Model Pembelajaran Tinjauan Pustaka
Model pembelajaran time token Arends digunakan untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan sosial
terutama keterampilan
berkomunikasi agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali dimana siswa dituntut aktif dan berpartisipasi, dengan adanya kupon
dan batas waktu yang ditentukan dapat mengembangkan inisiatifnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Arends 2008: 29 tujuan dalam pembelajaran kooperatif time token menumbuhkan keterampilan berpartisipasi. Sementara sebagian
siswa mendominasi kelompok, sebagian lainnya mungkin justru tidak mau atau tidak mampu berpartisipasi. Kadang-kadang siswa menghindari kerja
kelompok karena pemalu. Sering kali siswa pemalu sangat cerdas dan mereka mungkin bekerja dengan baik sendirian atau dengan seorang
teman. Akan tetapi, mereka sangat sulit untuk berpartisipasi dalam kelompok. Siswa yang ditolak mungkin juga memilki kesulitan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Disamping itu, ada juga anak- anak normal yang entah apapun alasannya, memilih untuk bekerja sendiri
dan menolak untuk berpartisipasi dalam kelompok kooperatif.
Memastikan bahwa siswa pemalu atau ditolak ikut masuk ke dalam kelompok bersama siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik
adalah salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk melibatkan mereka. Menstrukturisasikan interdependensi tugas yang dideskripsikan
sebelumnya, adalah cara lain untuk mengurangi kemungkinan siswa yang ingin bekerja sendiri. Menggunakan lembar perencanaan yang mendaftar
berbagai tugas kelompok lengkap dengan nama siswa yang bertanggung jawab untuk meyelesaikan tugas-tugas adalah cara ketiga untuk
mengajarkan dan memastikan partisipasi yang seimbang diantara anggota- anggota kelompok. Time token adalah kegiatan-kegiatan khusus yang
mengajarkan keterampilan berpartisipasi.
Berdasarkan paparan dari Arends tersebut, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif time token adalah model pembelajaran kooperatif
yang menuntut partisipasi siswa dalam kelompok untuk berbicara mengeluarkan idegagasan dengan cara memberi tugas dan tanggung
jawab yang melibatkan partisipasi semua anggota kelompok, sehingga siswa tidak ada yang mendominasi atau bekerja sendiri dalam pelaksanaan
diskusi.