anonim gan atau pa kantong kun a trimester p el darah mer ah oleh lim dan sesudah Guyton dan nonim 2008d ilakukan ole al dan sebag umnya berbe n mikron dan u mikron pa kubik. m 2008d da masa em ning telur. pertengahan rah dan pada mpa dan li lahir, sel da n Hall 1995 d h hormon er gian kecil ole entuk bulat n memiliki ada bagian mbrional sel Sel darah dari masa a saat yang imfonodus. arah merah . ritropoetin. eh hati dan s a k j m k d c P a d 2 s m t p p P m y sel makrofag adalah kead keadaan ya jaringan-jari memproduk kecepatan pr darah merah cukup untuk Pada saat in akan menjag dan Hall 199

2.4 Hemogl

Hem sebagai med membawa k terdiri dari protoporfirin polipeptida y Pada pusat m menahan sat yang menga g. Faktor ya daan jaringa ang menyeb ingan termas si hormon roduksi sel d h ini akan ter k mengangk i kecepatan ga kestabila 95. obin moglobin ada dia transpor karbondioksi empat gug n dan ion F yang disinte molekul terd tu atom besi andung besi d Gam ang merangs an tubuh ya babkan pen suk ginjal, m eritropoetin darah merah rus berlangsu kut oksigen produksi eri an jumlah se alah molekul rt oksigen d da dari jarin gus heme, g e 2+ yang dis esis oleh sito dapat cincin h i; atom besi i disebut heme mbar 5 Gugu sang peningk ang kekuran nurunan jum maka ginjal a n, dengan m juga akan m ung sampai n yang mem itropoetin m el-sel darah l protein pad dari paru par ngan tubuh k globin, dan sintesis di m oplasma sel heterosiklik ini merupak e Soeparma us Heme An katan produk ngan oksige mlah oksige akan segera m meningkatny meningkat. K sel-sel darah madai ke jar menurun samp merah yan da sel darah ru ke seluru ke paru paru. n ion Fe 2+ . mitokondria. darah merah yang dikena kan tempat ik an dan Wasp nonim 2008 ksi hormon e en hipoksia en yang di merespon ya ya hormon Kecepatan p h merah yan ringan-jaring pai kadar ter g dibutuhka merah yang uh jaringan . Molekul h Heme m Globin ad h Schalm et al dengan po katan oksige padji 1991. b eritropoetin a. Setiap angkut ke aitu dengan ini maka produksi sel ng dibentuk gan tubuh. rtentu yang an Guyton g berfungsi tubuh dan hemoglobin mengandung dalah suatu t al. 1975. orfirin yang n. Porfirin Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer mengandung 4 subunit protein, yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64.000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen Guyton dan Hall 1995.

2.5 Hematokrit PCV