4 INDUKSI PEMBENTUKAN KALUS DAN
REGENERASI TUNAS
Abstract
The aims of this research were to evaluate culture ability of three tomato genotypes through their androgenesis response in callus induction and regeneration
media. Completely randomized design with factorial arrangement and 5 replications were used. Treatments consisted of three genotypes of tomato Tora,
Ratna and hybrid variety Permata, six callus induction media in the first experiment and three genotypes and two regeneration media in the second
experiment. The result showed that hybrid variety Permata had the highest anther culture ability then other genotypes. Permata had the highest percentage of callus
induction 27.3 followed by Tora 14.0 and Ratna 12.0. The highest percentage of callus induction was shown in DBMI + 5 mg L
-1
Kinetin + 2 mg L
-1
NAA medium 39.7 followed by DBMII + 1 mg L
-1
Kinetin + 2 mg L
-1
NAA medium 33.0. Both genotype and media gave low percentage of shoot
induction. The high percentage of shoot induction in hybrid variety Permata was 4.2 while in Tora was 2.1 and Ratna was 0.0. The high percentage of shoot
induction in MS + 25 mg L
-1
Zeatin was 2.8 while in MS + 1 mg L
-1
Zeatin + 0.125 mg L
-1
IAA was 1.4. Keywords: Callus, culture media, plant growth regulator, tomato anther culture
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan kultur antera tiga genotipe tomat melalui respon androgenesis pada percobaan induksi pembentukan
kalus dan regenerasi tunas. Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri dari tiga genotipe Tora,
Ratn a dan Permata, enam media induksi kalus pada percobaan pertama dan dua media regenerasi pada percobaan ke dua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tomat varietas hibrida Permata memiliki kemampuan kultur antera yang lebih baik dibandingkan genotipe lainnya. Permata memiliki persentase jumlah kalus paling
tinggi 27.3, kemudian diikuti oleh genotipe Tora 14.0 dan Ratna 12.0. Persentase induksi kalus paling tinggi ditunjukkan oleh media DBMI + 5 mg L
-1
Kinetin + 2 mg L
-1
NAA 39.7 dan DBMII + 1 mg L
-1
Kinetin + 2 mg L
-1
NAA 33.0. Baik genotipe maupun media yang digunakan menghasilkan jumlah tunas
yang rendah. Persentase induksi tunas varietas hibrida Permata 4.2 lebih tinggi dari Tora 2.1 dan Ratna 0.0. Persentase induksi tunas media MS + 1 mg L
-1
Zeatin + 0.125 mg L
-1
IAA sebesar 2.8 sedangkan MS + 0.25 mg L
-1
Zeatin sebesar 1.4.
Kata kunci: Kalus, kultur antera tomat, media kultur, ZPT
4.1 Pendahuluan
Penggunaan kultur antera dalam program pemuliaan tomat saat ini belum mendapat perhatian karena terbatasnya informasi mengenai daya kultur antera
tomat di Indonesia. Berbagai hasil penelitian kultur antera tomat yang dilaporkan dari tahun 1972 Sharp et al. 1972 hingga 2010 Motallebi-Azar masih terkait
respon genotipe terhadap kondisi kultur dan kajian mengenai faktor-faktor pembatas keberhasilannya. Belum ada metode yang baku hingga saat ini
disebabkan karena besarnya pengaruh genotipe yang digunakan. Keberhasilan kultur antera tomat juga dipengaruhi oleh komposisi media kultur, fase
perkembangan mikrospora Seguì-Simarro dan Nuez 2005, kondisi fisiologi tanaman donor, pra perlakuan sebelum kultur Motallebi-Azar dan Panahandeh
2010, dan kondisi lingkungan kultur.
Media kultur merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan kultur antera tomat. Komponen penyusun media kultur adalah garam-garam
anorganik, zat pengatur tumbuh, vitamin, asam amino, sumber karbon, osmotika, dan air Gamborg dan Phillips 1995. Komposisi media dan pH selain menentukan
keberhasilan tanaman juga menentukan arah perkembangan eksplan pada awal perkembangannya. Kebutuhan nutrisi antara jaringan yang berasal dari bagian yang
berbeda akan berbeda kebutuhan nutrisinya. Oleh karena itu, tidak ada satu pun media dasar yang berlaku universal untuk semua jenis jaringan dan organ. Media
yang paling luas penggunaannya adalah media MS Murashige dan Skoog 1962 Zulkarnain 2009. Selain media MS, media lain yang juga digunakan dalam kultur
antera adalah media B5 pada kultur antera padi Dewi et al. 2004, media Dumas De Vaulx et al. 1981 pada kultur cabai Irikova et al. 2011 dan modifikasi media
MMS yang merupakan media modifikasi MS pada kultur antera anturium Rachmawati 2005.
Media kultur antera tomat meliputi media induksi kalus dan regenerasi tanaman. Media induksi kalus maupun regenerasi pada kultur antera tomat belum
baku sehingga belum ada media yang dapat digunakan secara universal. Media yang telah berhasil menginduksi kalus dan regenerasi tunas bervariasi sesuai
dengan genotipe yang digunakan. Media dasar yang digunakan adalah MS Murashige dan Skoog 1962 dan MS1 Gamborg dan Eveleigh 1968; Gresshoff
dan Doy 1972 dan MS2 Gresshoff dan Doy 1972; Blaydes 1996;. Media MS1 dan MS2 digunakan oleh Gresshoff dan Doy 1972 dalam penelitian kultur antera
tomat dan menemukan bahwa media MS1 dengan tambahan ZPT kinetin dan NAA yang kemudian diberi nama DBM1 menginduksi kalus secara optimal. Media ini
juga berhasil menginduksi kalus pada penelitian Summers et al. 1992 dan Motallebi-Azar 2010a. Selain media DBM1, terdapat juga media DBM2 dan
DBM3 yang merupakan media buatan Gresshoff dan Doy dengan tambahan zat pengatur tumbuh Kinetin dan NAA. Media DBM memiliki beberapa perbedaan
konsentrasi dan komposisi dengan media MS Murashige dan Skoog 1962. Media MS Murashige dan Skoog 1962 juga digunakan oleh Motallebi-Azar 2010a dan
berhasil menginduksi kalus dan meregenerasikan tanaman. Kombinasi ZPT yang digunakan pada media MS untuk kultur antera tomat antara lain Zeatin dan IAA,
2.4 D dan Kinetin, serta 2ip dan IAA.
Penggunaan genotipe yang responsif akan meningkatkan efisiensi produksi kalus dan tanaman masing-masing 85 dan 46 Motallebi-Azar 2010a,