Pengukuran Kinerja dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard

15 Dapat dilihat bahwa gambar di atas menunjukkan keempat perspektif menyatakan hubungan sebab akibat. Dimana sasaran strategis keuangan dapat dicapai jika sasaran strategis pelanggan telah tercapai, dan sasaran strategis pelanggan dapat tercapai apabila sasaran dalam proses bisnis internal serta sasaran pertumbuhan dan pembelajaran tercapai. Empat perspektif dalam metode Balanced Scorecard dan penerapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Perspektif Finansial Ukuran finansial sangatlah penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Tolak ukur finansial sangatlah penting, akan tetapi tidak cukup mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai value bagi perusahaan. Menurut Kaplan Kaplan: 1996 pada saat perusahaan melakukan pengukuran secara finansial, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mendeteksi keberadaan industri yang dimilikinya. Kaplan menggolongkan tiga tahap perkembangan industri yaitu: growth, sustain, dan harvest. Dari tahap-tahap perkembangan industri tersebut akan diperlukan strategi- strategi yang berbeda-beda. Dalam perspektif finansial, terdapat tiga aspek dari strategi yang dilakukan suatu perusahaan yaitu 1 pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan yang dimiliki suatu organisasi 16 bisnis, 2 penurunan biaya dan peningkatan produktivitas, 3 penggunaan aset yang optimal dan strategis investasi. Kaplan dan Norton 2000: 42 mengidentifikasikan tahapan dalam siklus hidup bisnis yaitu sebagai berikut: a. Bertumbuh Growth Pada tahap ini perusahaan berada pada awal siklus hidup, dimana perusahaan menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Secara keseluruhan tujuan finansial pada tahap ini adalah mengukur presentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di pasar sasaran. Untuk menciptakan potensi ini, seorang manajer dituntut untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem yang mendukung hubungan global, juga mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. b. Bertahan Sustain Pada tahap ini perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian yang baik. Tujuan finansial pada tahap ini terkait dengan profitabilitas yang dinyatakan oleh ukuran yang terkait dengan laba akuntansi seperti laba operasi dan margin kotor. Pada tahap ini tujuan finansial yang ingin dicapai adalah memperoleh keuntungan. 17 c. Panen Harvest Tahap ini merupakan tahap kematangan mature, suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen harvest terhadap investasi pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan memperbaiki fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja. Perspektif finansial dalam penelitian ini adalah mengenai penilaian kinerja finansial yang dihasilkan oleh manajemen PT Bank Rakyat Indonesia untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena dalam manajemen Balanced Scorecard penilaian kinerja finansial menjadi penting sebab keberlangsungan bisnis suatu perusahaan sangat tergantung pada posisi dan kekuatan finansial. 2. Perspektif Pelanggan Perspektif pelanggan memiliki fokus kepada bagaimana organisasi melakukan identifikasi pelanggan dan mengetahui segmen pasar yang melingkupinya. Tolak ukur kepuasan pelanggan menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi harapan pelanggan atau tidak. Dalam perspektif pelanggan, Kaplan dan Norton membagi dua kelompok pengukuran pelanggan yaitu: 18 a. Kelompok pengukuran pelanggan utama customer core measurement group. Kelompok ukuran pelanggan utama ini terdiri dari ukuran: pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan, dan tingkat profitabilitas pelanggan. Gambar 2.2 Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama Sumber: Kaplan dan Norton, 2000 b. Diluar kelompok utama, nilai dari sebuah produk harus ditentukan dan ditonjolkan yang dominan. Atribut-atribut yang membentuk proporsi nilai adalah atribut produk atau jasa, hubungan pelanggan, dan citra dan reputasi. 19 Gambar 2.3 Model Generik Dari Proporsi Nilai Pelanggan Sumber: Kaplan dan Norton, 2000 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Pada pendekatan Balanced Scorecard, tuntutan kinerja proses internal dipengaruhi oleh harapan pihak eksternal tertentu. Organisasi perlu mengidentifikasi berbagai proses penting yang harus dikuasai dengan baik agar dapat memenuhi harapan stakeholder. Dalam proses bisnis internal, organisasi harus mengidentifikasi proses internal mana yang mengharuskan perusahaan menjalankannya dengan baik karena proses internal tersebut mempunyai value yang diinginkan pelanggan, sehingga dapat menarik dan mempertahankan pelanggan dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para penanam modal atau pemegang saham. Ada tiga prinsip dasar dari rantai nilai proses bisis internal dalam Balanced Scorecard, yaitu: 20 a. Inovasi Inovasi dalam tahapan proses bisnis internal dilakukan perusahaan dengan mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan pelanggan serta merumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. b. Proses Operasi Merupakan tahapan dimana perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tolak ukur yang digunakan antara lain tingkat kerusakan produk pra penjualan, banyaknya bahan baku terbuang percuma, frekuensi pengerjaan ulang produk sebagai akibat terjadinya kerusakan, banyaknya permintaan para pelanggan yang tidak dapat dipenuhi, penyimpangan biaya produksi aktual terhadap biaya anggaran produksi serta tingkat efisiensi per kegiatan produksi. c. Layanan Purna Jual Aktivitas layanan purna jual berupaya memberikan manfaat tambahan kepada pelanggan yang telah membeli dan menggunakan berbagai produk layanan. Tolak ukur yang digunakan yaitu jangka waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pemeliharaan produk, perbaikan kerusakan atau penggantian suku cadang dari pelanggan, banyaknya pelanggan yang dapat dilayani hanya dengan satu kali permintaan, dan perbaikan pembayaran. 21 Gambar 2.4 Perspektif Bisnis Internal – Model Rantai Nilai Generik 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif terakhir dalam Balanced Scorecard dimaksudkan bertujuan untuk mendorong organisasi agar tumbuh menjadi organisasi belajar sehingga dapat mendorong pertumbuhannya. Tujuan perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif lainnya. Menurut Kaplan dan Norton 2000: 110, terdapat tiga perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu: a. Kemampuan pekerja, dapat diukur dengan: 1. Tingkat kepuasan pegawai. 2. Tingkat perputaran pegawai. 3. Besarnya pendapatan perusahaan per pegawai. b. Kemampuan sistem informasi, dapat diukur dengan: 1. Tingkat ketersediaan informasi. 2. Tingkat ketepatan keakuratan informasi. 22 3. Kecepatan jangka waktu memperoleh informasi. c. Motivasi, pemberdayaan, dan keserasian individu perusahaan, dapat diukur dengan: 1. Pemahaman pegawai tentang visi dan misi perusahaan. 2. Adanya kebebasan pegawai menyampaikan saran. 3. Banyaknya saran per pegawai. 4. Jumlah saran yang diimplementasikan.

F. Keunggulan Balanced Scorecard

Balanced Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan perbedaan yang signifikan dengan metode tradisional. Adapun keunggulan Balanced Scorecard menurut Mulyadi 2001 : 18 – 24 adalah komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur. Uraian lengkapnya sebagai berikut: 1. Komprehensif Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, kemudian meluas ke tiga perspektif lainnya yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 2. Koheren Dalam Balanced Scorecard dikenal istilah hubungan sebab akibat causal relationship. Setiap perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan mempunyai suatu sasaran 23 strategik yang mungkin jumlahnya lebih dari satu. Definisi dari sasaran strategik adalah keadaan atau kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan. 3. Seimbang Balanced Scorecard memberikan keseimbangan antara tolok ukur eskternal dengan tolak ukur internal yang berakibat jangka pendek maupun jangka panjang. Keseimbangan dalam Balanced Scorecard juga tercermin dengan selarasnya scorecard karyawan dengan scorecard perusahaan sehingga setiap karyawan yang ada di dalam perusahaan bertanggung jawab untuk memajukan perusahaan. 4. Terukur Setiap perspektif dapat diukur. Sasaran strategik yang sulit diukur seperti pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan menggunakan Balanced Scorecard dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan. Dengan demikian, pengukuran sasaran-sasaran strategi dari ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan berbagai strategi non finansial, sehingga kinerja keuangan perusahaan berlipat ganda dan berjangka panjang.

G. Konsep Kinerja

1. Pengertian Kinerja Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang kinerja diantaranya adalah: 24 a. Menurut Soeprihanto 2003: 42, kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang atau kelompok selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. b. Menurut Suyadi 2003: 27, kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yng dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. c. Menurut Ruky 2002:31, kinerja adalah sebuah penilaian sistematis atas individu karyawan mengenai prestasi kerjanya dan potensi untuk pengembangan. 2. Tujuan Sistem Manajemen Kinerja Menurut Ruky 2002:32, ada sejumlah tujuan yang biasanya dicapai oleh organisasi dengan menerapkan sebuah sistem manajemen kinerja, yaitu: a. Meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu maupun kelompok, sampai setinggi-tingginya dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan perusahaan. b. Peningkatan prestasi yang terjadi pada prestasi karyawan secara perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja sumber daya