30
4.5. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Non-probability sampling yaitu Haphazard sampling atau accidental atau
convenience. Metode tersebut merupakan suatu metode pengambilan sampel secara nyaman yang dilakukan dengan memilih sampel bebas, sekehendak
perisetnya, dimana responden yang mudah ditemui dijangkau akan dijadikan sebagai sampel dengan tetap mempertahankan kelayakan dan ketepatan sampel
yang dipilih Jogianto, 2008. Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan responden yang berusia 17 tahun ke atas yang bersedia untuk
mengikuti proses wawancara. Berdasarkan data jumlah pengunjung Danau Situgede pada Triwulan I
Bulan Januari – Maret tahun 2009 Lampiran 3 yaitu 650 orang pengunjung,
maka jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 42 orang. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi
kaidah pengambilan sampel secara statistika yaitu minimal sebanyak 30 data sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal.
4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan
menggunakan komputer dengan program SPSS 15.0 for Windows dan Microsoft Office Excell.
31
4.6.1. Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengunjung
Karakteristik sosial ekonomi pengunjung Danau Situgede dianalisis dan diidentifikasi secara deskriptif. Karakteristik-karakteristik tersebut akan menjadi
gambaran faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap kesediaan membayar dari pengunjung dalam rangka upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau
Situgede. Sama halnya dengan karakteristik pengunjung, persepsi pengunjung
mengenai kondisi Danau Situgede pun dianalisis secara deskriptif. Persepsi yang akan dianalisis terkait dengan kondisi alam dan lingkungan Danau Situgede serta
kondisi prasarana dan sarana yang menunjang kegiatan wisata di Danau Situgede.
4.6.2. Analisis Kesediaan Membayar
Analisis kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi logit. Menurut Pujianti 2008, regresi logistik terdiri dari regresi logistik biner dan regresi logistik multinomial. Regresi logistik biner digunakan saat
variabel dependen merupakan variabel dikotomus kategorik dengan 2 macam kategori, sedangkan Regresi Logistik Multinomial digunakan saat variabel
dependen adalah variabel kategorik dengan lebih dari 2 kategori. Regresi Logistik tidak memodelkan secara langsung variabel dependen Y dengan variabel
independent X, melainkan melalui transformasi variabel dependen ke variabel logit yang merupakan natural log dari odds rasio. Transformasi tersebut
diformulasikan sebagai persamaan:
32 dimana
i
L
sering disebut sebagai indeks model logistik, yang nilainya sama
dengan ln 1
i i
P P
; dan
1
i i
P P
adalah odd, yaitu nilai rasio kemungkinan terjadinya suatu peristiwa dengan kemungkinan tidak terjadinya peristiwa.
Parameter model estimasi logit harus diestimasi dengan metode maximum likelihood ML.
Dalam penelitian ini regresi logit digunakan untuk menganalisis peluang kejadian kesediaan pengunjung untuk membayar dengan model logistiknya
sebagai berikut :
L
i
= β
+ β
1
JK
i
+ β
2
UM
i
+ β
3
SP
i
+ β
4
TP
i
+ β
5
PD
i
+ β
6
JT
i
+ β
7
PM
i
+ β
8
FK
i
+ β
9
DM
i
+ β
10
BK
i
+ ε
i
dimana : L
i
= Peluang responden bersedia untuk membayar bernilai 1 untuk “setuju” dan bernilai 0 untuk “tidak setuju”
β = Intersep
β
1
,…, β
8
= Koefisien Regresi JK
= Jenis Kelamin bernilai 1 untuk ”pria” dan 0 untuk ”wanita”
UM = Tingkat Usia tahun
SP = Status Pernikahan bernilai 1 untuk
”belum menikah” dan 0 untuk ”sudah menikah”
TP = Tingkat Pendidikan tahun
PD = Rata-rata pendapatan per bulan dummy bernilai 1 untuk pendapatan
”Rp 150.000 – Rp 1.312.500” dan yang lain bernilai 0, dummy 2 bernilai 1
untuk “Rp 1.312.501 – Rp 2.475.000” dan yang lain bernilai 0, dummy 3 bernilai 1
untuk “Rp 2.475.000 – Rp 3.637.500”
33 dan yang lain bernilai 0, dummy 4 bernilai 1
untuk “Rp 3.637.50 – Rp 4.800.000
” dan yang lain bernilai 0, dummy 5 bernilai 1 untuk “Rp4.800.001-Rp5.962.500” dan yang lain bernilai 0, serta dummy 6
bernilai 1 untuk “Rp 5.962.500 – Rp 7.125.000” dan yang lain
bernilai 0 JT
= Jumlah Tanggungan orang PM
= Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau berni
lai 1 untuk ”tahu” dan bernilai 0 untuk ”tidak tahu” FK
= Frekuensi Kunjungan dummy 1 bernilai 1 untuk ”1 kali” dan yang
lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk ”2 kali” dan yang lain
bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk ”3 kali” dan yang lain bernilai 0,
dummy bernilai 1 untuk ”4 kali” dan yang lain bernilai 0, dummy
bernilai 1 untuk ”5 kali” dan yang lain bernilai 0, serta dummy
bernilai 1 untuk ”lebih dari 5 kali” dan yang lain bernilai 0
DM = Domi
sili bernilai 1 untuk ”jauh” biaya Rp 5000 dan bernilai 0 untuk ”dekat” biaya ≤ Rp 5000
BK = Biaya Kunjungan dummy 1 untuk biaya kunjungan Rp 0 bernilai 1
dan yang lain bernilai 0, dummy 2 untuk ”Rp 1.000 – Rp 25.833”
bernilai 1 dan yang lain bernilai 0, dummy 3 untuk ”Rp 25.834 - Rp
50.666 ”, dummy 4 untuk ”Rp 50.667- Rp 75.499”, dummy 5 untuk
”Rp 75.500 – Rp 100.333” bernilai 1 dan yang lain bernilai 0, serta dummy 6
untuk ”Rp 100334 - Rp 125167” bernilai 1 dan yang lain bernilai 0
i = Responden Ke-1 i = 1, 2, ...., n
34 ε
= Galat atau Error Variabel jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, jumlah tanggungan, pengetahuan tentang manfaat situ, frekuensi kunjungan, domisili, dan biaya kunjungan diduga merupakan variabel yang
berpengaruh terhadap kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan. Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori yang ada dan penelitian
terdahulu.
4.6.3. Analisis Nilai WTP Pengunjung Danau Situgede
Nilai WTP dari pengunjung Danau Situgede dianalisis dengan menggunakan pendekatan CVM, tahap-tahap yang akan dilakukan :
1. Membuat Pasar Hipotetik
Dalam penelitian ini pasar hipotetik akan dibentuk atas dasar terjadinya penurunan kualitas lingkungan Danau Situgede sebagai objek wisata alam.
Dalam upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan Danau Situgede diperlukan anggaran agar upaya pelestarian tersebut dapat dilaksanakan.
Salah satu sumber dana yang dapat digunakan dalam upaya tersebut adalah dengan adanya penarikan retribusi. Selanjutnya, pasar hipotetik akan
dituangkan dalam bentuk skenario sebagai berikut : SKENARIO
“Situgede merupakan suatu danau kecil yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat dengan luas sekitar 6 hektar. Danau yang dikelola
oleh masyarakat ini memiliki berbagai macam fungsi dan manfaat, khususnya bagi masyarakat sekitar, seperti sebagai objek wisata, dan sebagai irigasi
pertanian dan perkebunan. Saat ini kondisi lingkungan Danau Situgede telah
35 mengalami penurunan, seperti lingkungannya yang kotor, terjadinya
pendangkalan pada situ, serta kondisi fasilitas penunjang yang buruk. Kondisi tersebut dapat mengancam keberlanjutan keberadaan Danau Situgede di masa
yang akan datang. Selain itu, fungsi dan manfaat situ sebagai penunjang kehidupan manusia, khususnya masyarakat sekitar pun menjadi suatu
kekhawatiran. Oleh karena itu, pihak pengelola berencana akan melakukan suatu upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan Danau Situgede. Namun,
hal tersebut memerlukan partisipasi aktif dari para pengunjung Danau Situgede dengan adanya penarikan retribusi. Selanjutnya dana tersebut akan
dialokasikan sebagai dana operasional yang digunakan untuk biaya pengerukan situ yang sudah mengalami pendangkalan, pengeluaran gaji
karyawan sebagai petugas kebersihan agar dapat memantau kebersihan lingkungan Danau Situgede, serta pengeluaran untuk pengadaan prasarana
dan sarana yang mendukung aktivitas rekreasi di Danau Situgede .”
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Untuk mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode dichotomous choice model referendum, yaitu
menawarkan kepada responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden bersedia membayar atau tidak sejumlah uang tersebut dalam upaya
pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede. Besarnya tawaran nilai WTP yang diajukan kepada responden dalam penelitian ini ditetapkan
berdasarkan acuan nilai harga tiket masuk pada obyek wisata sejenis. Metode ini memberikan kemudahan kepada responden dalam memahami maksud dan
tujuan dari penelitian. Selain itu, dengan menggunakan metode ini responden
36 yang cenderung bersedia membayar dan responden yang cenderung tidak
bersedia membayar akan lebih mudah diklasifikasi.
3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP
WTP
i
dapat diduga dengan menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan
WTP dihitung dengan rumus :
n Wi
EWTP
n i 1
dimana : EWTP
= Dugaan rataan WTP W
i
= Nilai WTP ke-i n
= Jumlah responden i
= Responden ke-i yang bersedia membayar i = 1, 2,..., n
4. Memperkirakan Kurva WTP
Pendugaan kurva WTP dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
WTP = f JK, UM, SP, TP, PD, JT, PM, FK, DM, BK
dimana : WTP = Nilai WTP responden Rp
JK = Jenis Kelamin UM = Tingkat Usia tahun
SP = Status Pernikahan TP = Tingkat Pendidikan tahun
PD = Rata-rata pendapatan per tahun Rp
37 JT = Jumlah Tanggungan orang
PM = Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau FK = Frekuensi Kunjungan
DM = Domisili BK = Biaya Kunjungan Rp
5. Menjumlahkan Data
Setelah menduga nilai tengah WTP maka selanjutnya diduga nilai total WTP dari masyarakat dengan menggunakan rumus :
P N
ni WTPi
TWTP
n i 1
dimana : TWTP
= Total WTP WTP
i
= WTP individu sampel ke-i n
i
= Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N
= Jumlah sampel P
= Jumlah Populasi i
= Responden ke-i yang bersedia membayar i = 1, 2, ..., n
6. Evaluasi Penggunaan CVM
Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil diaplikasikan. Evaluasi penggunaan CVM dapat dilakukan dengan
menggunakan koefisien determinasi R
2
dari analisis regresi. Dengan melihat besarnya nilai R
2
tingkat reabilitas dari penggunaan CVM dapat terlihat.
38
4.6.4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP
Pengunjung Danau Situgede
Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai WTP pengunjung Danau Situgede dilakukan dengan menggunakan regresi linier
berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
WTP = β
+ β
1
JK
i
+ β
2
UM
i
+ β
3
SP
i
+ β
4
TP
i
+ β
5
PD
i
+ β
6
JT
i
+ β
7
PM
i
+ β
8
FK
i
+ β
9
DM
i
+ β
10
BK
i
+ ε
i
dimana : WTP
= Nilai WTP responden Rp β
= Intersep β
1
,…, β
8
= Koefisien Regresi JK
= Jenis Kelamin UM
= Tingkat Usia tahun SP
= Status Pernikahan TP
= Tingkat Pendidikan tahun PD
= Rata-rata pendapatan per tahun Rp JT
= Jumlah Tanggungan orang PM
= Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau FK
= Frekuensi Kunjungan DM
= Domisili BK
= Biaya Kunjungan Rp i
= Responden Ke-1 i = 1, 2, ...., n ε
= Galat atau Error
39 Variabel-variabel tersebut diduga mempengaruhi nilai WTP responden
dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.
4.7. Pengujian Parameter
4.7.1. Odds Ratio
Menurut Firdaus dan Afendi 2005 dalam Minha 2008, Odds merupakan rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari
variabel respon. Dalam hubungan antar variabel kategori terdapat ukuran asosiasi atau ukuran keeratan hubungan antar variabel kategori. Salah satu ukuran asosiasi
yang dapat diperoleh dari analisis regresi logit adalah odds ratio. Sehingga odds ratio dapat dikatakan sebagai suatu interpretasi dari peluang.
Koefisien yang bertanda positif menunjukkan nilai odds ratio yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang kejadian sukses lebih
be sar dari peluang kejadian tidak sukses, yaitu peluang responden ’bersedia
membayar’ dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede lebih besar dari peluang responden ’tidak bersedia membayar’. Sedangkan koefisien
yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih besar dari peluang kejadian sukses.
4.7.2. Likelihood Ratio
Likelihood Ratio merupakan suatu rasio kemungkinan maksimum yang digunakan untuk menguji peranan variabel penjelas secara serentak Hosmer dan
Lemeshow, 1989 dalam Yavanica, 2009. Statistik Uji G merupakan uji statistik yang dapat menunjukkan nilai dari Likelihood Ratio. Rumus umum untuk uji G
adalah :
40
li lo
G ln
2
dimana : l
= nilai likehood tanpa variabel penjelas l
i
= nilai likehood model penuh Pengujian terhadap hipotesis pada uji G adalah sebagai berikut :
H : β
1
= β
2
=…= 0 H
1
: minimal ada satu β
i
tidak sama dengan nol, dimana i =1,2,…, n Statistik G akan mengikuti sebaran λ
2
dengan derajat bebas α. Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G λ
2
p α, maka hipotesis nol H ditolak.
Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi
Hosmer dan Lemeshow, 1989 dalam Yavanica, 2009. Berdasarkan hasil estimasi model logit dengan menggunkan software SPSS for Windows, nilai Chi-Square
yang merupakan rasio kemungkinan maksimum atau Likelihood Ratio dapat dilihat pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients.
4.7.3. Uji Wald
Uji Wald digunakan untuk uji nyata parsial bagi masing-masing koefisien variabel. Dalam pengujian hipotesis, apabila koefisien dari variabel penjelas sama
dengan nol, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel penjelas tidak berpengaruh pada variabel respon. Menurut Hosmer dan Lemeshow 1989 dalam Yavanica
2009, statistik uji wald dapat didefinisikan sebagai berikut : β
j
W
j
= SE
β
j
41 dimana :
W
j
= Uji Wald β
j
= Penduga β
j
SE β
j
= Penduga galat baku dari β
j
Uji Wald melakukan pengujian terhadap hipotesis : H
: β
j
= 0 H
1
: β
j
≠ 0, dimana j = 1, 2, …, n Uji Wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H
jika w Z
α2.
4.7.4. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi merupakan suatu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengukur ketepatan kecocokan suatu garis regresi serta dapat
pula digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas x terhadap variasi variabel Y dari suatu persamaan regresi Firdaus, 2004. Dalam Hanley
dan Spash 1993, Mitchell dan Carson 1989 merekomendasikan 15 atau 0,15 sebagai batas minimum dari R
2
yang realibel. Apabila nilai R
2
yang diperoleh lebih kecil dari 0,15 maka penggunaan CVM ini tidak realibel, sedangkan nilai R
2
yang tinggi atau lebih besar dari 0,15 menunjukkan tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan CVM.
4.7.5. Uji Statistik t
Uji statistik t merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabel bebas X
i
berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya Y
i
. Adapun prosedur pengujian yang dikemukakan oleh Ramanathan 1997 adalah sebagai berikut :
42 H
: β
1
= 0 atau variabel bebas X
i
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya Y
i
H : β
1
≠ 0 atau variabel bebas X
i
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya Y
i
Jika t
hit n-k
t
α2
, maka H diterima, artinya variabel berarti variabel X
i
tidak berpengaruh nyata terhadap Y
i
. Namun, jika t
hit n-k
t
α2
, maka H ditolak,
artinya variabel X
i
berpengaruh nyata terhadap Y
i
. 4.7.6.
Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas X
i
secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya Y
i
. Menurut Ramanathan 1997 prosedur pengujiannya antara lain :
H = β
1
= β
2
= β
3
= .... = β = 0
H
1
= β
1
= β
2
= β
3
= .... = β ≠ 0
dimana : JKK
= Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom JKG
= Jumlah kuadrat galat n
= Jumlah sampel k
= Jumlah peubah JKK k-1
F
hit
= JKG k n-1
β
i
- 0 t
hit n-k
= s
β
i
43 Jika F
hit
F
tabel
, maka H diterima yang berarti variabel X
i
secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap Y
i
. Tetapi, jika F
hit
F
tabel
, maka H ditolak yang
berarti variabel X
i
secara serentak berpengaruh nyata terhadap Y
i
. 4.7.7.
Uji Kenormalan
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga
statistik t dapat dikatakan sah. Data atau observasi dalam penelitiaan ini jumlahnya lebih dari 30, oleh karena itu data telah mendekati sebaran normal
sehingga diketahui bahwa statistik t dapat dikatakan sah. Namun, untuk meyakini data mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah uji. Salah satu uji yang
dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov Smirnor. Hasil uji Kolmogorov Smirnor dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yaitu pada tabel One Sample
Kolmogorov Smirnov Test.
4.7.8. Uji Multikolinear
Multikolinear merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam Ordinary Least Square OLS, yaitu terjadinya hubungan korelasi yang kuat antar
peubah-peubah bebas. Menurut Koutsoyianniss dalam Majid 2008, deteksi adanya multikolinear dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya nilai
koefisian determinasi R
2
dengan koefisien determinasi parsialnya antar dua peubah bebas r
2
. Multikolinear dapat dianggap tidak bermasalah apabila koefisien
determinasi parsial antar dua peubah bebas tidak melebihi nilai koefisien determinansi atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara
simultan. Namun, akan menjadi masalah apabila koefisien determinasi parsial
44 antar dua peubah bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinansi
atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara simultan. Secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut :
r
2
x
j
, x
j
R
2
x
1
, x
2
, ...., x
k
Masalah multikolinear dapat diketahui dengan melihat langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF 10
maka terdapat masalah multikolinear.
4.7.9. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran
atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti
yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt dalam Ramanathan 1997. Langkah- langkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji white heteroskedastisitas sebagai
berikut : H
: tidak ada heteroskedastisitas H
1
: ada masalah heteroskedastisitas Tolak H
jika obs R
2
λ
2 df-2
atau probability obs R
2
α Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot
grafik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam
model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama.
V. KEADAAN UMUM
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Danau Situgede merupakan sebuah danau yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Danau yang menjadi daya tarik
utama wisata alam ini merupakan danau yang terbentuk secara alami. Lokasi Danau Situgede yang berada sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Bogor dapat
dijangkau dengan mudah. Akses jalan yang baik dan adanya angkutan umum yang melewati Danau Situgede pun mempermudah masyarakat untuk datang berekreasi
dan berwisata. Danau dengan bentuk senjata tradisional masyarakat Jawa Barat ini
kujang memiliki luas danau kurang lebih 5,3 hektar. Kawasan wisata Danau Situgede secara keseluruhan memiliki luas sekitar 6 hektar dengan pemandangan
hutan karet yang asri milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Puslithut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Departemen Kehutanan Kota Bogor menambah kesejukan obyek wisata. Kawasan wisata Danau Situgede meliputi Danau Situgede itu sendiri serta
kawasan hutan karet yang merupakan hutan penelitian Puslithut, Departemen Kehutanan Kota Bogor. Hutan penelitian Puslithut tersebut merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari keindahan alam Danau Situgede. Aliran air Danau Situgede bermuara di Situ Burung, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor. Berikut merupakan gambar Obyek Wisata Danau Situgede yang ditampilkan pada Gambar 2.
46
Sumber : Data Primer 2009
Gambar 2. Obyek Wisata Danau Situgede
Obyek wisata Danau Situgede memiliki dua spot utama untuk melakukan aktivitas rekreasi, yaitu spot kantor Kelurahan Situgede dan spot hutan penelitian
Puslithut. Bagi pengunjung yang datang untuk melakukan wisata air yaitu mengelilingi Danau Situgede dengan menggunakan
“bebek-bebekan” ataupun perahu dayung dapat memilih spot kantor Kelurahan Situgede agar lebih mudah
dan cepat mengakses fasilitas penunjangnya. Sedangkan bagi pengunjung yang mengharapkan ketenangan, keasrian dan kesegaran maka dapat memilih spot
hutan penelitian Puslithut. Pada spot ini pengunjung dapat berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama atau sekedar melepas penat karena merupakan
areal berkumpul yang nyaman. Selain itu, pada spot hutan penelitian Puslithut pengunjung dapat
mengakses penangkaran kijang milik Departemen Kehutanan. Warung tenda juga tersedia pada spot tersebut, terdapat delapan buah warung tenda yang telah
47 mendapatkan ijin pendirian dari Puslithut, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Departemen Kehutanan Kota Bogor dengan nomor surat S.1774 VIII P3HKA
– 3 2007. Pembatasan jumlah warung tenda merupakan salah satu bentuk penataan dan pengelolaan terhadap estetika serta ekosistem alam dan lingkungan
yang terdapat pada hutan penelitian Puslithut. Pengelolaan wisata Danau Situgede dilakukan oleh Tim Pengelola wisata
Danau Situgede yang diberikan wewenang secara penuh oleh pihak Kelurahan Situgede dengan perangkat tim sebagai berikut : 1 Ketua, 2 Sekretaris, 3
Bendahara, 4 Seksi Humas, 5 Seksi Wisata dan Ekonomi, 6 Seksi Penataan Lingkungan dan Kebersihan, dan 7 Seksi Keamanan dan Ketertiban. Tim
Pengelola wisata Danau Situgede tidak secara langsung menangani pengelolaan wisata Danau Situgede, khususnya pengelolaan
“bebek-bebekan” dan perahu dayung. Namun, pengelolaan tersebut diserahkan kepada setiap rukun warga yang
ada di Kelurahan Situgede secara bergantian setiap minggunya. Fasilitas yang tersedia pada obyek wisata Danau situgede, baik fasilitas
rekreasi maupun fasilitas umum relatif masih kurang memadai. Fasilitas yang tersedia saat ini pun kondisinya sangat minim dan sudah saatnya dilakukan
perbaikan. Jumlah fasilitas “bebek-bebekan” sebanyak lima buah dan satu buah
perahu dayung tidak dapat menampung jumlah pengunjung yang ingin menggunakan pada saat tingkat kunjungan sangat tinggi, misalnya setiap akhir
minggu sehingga banyak pengunjung harus mengantri lama. Fasilitas umum, seperti toilet dan mushola pun masih sangat minim penyediaannya, padahal
fasilitas tersebut merupakan fasilitas umum minimal yang harus dimiliki setiap obyek wisata.
48 Kondisi tersebut jelas bukan keinginan pihak pengelola. Keterbatasan dana
menjadi kendala dalam pengembangan obyek wisata ini. Dana pemasukan yang ada dari penyewaan
“bebek-bebekan” dan biaya parkir yang diterima pihak pengelola yang sebelumnya telah dibagi kepada pihak rukun warga dan kelurahan
bukan dana yang cukup untuk melakukan perbaikan, terlebih untuk melakukan sebuah pengembangan wisata.
5.2. Kondisi Lingkungan