Kav B Kav D
Kav E Kav J
Kav A Kav B
Kav C Kav D
No Setting 94
94 94
94 04
04 04
04 Luas
SettingHa 25,51
25,51 25,51
25,51 12,22
12,22 12,22
12,22 Blok
Selibing Selibing Selibing Selibing Penyem
bangan Penyem
bangan Penyem
bangan Penyem
bangan Luas m
2
21,3 10,5
6,5 14,9
6,5 12,5
12 4,6
Periode Tebang
Juni ‘05 Juni ‘05 Juni ‘05 Juni ‘05 Maret
‘05 Maret
‘05 Maret
‘05 Maret
‘05 Periode
Tumpuk Juli ‘05
Juni ‘05 Juli ‘05 Juli ‘05
April ‘05
April ‘05
April ‘05
April ‘05
Periode Muat
Agustus ‘05
Agustus ‘05
Agustus ‘05
Agustus ‘05
Agustus ‘05
Agustus ‘05
Agustus ‘05
Agustus ‘05
Volume m
3
455,35 189,75
106,89 292,63
119,61 206,67
205,90 65,71
Sumber : PT. Musi Hutan Persada 2005
Tabel 5. Data contoh penelitian untuk kegiatan pengangkutan
TPN X TPN Y
Keterangan Alat angkut 1
Alat angkut 2 Alat angkut 1
Alat angkut 2 KavlingSetting
F04 F04
E03 E03
Luas SettingHa 12,22 12,22
17,34 17,34
Blok Penyembangan Penyembangan Penyembangan Penyembangan
Volume Kavling m
3
69,06 69,06
8,64 8,64
No Polisi BG8071D
BK9279BJ BK9281BJ
BE4074BA Volume Alat
Angkut m
3
25,20 24,60
22,40 27,30
Sumber : PT. Musi Hutan Persada 2005
b. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data pokok yang diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan.
Adapun data primer yang dikumpulkan meliputi : 1. Data volume limbah yang terdiri dari :
a. Limbah penebangan yang meliputi limbah tunggak yaitu tinggi tunggak yang melebihi batas yang diperkenankan 10 cm. Dimensi yang diukur adalah
diameter pangkal, diameter ujung serta tinggi kelebihan tunggak. Limbah batang kayu yang meliputi kayu berdiameter 8 cm yang berserakan di petak
tebang, kayu di luar tumpukan, kayu rusak retak, pecah atau terbelah, serta kayu yang jatuh ke jurang. Dimensi yang diukur adalah diameter pangkal,
diameter ujung serta panjang sortimen. Untuk kayu yang jatuh ke jurang, perhitungannya menggunakan asumsi perusahaan yaitu bahwa suatu sortimen
batang kayu dengan panjang 2,5 m dan diameter rata-rata 14 cm memiliki volume sebesar 0,04m
3
Rishadi 2004. Dengan demikian volume kayu yang jatuh ke jurang diukur dengan menghitung banyaknya kayu yang jatuh ke
jurang. c. Limbah penyaradan yaitu limbah yang terjadi akibat kegiatan penyaradan
memindahkan kayu dari petak tebang ke TPn, terdiri dari batang sortimen yang berserakan pada jalur sarad yang dihitung dengan menggunakan asumsi
perusahaan dan sortimen yang masih berada di tumpukan akan tetapi tidak ikut disarad ke TPn. Dimensi yang diukur adalah diameter pangkal, diameter ujung
serta panjang sortimen. d. Limbah TPn yaitu limbah yang terjadi di TPn akibat dari kegiatan pemuatan
kayu ke alat angkut. Teknis pengukuran menggunakan asumsi perusahaan dengan menghitung jumlah sortimen kayu yang ditinggalkan di TPn setelah
kegiatan pemuatan. e. Limbah pengangkutan yaitu limbah yang terjadi akibat kegiatan pengangkutan
berupa sortimen yang jatuh di sepanjang jalan angkutan. Teknis pengukurannya dengan menghitung volume sortimen pada alat angkut sebelum alat angkut
berangkat menuju TPK dan menghimpun data volume sortimen yang sampai di TPK dengan alat angkut yang sama dari TPn asal.
2. Data untuk penentuan faktor eksploitasi diperoleh dari data volume pohon berdiri yang dapat dimanfaatkan, serta data volume sortimen yang sampai di TPK siap
dimanfaatkan oleh konsumen. Data sekunder merupakan data tambahan yang diperoleh untuk mendukung
penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan atau pengutipan data dari perusahaan. Data sekunder yang dimaksud terdiri dari :
1. Data volume pohon berdiri standing stock volume 2. Kondisi umum lokasi penelitian
3. Luas dan letak petak tebang 4. Potensi hutan laporan hasil cruising
5. Sistem pemanenan kayu yang digunakan
6. Kebijakan bagi batang yang diberlakukan 7. Sistem pengujian kayu
Pengukuran limbah penebangan dan limbah penyaradan dilakukan pada petak tebang yang telah dipilih. Pengukuran limbah tunggak penebangan dilakukan dengan
mengukur seluruh kelebihan tunggak dengan mengikuti regu tebang yang bekerja pada petak tebang tersebut, pengukuran limbah batang dilakukan setelah batang yang
dimanfaatkan ditumpuk ke jalur tumpukan. Pengukuran limbah penyaradan dimulai setelah sortimen-sortimen di jalur tumpukan selesai dimuat ke alat sarad yaitu dengan
menghitung banyaknya sortimen yang tidak dimuat ke alat sarad dan sortimen-sortimen yang jatuh pada jalur sarad selama perjalanan menuju TPn.
Pengukuran limbah TPn dan limbah pengangkutan dilakukan dari petak tebang yang lain hal ini dikarenakan oleh waktu tunggu dari kegiatan penyaradan ke
pengangkutan cukup lama yaitu ± 4 bulan, sehingga untuk limbah TPn dan limbah pengangkutan dipilih dari TPn yang siap angkut. Pengukuran limbah TPn dilakukan
dengan menghitung volume sortimen sebelum pemuatan ke alat angkut dan menghitung jumlah sortimen yang tidak terangkut dan ditinggalkan di TPn, yang
kemudian dikonversi berdasarkan asumsi perusahaan. Limbah pengangkutan ditentukan dengan contoh pengangkutan ke TPK PT. TEL dari TPn yaitu dengan mengukur dan
menghitung volume kapasitas angkut dari alat angkut contoh sebelum berangkat menuju TPK dan kemudian menghimpun data mengenai volume yang sampai di TPK
dari TPn asal dan dari alat angkut contoh tersebut. Besarnya volume limbah pengangkutan dihitung dari selisih antara volume alat angkut contoh sebelum menuju
TPK dan volume alat angkut setelah ditimbang di TPK. Data limbah TPn dan limbah pengangkutan ini dilakukan dengan mengambil dua lokasi TPn, untuk limbah TPn
diambil dari 4 kavling untuk tiap TPn dan untuk limbah pengangkutan 1 kavling untuk 1 TPn dengan 2 contoh alat angkut. Pengambilan contoh ini disesuaikan dengan kegiatan
yang sedang berlangsung di lapangan, dimana tidak semua sortimen dari satu kavling dilakukan pengangkutan menuju TPK PT.TEL.
b. Bagan Alir Pengambilan Data