86
kanal Panampu yang mepunyai nilai pH relatif rendah yakni 6,92 . Berdasarkan acuan baku mutu Kepmen LH No 51 Tahun 2004 lampiran III untuk kehidupan
biota bahwa kisaran yang diperbolehkan antara 7-8,5 dan diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 0,2 satuan pH. Kisaran nilai yang aman bagi biota
perairan juga dikemukakan oleh Novotny dan Olem dalam Effendi 2003 bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH
dalam kisara 7-8,5 Ada 2 fungsi dari pH yaitu sebagai faktor pembatas, setiap organism
mempunyai toleransi yang berbeda terhadap pH maksimal, minimal serta optimal dan sebagai indeks keadaan lingkungan. Batas toleransi organisme terhadap pH
bervariasi tergantung pada suhu air, oksigen terlarut, adanya berbagi anion dan kation serta jenis organisme. Bengen et.al 1994 menyatakan bahwa pH pada
perairan laut selalu dalam keadaan keseimbangan, karena ekosistem laut mempunyai kapasitas penyangga yang mampu mempertahankan kisaran nilai pH.
Dengan demikian dapat dikatakan pH perairan di lokasi penelitian masih dapat mendukung aktivitas budidaya
Table 14 Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5 Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas tidak mengalami
perubahan 5,5 – 6,0 Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan benthos semakin
tampak Kelimpahan total, biomassa dan produktivitas belum mengalami
perubahan yang berarti Alga hijau berfilamen semakin banyak
5,0 – 5,5 Penurunan nilai keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan benthos semakin tampak
Terjadi penurunan Kelimpahan total, biomassa zooplankton dan benthos
Alga hijau berfilamen semakin banyak Proses nitrifikasi terhambat
87
4,5 – 5,0 Penurunan nilai keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan benthos semakin besar
Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan benthos Alga berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
Sumber : Modifikasi Baker et al., 1990 in effendi 2003
5.4.3 Salinitas
Salinitas merupakan gambaran jumlah garam dalam suatu perairan Dahuri, et al, 1996. Salinitas pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis
specific gravity, yaitu rasio antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama Sebaran salinitas di air laut dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai Nontji, 1987. Berdasarkan pengukuran salinitas didapatkan nilai yang bervariasi antara
stasiun ,salinitas yang terukur berada pada kisaran yang cukup lebar antara 2 – 35 ppm dengan nilai rata-rata 22,75 ppm gambar 16. Kondisi ini bergantung pada
lokasi pengukuran, nilai terendah 2 ppm ditemukan pada stasiun kanal benteng dan H Bau, sementara tertinggi di sekitar pelabuhan Makassar. Pengukuran nilai
salinitas pada perairan pantai selain sungai dan muara ditemukan nilai fariasi yang kecil antara 30 – 35 ppm. Kondisi ini terkait dengan sifat dari suatu lingkungan
pesisir yang dinamis karena dipengaruhi oleh adanya pasang surut. Nybakken 1992 menyatakan bahwa daerah pesisir litoral merupakan perairan yang
dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas tidak begitu tinggi Variasi salinitas selain dipengaruhi oleh aliran sungai yang masuk pada
perairan pantai juga dipearuhi oleh penguapan dan curah hujan. Organisme yang hidup diperairan pesisir cenderung mempunyai toleransi terhadap perubahan
salinitas sampai dengan 15 ‰. Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara
fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kadar salinitas pada lokasi
penelitian dapat mendukung kegiatan budidaya mengacu pada standur baku mutu Kepmen LH No 51 Tahun 2004
88
Gambar 13 Sebaran kadar salinitas pada berbagai stasiun pengamatan
5.4.4 Oksigen Terlarut DO
Dalam badan air oksigen ditemukan dalam bentuk oksigen terlarut dan berbentuk gelembung yang berukuran mikroskopik diantara molekul-molekul air.
Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya serta difusi dari udara APHA 1989. Difusi oksigen
dari atmosfer ke perairan berlangsung relatif lambat walaupun terjadi pergolakan massa air, sehingga sumber oksigen terlarut yang berasal dari difusi oksigen
hanya sekitar 35 Effendi 2003. Peranan Oksigen terlarut ini sangat penting bagi kehidupan organisme
untuk pernapasan dan mengoksidasi bahan organik didalam tambak. Pencemaran limbah organik dapat menyebabkan menurunnya kandungan oksigen terlarut
dalam perairan Connel dan Miller 1995 in Efendi 2003. Peranan oksigen terlarut juga diungkapkan oleh Salmin 2000 yang meyatakan bahwa Oksigen terlarut
Dissolved Oxygen =DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi
untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Variasi nilai parameter DO juga ditentukan oleh suhu dan aktivitas fotosintesa dalam perairan Imam and El Baradei, 2009. Kadar oksigen juga berfluktuasi
secara harian diurnal dan musiman, bergantung pada pencampuran mixing dan
89
pergerakan turbulence massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah effluent yang masuk ke badan air Effendi, 2003. Hal ini mengindikasikan
bahwa kadar konsentrasi DO dalam perairan, termasuk di sungai-sungai dan kanal-kanal yang ada di kota Makassar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
penentu Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi DO pada perairan di sekitar
pantai Kota Makassar, ditemukan nila konsentrasi dengan rentang yang cukup lebar yakni 2,4 – 7,8 mgl, dengan nilai rata-rata 5,27 mgl. Nilai DO terendah
didapatkan di perairan kanal Jongaya dan tertinggi di sekitar sekitar perairan pelabuhan. Nilai oksigen yang rendah sangat membahayakan karena Oksigen
terlarut merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan biota, karena diperlukan untuk pernapasan dan proses metabolism. Dalam kondisi oksigen
yang rendah dapat mengakibatkan kematian bagi organism dan disisi lain bila berada dalam kondidi optimum dapat meningkatkan rasio pertumbuhan dari ikan.
Gambar 14 Sebaran kadar DO pada berbagai stasiun pengamatan Secara umum level oksigen terlarut yang direkomendasikan dalam
perairan minimal 5 mgl, karena dibawah level tersebut dapat mengakibatkan stress bahkan kematian. Huguenin and colt 1989 merekomendasikan untuk ikan
laut kadar oksigen terlarut 6 mgl. Linsley dan Franzini 1995 menyatakan bahwa keseimbangan oksigen terlarut juga akan berpengaruh pada biota dalam
air. Organisme tingkat tinggi pada badan air selalu membutuhkan terpeliharanya kondisi aerob. Ikan dan biota air lainnya hanya dapat hidup pada kondisi kadar