latar depan Kohar, 2008. Para elit dan masyarakat harus optimis, work together, serta memahami sejarahnya untuk
integrasi bangsa. Lagipula ada beberapa alternative paling mutakhir untuk segera mengejawantahkan semangat baru
Bhinneka Tunggal Ika, tentu berkat belajar dari masa lalu.
1. Peran Partai Politik Parpol
Untuk ejawantah Bhinneka Tunggal Ika yang begitu penting. Dan untuk kesekian kalinya pula menyentuh ranah
perpolitikan. Apa boleh buat. Ketika elit dihadapkan dengan masyarakat untuk integrasi bangsa, kekuasaan yang seharusnya
dua arah baca : top – down dan down – top membutuhkan katalisator. Seperti hanya telepon yang berbicara dua arah. Satu
mendengarkan dan satu menanggapi hingga kemudian menghasilkan respon ke tindakan act. Tak boleh ada satu pun
yang tak mendengar, berbicara, ataupun responsive. Dalam demokrasi yang berjalan dari amta sejarah Demokrasi Amerika di
tahun 1776, yang lalu berkembang selaras dengan jaman, lahirlah 11 pilar demokrasi. Apa fungsi? Tentu sebagai
penyangga, kalau – kalau negeri yang melaksanakannya ingin cepat maju mengikuti zaman. inilah yang sedang kita bicarakan.
Kiranya, rakyat di belahan dunia Timur atau dunia Barat terdengar akrab dengan tradisi feodalistik, dulu ketika masih
jaman raja. Raja adalah manusia sakti, utusan Tuhan, penggerak sejarah The God Theory, yang keputusannya tidak boleh
ditentang sama sekali. Maka seiring perkembangan, dengan memakai dasar teori pertentangan kelas Karl Marx, JJ. Rosseau,
teori kenegaraannya Thomas Hobbes, ataupun teori kebebasan berpikirnya para filsuf Yunani, rakyat mulai sadar bahwa
kekuasaan “raja” terlalu berlebih dan cenderung korup. Seperti pendapatnya Karl Marx : “The struggle can being to corrupt..”.
Perjalanan sejarah yang tak mengenakan ini kemudian berubah.
Para pimpinan melalui teori – teorinya para pemikir lalu sadar bahwa keberadaan rakyat patut diperhitungkan.
Berawal dari inisiatif warga di belahan bumi barat abad – 18an tepatnya di Perancis, muncullah sejenis wadah untuk
mobilisasi rakyat agar mampu menyentuh kebijakan public, apalagi jika bukan partai politik. Memang, diawal kelahirannya
masih cenderung berpihak pada elit, namun lama – kelamaan rakyat mendapat perhatian lebih. Bahkan jika kita berpikir bahwa
konsep pokok kekuasaan seorang pimpinan,
20
sebagaimana ulasan Robert Dahl sarjana ilmu politik terkemuka menyatakan :
“A mempunyai kekuasaan atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan A
has a power over B to the extent that he can get B to do something that be Would’nt otherwise do, maka rakyat “berhak”
dan “dapat” menyuarakannya kepada partai politik. Lalu jika muncul pertanyaan “apakah sama hasil kerja
partai politik di semua negara? Apakah bisa mengintegrasikan bangsa yang bhinneka tunggal ika? Jawabannya adalah “tidak”
dan “bisa”. Partai politik definitifnya menurut Carl J. Friedrich menuliskan : “Partai poltiik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan pernguasaan terhadap pemerintahan bagi
pimpinan partainya beedasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat riil serta
materiil A political, party is a group of human beings, stably organized with the objective of giving to members of the party,
through such control ideal and material benefits and advantages.
31
Siamund Neumann dalam buku karyanya, Modern
Political Parties, mengemukakan definisi “Partai politik adalah
20
31
Friedrich, Constitutional Government and Democracy dalam Miriam
Budiardjo, “Dasar – dasar Ilmu Politik”, 2010 : hlm 404.
organisasi dari aktivitas – aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan
rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda A political party is the
articulate organization of society’s active political agents ; those who are concerned with the control of governmental polity
power, and who compete for popular support with the other groups holding divergent views
Banyak definisi lain dari para ahli lain tergantung pada zaman dan di negara mana dia berada. Sehingga fungsi partai
politik di berbagai negara cenderung berbeda, tergantung di lantai mana kita tinggal. Jika ada di Dunia Ke I, di negara –
negara yang sudah maju dan merdeka berates tahun lebih dulu, maka kehadiran partai politik parpol sangat memainkan
perannya, dari masalah social, hingga pemerintahan. Apabila warga kesulitan untuk beraspirasi melalui parpol, mereka akan
menciptakan suatu organisasi yang lebih simpel dan fleksibel seperti lembaga swadaya masyarakat. Tentu karena faktor
ideologis warga negara di Dunia Kesatu telah terselesaikan, corak masyarakat juga homogeny, jadilah peran maksimal parpol
untuk publik. Bagai langit dan bumi jika menoleh pada dunia ketiga, atau negara – negara berkembang. Rupanya, partai poltik
harus berhadap – hadapan dengan masalah seperti kemiskinan, terbatasnya kesempatan kerja, pembagian pendapatan yang
timpang serta tingkat pendidikan yang rendah. Seakan beban yang diletakkan diatas pundak partai sering terlalu berat dan
harapan – harapan yang ditujukan kepada partai sering terlalu tinggi.
Belum lagi problematika seperti konflik. Mengingat Indonesia adalah taman budaya heterogen terindah namun juga
rawan konflik, bagaimanapun pilihan bentuk dan keberadaan
partai politik, harusnya antara elit dan masyarakat bekerja sama dengan baik. Sejak pemilu pertama di tahun 1955, negara ini
menganut multipartai dengan alasan bahwa “ragam” – nya ras, suku, bahasa, dan agama, menuntut aspirasi yang tentu juga
berbeda – beda, maka tak ada pilihan lain untuk tidak memilih multi partai. Memang banyak sekali peristiwa yang kita sesalkan
ketika melihat pemberitaan – pemberitaan di media massa, banyaknya partai politik yang tak professional. Dari masalah –
masalah internal seperti : korupsi, skandal, menjadi dalang kekerasan yang terjadi antar warga, kecurangan pemilihan
umum, sampai keterlibatan dalam eksploitasi daerah. Tak peduli partai – partai besar ataupun kecil, jika tak profesional, otomatis
terjadi krisis kepercayaan masyarakat terhadap partai politik. Dalam jajak pendapat Kompas berjudul “Koalisi Politik Setengah
Hati”, sebesar 66,9 rakyat tidak percaya bahwa kerjasama partai koalisi menjamin terciptanya stabilitas politik dan
pemenuhan kepentingan masyarakat. Lebih lanjut, ¾ bagian responden 79,3 melihat pola koalisi masih bergerak dalam
tataran memenuhi kebutuhan kepentingan elit, khususnya menggapai kursi kekuasaan Kompas, 30 Juli 2012, terlampir.
Kebobrokan – kebobrokan partai politik diatas memang terlihat sangat nyata bagi Indonesia. Masyarakat Indonesia benar
– benar sudah mengalami krisis kepercayaan. Namun tak ada jalan yang lebih baik selain optimis. Sebabnya, partai politik
didirikan di
21
Indonesia karena satu hal, kebhinekaan. Dari zaman pembentukan negara pun, saat elit hanya segelintir, dan rakyat
banyak yang buta huruf, mereka mampu mendirikan partai – partai politik sesuai nafas bangsa. Ada yang benar – benar
sekuler seperti : PDIP, agamis seperti : PPP, dan partai – partai lain yang tujuan awalnya memang ingin menyuarakan aspirasi
21
32
www.lensaindonesia.com , 2012
masyarakat heterogen. Taufik Kiemas mengatakan bahwa bangsa Indonesia yang mengerti kebhinekaan sudah mencapai 90,
meski yang benar – benar meyakini kebhinekaan hanya 30.
32
Namun jika partai politik benar – benar melaksanakan tugasnya sebagai pilar penting demokrasi, maka Bhinneka Tunggal Ika
semakin hidup, hingga semangatnya mampu direvitalisasi untuk menghindarkan bangsa dari disintegrasi.
2. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat