Pengaruh penerapan balanced scorecard terhadap kinerja manajemen PT. Bank Danamon Indonesia TBK Cabang Pondok Indah Jakarta selatan

(1)

PENGARUH PENERAPAN BALANCED SCORECARD TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK CABANG PONDOK

INDAH JAKARTA SELATAN Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: KASNAWATI NIM: 106081002439

JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH PENERAPAN BALANCED SCORECARD TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK CABANG PONDOK

INDAH JAKARTA SELATAN

Skrispi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : KASNAWATI NIM: 106081002439 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Herni Ali HT, SE., MM NIP. 196902032001121003 NIP. -

JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini, Selasa Tanggal Dua Puluh Tiga November Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Uji Komprehensif atas nama Kasnawati, NIM: 106081002439, dengan judul skripsi “PENGARUH PENERAPAN BALANCED SCORECARD TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK CABANG PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 November 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Herni Ali HT, SE., MM Cut Erika Ananda F, SE., MBA

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli


(4)

Hari ini, Senin Tanggal Dua Puluh Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Uji Skripsi atas nama Kasnawati, NIM: 106081002439, dengan judul skripsi “PENGARUH PENERAPAN BALANCED SCORECARD TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK CABANG PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Maret 2011

Tim Penguji Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Herni Ali HT, SE., MM

Pembimbing I Pembimbing II

Indoyama Nasaruddin, SE., MAB Suhendra, S. Ag., MM Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : Kasnawati

2. Tempat Tanggal Lahir : Malulu, 28 Oktober 1986

3. Alamat : Cipulir, V No. 5 Kebayoran Lama Jakarta

Selatan

4. Nomor Telepon : 081385418962

5. Status : Belum menikah

6. Agama : Islam

7. Kewarganegaraan : Indonesia

8. Alaamat Email : [email protected]

B. Data Pendidikan Formal

1.1992 - 1998 : SD Negeri 1 Tinabogan

2.1999 - 2002 : SLTP Negeri 1 Dondo

3.2002 - 2005 : SMK Negeri 1 Tolitoli

4.2006 - 2011 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen

Perbankan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

ABSTRACK

This study aims to analyze the effect of the application of balanced scorecard on performance management. Data obtained in the form of primary data from the PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Branch Pondok Indah, South Jakarta. As for which a sample of this study were 60 respondents. The statistical method used is multiple linear regression. Sampling method used was convenience sampling. Test the quality of data used in this study using a test of validity, reliability testing, and distribution frequency questionnaire statement. As for testing the hypothesis in this study using the F test, t test, and test the coefficient of determination. The results of this study showed that the variables financial perspective, customer perspective, internal business process perspective and a positive influence, while the most dominant influences that can affect the performance of management is learning and growth perspective. The test results determination coefficient of 24.6% while the remaining 75.4% influenced by other variables that are not known.

Keywords: Performance Management, Financial Perspective, Customer

Perspective, Internal Business Process Perspective, and Learning and Growth Perspective.


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penerapan balanced scorecard terhadap kinerja manajemen. Data yang diperoleh berupa data primer dari PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Pondok Indah Jakart Selatan. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini sebanyak 60 responden. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Uji kualitas data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, dan distribusi frekuensi pernyataan kuesioner. Sedangkan untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji F, uji t, dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel perspektif keuangan, perspektif pelanggan, dan perspektif proses bisnis internal berpengaruh positif, adapun pengaruh yang paling dominan yang dapat mempengaruhi kinerja manajemen adalah perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil uji koefisien determinasi sebesar 24.6% sedangkan sisanya 75.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui.

Kata Kunci: Kinerja Manajemen, Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, dan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, Teriring shalawat serta salam kepada junjungan mulia Nabi Muhammad SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penerapan Balanced Scorecard Terhadap Kinerja Manajemen PT. Bank Danamon TBK Cabang Pondok Indah Jakarta Selatan”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, Saya menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan. Saya tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi saya ini, Kepada:

1. Papi Dan Mami Tercinta yang selalu menjadi Inspirasi dan mendampingi penulis lewat doa-doanya, yang telah merawat penulis dengan kelembutan dan Cinta kasihnya, serta selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Semoga Ilmu yang Cinta dapat Senantiasa memberikan masukan yang besar untuk menjaga, membahagiakan, mencukupi dan membuat bangga Papi dan Mami, Papi Cinta persembahkan Skripsi ini untukMu Semoga Papi melihat Disana, ini bentuk pengabdian Cinta dan selalu berusaha untuk membahagiakan Papi dan Mami.


(9)

2. Untuk keluarga, Dr. Anas Spm, Dr. Ernawati, Erni Kusumawati SE, Alfi Syaher ST, Robiatul Al Adawiyah SE, Habibie LC, Raya Kurnia Akbar S.kom, yang selalu memberikan Support, Keceriaan dan keusilan kalian yang membuat semangat cinta terima kasih.

3. Untuk keponakanku Fahrul, Alya, Farhan, Alif yang Selalu Bikin Semangat dan Bahagia, Cinta sayang Kalian.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabaran.

6. Bapak Herni Ali HT, SE, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar dan penuh keikhlasan. Serta Memberikan Pelajaran Hidup yang sangat berharga, Terima Kasih.

7. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya jurusan Manajemen yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.

8. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang telah bekerja dengan baik melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima Allah SWT.

9. Rihlah, Nurhazanah, istirahminigsih, Fatimah, yang sudah membantu dan memberi semangat kepada penulis.

10. Kawan-kawanku di Perbankan A dan perbankan B angkatan 2006 yang telah memberikan semangat dan Motivasi sehingga tersusunnya skripsi ini.

11. Kepada Pihak-pihak lain, Saudara dan Teman-teman lainnya yang saya tidak dapat sebutkan, dengan keikhlasannya memberikan do’a dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.


(10)

Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi yang saya susun ini menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu persembahan terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.

Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu introspeksi diri, saya mohon maaf atas kekurangan dan kesalahannya. Dan kekurangan hanya terdapat pada diri saya, karena kebenaran sejati hanya milik Allah SWT saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 23 Maret 2011


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……….. i

ABSTRACK ……… ii

ABSTRAK ………. iii

KATA PENGANTAR ………... iv

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 7

1. Tujuan Penelitian ………... 7

2. Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kinerja dan Pengukuran Kinerja ………. 9

B. Pengukuran Kinerja Organisasi dengan Balanced Scorecard .. 11

1. Perspektif Finansial ……….... 14

2. Perspektif Pelanggan ……….. 18


(12)

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ……….. 21

C. Konsep Kinerja ………... 22

1. Pengertian Kinerja ……… 22

2. Tujuan Program Manajemen Kinerja ………... 23

3. Unsur-Unsur Pengukuran Kinerja ……… 24

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja .. 25

5. Penilai Kinerja ………... 27

D. Penelitian Terdahulu ……… 30

E. Keterkaitan Antar Variabel ……….. 33

F. Kerangka Pemikiran ………. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ……… 38

B. Metode Penentuan Sampel ………... 38

C. Metode Pengumpulan Data ……….. 39

D. Metode Analisis ………... 39

1. Uji Validitas ………... 39

2. Uji Reliabilitas ………... 40

3. Uji Model Regresi ……….. 40

4. Uji Hipotesis ………... 42

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ……… 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah PT. Bank Danamon Indonesia Tbk ………. 48


(13)

2. Tata Nilai Perusahaan ……….... 50

3. Strategi Utama PT. Bank Danamon Indonesia Tbk ……... 51

4. Produk dan Layanan ……….. 51

5. Produk Simpanan dan Jasa-Jasa Bank Lainnya …………. 52

B. Karakteristik Profil Responden ……… 53

1. Deskripsi Data ……… 53

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 54

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan …. 54 4. Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ……… 55

C. Hasil dan Pembahasan ……….. 56

1. Hasil Uji Validitas ……….. 56

2. Hasil Uji Reliabilitas ……….. 57

3. Hasil Uji Multikolinearitas ………. 59

4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ……….. 60

5. Hasil Uji Normalitas ……… 61

6. Hasil Uji Hipotesis ……….. 61

a. Hasil Uji F ………. 62

b. Hasil Uji t ……….. 63

c. Hasil Uji Koefisien Determinasi ………... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 69

B. Saran ……….. 70


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 30

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian 45

4.1 Data Sampel Penelitian 53

4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 54

4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan 54

4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir 55

4.5 Hasil Uji Validitas 56

4.6 Hasil Uji Reliabilitas Perspektif Keuangan (X1) 57

4.7 Hasil Uji Reliabilitas Perspektif Pelanggan (X2) 58

4.8 Hasil Uji Reliabilitas Perspektif Proses Bisnis Internal (X3) 58

4.9 Hasil Uji Reliabilitas Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan (X4) 58

4.10 Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Manajemen (Y) 59

4.11 Hasil Uji Multikolinearitas 59

4.12 Hasil Uji F 62

4.13 Hasil Uji t 63


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Pemetaan Strategi (Strategy Map) 13

2.2 Kerangka Pemikiran 37

4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas 60


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Surat Kesediaan Responden 73

2 Identitas Responden 74

3 Jawaban Responden 80

4 Distribusi Frekuensi Pernyataan Jenis Kelamin 93

5 Distribusi Frekuensi Pernyataan Jenjang Pendidikan 94

6 Distribusi Frekuensi Pernyataan Posisi Terakhir 95

7 Distribusi Frekuensi Pernyataan Perspektif Keuangan (X1) 96

8 Validitas dan Reliabilitas Pernyataan Perspektif

Keuangan (X1) 99

9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Perspektif Pelanggan (X2) 100

10 Validitas dan Reliabilitas Pernyataan Perspektif

Pelanggan (X2) 102

11 Distribusi Frekuensi Pernyataan Perspektif Proses

Bisnis Internal (X3) 103

12 Validitas dan Reliabilitas Pernyataan Perspektif

Proses Bisnis Internal (X3) 106

13 Distribusi Frekuensi Pernyataan Perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan (X4) 107

14 Validitas dan Reliabilitas Pernyataan Perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan (X4) 110

15 Distribusi Frekuensi Pernyataan Kinerja Manajemen (Y) 111

16 Validitas dan Reliabilitas Pernyataan Kinerja

Manajemen (Y) 114


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi seperti sekarang, pertumbuhan dan perkembangan sebuah organisasi, baik itu organisasi bisnis maupun pemerintah terus bergerak cepat, pesat, dan penuh persaingan khususnya bagi organisasi bisnis. Perkembangan dunia perbankan yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan hubungan antara organisasi perbankan dengan pelanggan (Lestari, 2007: 1).

Penekanan-penekanan pada kualitas produk dan jasa, kualitas biaya atau harga, kualitas pelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, kualitas estetika dan bentuk-bentuk kualitas lain yang terus berkembang guna memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan agar tercipta pelanggan yang loyal (Srimindarti, 2008: 35). Karenanya dibutuhkan suatu sistem pengukuran kinerja yang komprehensif dalam mengukur kinerja organisasi agar dapat mengikuti perkembangan pasar. Kebanyakan metode pengukuran kinerja yang ada saat ini hanya menggunakan laporan keuangan dalam menilai kinerja sebuah organisasi, yang merupakan cara tradisional yang hanya mengandalkan pada ukuran-ukuran keuangan, saat ini dinilai tidak cukup dan faktanya dapat menimbulkan disfungsional karena beberapa alasan. Pertama, mendorong tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan kepentingan


(18)

jangka panjang perusahaan. Kedua, manajer unit bisnis mungkin tidak mengambil tindakan yang berguna untuk jangka panjang, guna memperoleh laba jangka pendek. Ketiga, hanya menggunakan laba jangka pendek sebagai satu-satunya tujuan dapat mendistorsi komunikasi antara manajer unit bisnis dengan manajer senior. Keempat, pengendalian keuangan yang ketat dapat memotivasi manajer untuk memanipulasi data (www.jurnalskripsi.com, diakses tanggal 25 November 2010 pada pukul 22.24 WIB).

Dengan demikian pengukuran kinerja yang tidak hanya berpedoman pada ukuran keuangan sangat dibutuhkan oleh organisasi untuk dapat bersaing di era pasar global. Karena pengukuran kinerja tradisional yang menggunakan ukuran keuangan tidak mampu memberikan gambaran riil mengenai keadaan sebuah organisasi karena tidak memperhatikan hal-hal lain di luar sisi keuangan, misalnya sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, dan merupakan salah satu roda penggerak bagi kegiatan perusahaan (Kaplan dan Norton, 2000: 9).

Untuk itu diperkenalkanlah pengukuran kinerja yang tidak hanya mengacu pada ukuran keuangan. Salah satu yang dikembangkan adalah pengukuran kinerja organisasi dan perusahaan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992. Metode Balanced Scorecard memiliki perspektif keuangan dan perspektif non-keuangan, pengukuran kinerja dengan metode ini tidak hanya melihat ke dalam organisasi saja tetapi melihat ke luar dari sisi pelanggan yang merupakan salah satu hal penting bagi perkembangan


(19)

organisasi. Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen stratejik. Selain tetap penekanan pada pencapaian tujuan finansial, Balanced Scorecard juga memuat faktor

pendorong kinerja tercapainya tujuan finansial tersebut

(www.jurnalskripsi.com, diakses tanggal 25 November 2010 pada pukul 22.24 WIB).

Keseimbangan dalam pengukuran kinerja dengan metode Balanced

Scorecard bermakna apabila sebuah organisasi atau perusahaan menggunakan metode pengukuran ini, maka ukuran kinerja finansial dan non finansial tidak hanya digunakan sebagai umpan balik teknis dan pengendalian berbagai

operasi jangka pendek. Tujuan dan ukuran kinerja dalam Balanced Scorecard

lebih dari sekedar sekumpulan ukuran kinerja finansial dan non finansial khusus, karena semua tujuan dan ukuran ini diturunkan dari suatu proses atas ke bawah yang digerakkan oleh misi dan strategi unit bisnis. Agar diperoleh pengukuran kinerja yang menyatakan adanya keseimbangan antara berbagai ukuran eksternal para pemegang saham dan pelanggan dengan berbagai ukuran internal proses bisnis penting serta pertumbuhan dan pembelajaran. Keseimbangan juga dinyatakan antara semua ukuran hasil apa yang dicapai oleh perusahaan pada masa lalu dengan semua ukuran faktor pendorong kinerja masa depan perusahaan.

Metode Balanced Scorecard dipilih dalam penelitian ini untuk mengukur


(20)

perspektif keuangan dalam pengukuran kinerja tradisional dengan aspek-aspek di luar keuangan yang juga sangat penting bagi perkembangan

organisasi. Dalam metode Balanced Scorecard unit bisnis diukur dari empat

perspektif, yaitu: Pertama, perspektif keuangan (contoh: margin laba, ROI (Return of Invesment), arus kas). Kedua, perspektif pelanggan (contoh: pangsa pasar, indeks kepuasan pelanggan). Ketiga, perspektif bisnis internal (contoh: retensi karyawan, pengurangan waktu siklus. Keempat, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (contoh: penjualan dari produk baru) (www.jurnalskripsi.com, diakses tanggal 25 November 2010 pada pukul 22.24 WIB).

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk merupakan bank swasta nasional yang didirikan pada tahun 1956 dengan nama PT. Bank Kopra Indonesia. Kemudian pada tahun 1976 namanya menjadi Bank Danamon Indonesia hingga kini. Bank Danamon menjadi bank devisa swasta pertama di Indonesia tahun 1976 dan Perseroan Terbuka pada tahun 1989. Bank Danamon berhasil memulihkan kepercayaan nasabah dan bangkit dari keterpurukan akibat krisis moneter tahun 1997 melalui proses rekapitalisasi dan merger perbankan BPPN. Kemudian secara berkelanjutan sampai dengan tahun 2003, Bank Danamon terus berupaya melakukan restrukturisasi luas mencakup manajemen, manusia, organisasi, sistem, nilai perilaku serta identitas perusahaan sebagai pondasi agar menjadi bank yang sehat, kuat dan efisien untuk meraih pertumbuhan yang lebih baik (www.danamon.co.id, diakses tanggal 28 Desember 2010 pada pukul 21.20 WIB).


(21)

Sebagai salah satu bank swasta nasional, Bank Danamon tunduk pada hukum, peraturan dan kebijakan lainnya yang berlaku di Indonesia dan sampai saat ini manajemen Bank Danamon terus menjalani perubahan transformasional yang dirancang untuk dijadikannya sebagai bank nasional terkemuka dan pelaku regional unggulan. Oleh karena itu terus dilakukan perbaikan berkelanjutan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perusahaan.

Mengingat lingkungan persaingan bisnis yang sangat ketat, maka ditengah kompleksitas kegiatan usaha yang dijalankan Bank Danamon pastinya membutuhkan sistem pengukuran kinerja yang dapat memberi sudut pandang terhadap bisnis secara komprehensif dan memungkinkan untuk fokus pada critical area agar bisa tetap eksis dan bahkan unggul dalam persaingan.

Saat ini sistem pengukuran kinerja Bank Danamon ada yang bersifat finansial maupun non finansial, namun terlihat adanya ketidakseimbangan dan kesan bias terhadap nilai perusahaan sesungguhnya karena Bank Danamon masih memandang pengukuran finansial dan non finansial sebagai dua hal penting yang tidak mempunyai keterkaitan (Lestari, 2007: 10).

Bank Danamon mengandalkan pengukuran kinerja bersifat finansial yang bersumber dari laporan keuangan, dan tidak terintegrasi dengan pengukuran kinerja lain yang bersifat non finansial, sehingga data tersebut hanya menunjukkan efisiensi dan tidak dapat menunjukkan kemampuan perusahaan secara keseluruhan. Padahal Bank Danamon perlu melakukan analisis efektif


(22)

secara keseluruhan terhadap valid atau tidaknya strategi yang dipilih untuk kondisi saat ini, disamping harus dapat menerjemahkan strategi utama ke dalam terminologi operasional, mengkomunikasikannya dan menjadikannya tugas keseharian bagi seluruh internal perusahaan agar tercapai misi dan visi perusahaan (Lestari, 2007: 11).

Oleh karena itu, peneliti termotivasi melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui penerapan Balanced Scorecard yang telah diterapkan oleh perusahaan dalam mengukur kinerja manajemen. Selain itu juga. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Penerapan Balanced Scorecard Terhadap

Kinerja Manajemen Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang

Pondok Indah Jakarta Selatan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses

bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berpengaruh terhadap kinerja manajemen PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Pondok Indah Jakarta Selatan?

2. Variabel independen (perspektif keuangan, perspektif pelanggan,

perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan) manakah yang paling dominan mempengaruhi kinerja


(23)

manajemen PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Pondok Indah Jakarta Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang:

a. Untuk menganalisa pengaruh perspektif keuangan, perspektif

pelanggan, pespektif proses bisnis internal, dan pespektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja manajemen PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Pondok Indah Jakarta Selatan.

b. Untuk menganalisa variabel independen (perspektif keuangan,

perspektif pelanggan, pespektif proses bisnis internal, dan pespektif pembelajaran dan pertumbuhan) manakah yang berpengaruh terhadap kinerja manajemen PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Pondok Indah Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkannya yaitu pihak-pihak intern seperti komisaris, direksi, manajemen dan karyawan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, dan pihak ekstern seperti investor, pemerintah dan masyarakat umum. Manfaat untuk pihak intern diantaranya adalah:

a. Sebagai alternatif pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dalam menilai kinerja manajemen PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.


(24)

b. Menambah wawasan bagi manajemen mengenai pentingnya faktor-faktor non finansial yang mempengaruhi kinerja manajemen PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.

c. Hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai pertimbangan-pertimbangan

dalam menentukan suatu kebijakan dan strategi PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.

d. Sebagai alat pembanding dan pengukur keberhasilan kinerja

manajemen dalam mencapai misi dan visi PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.

Adapun manfaat bagi pihak ekstern PT. Bank Danamon Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:

a. Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai kinerja manajemen

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, sehingga dapat menimbulkan kepercayaan terhadap perusahaan.

b. Sebagai alat pertimbangan bagi investor yang ingin menginvestasikan modalnya di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan dan

bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian yang menyangkut kepada evaluasi kinerja manajemen perusahaan dalam bidang jasa perbankan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kinerja Dan Pengukuran Kinerja

Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan

untuk pekerjaan itu (Rivai, 2005:17). Kinerja menurut Mangkunegara

(2000: 67) adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar

efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan

semacamnya. Sedangkan penilaian kinerja sebagai suatu proses komunikasi, berarti penilai berusaha memberikan informasi kepada organisasi tentang kinerja karyawan. Dengan demikian kinerja merupakan prestasi yang dicapai pegawai berdasarkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan yang berpedoman pada standar dan kriteria yang ditetapkan.

Menurut Gaspersz (2003: 6-7) dalam menjalankan kegiatan organisasi memiliki berbagai rumusan sasaran dan tujuan. Untuk mengetahui apakah sasaran dan tujuan suatu perusahaan atau organisasi dapat tercapai, dibutuhkan


(26)

suatu pengukuran yang didefinisikan sebagai suatu cara memantau dan menelusuri kemajuan tujuan-tujuan strategis perusahaan. Pengukuran dapat berupa indikator yang memimpin kinerja atau hasil akhir yang merupakan indikator kinerja kunci dan suatu tingkat kinerja yang diharapkan atau peningkatan yang diperlukan di masa mendatang ditetapkan dengan menggunakan target.

Menurut Mulyadi dan Setiawan (1999: 353), pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran. Standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian pengukuran kinerja merupakan suatu cara penentuan pemantauan dan penelurusan secara periodik kemajuan tujuan-tujuan dan efektivitas operasional organisasi berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Pengukuran hanya berkepentingan untuk mengukur apa yang penting dan relevan. Untuk itu, perlu jelas apa yang dikatakan penting dan relevan sebelum menentukan ukuran apa yang harus digunakan.


(27)

B. Pengukuran Kinerja Organisasi dengan Balanced Scorecard

Berkaitan dengan pengukuran kinerja, pemilihan metode pengukuran kinerja yang tepat dan berkaitan langsung dengan tujuan-tujuan strategis dalam organisasi menjadi sangat penting dan menentukan. Salah satu metode pengukuran kinerja yang mampu mengukur kinerja secara komprehensif

adalah metode Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan suatu

metode penilaian kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan proses pembelajaran dan pertumbuhan.

Hansen dan Mowen (2003: 404) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai:

“….a strategic management system that tempranslate an organization’s mission and strategy into operational objectives and performance measures for four different perspectives, the customer perspective, the internal business process perspectives, and learning and growth perspectives”.

Sementara Tunggal (2000:2), mendefinisikan Balanced Scorecard

sebagai sekelompok tolak ukur kinerja yang terintegrasi yang berasal dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan di seluruh organisasi.

Menurut Wibowo (2007: 339), Balanced Scorecard merupakan serangkaian

ukuran yang memberi manajer puncak pandangan bisnis yang cepat tetapi komprehensif.

Pada dasarnya Balanced Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran

kinerja manajemen atau sistem manajemen strategis, yang diturunkan dari visi dan strategi dan merefleksikan aspek-aspek terpenting dalam suatu bisnis (Gaspersz, 2003: 9). Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi perlu


(28)

dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi merupakan deskripsi ringkas tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi. Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi kepada seluruh: stakeholder, pegawai, kelompok aliansi, dan konsumen. Karenanya pernyataan visi harus menggambarkan masa depan yang diinginkan oleh organisasi yang menerangkan kondisi dan kualitas organisasi tersebut.

Menurut Gaspersz (2003: 8), mendefinisikan strategi sebagai suatu pernyataan tentang apa yang harus dilakukan oleh organisasi untuk bertindak dari satu titik referensi ke titik referensi yang lain. Sedangkan menurut Tunggal (2000: 20), strategi merupakan sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan. Tujuan ini menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya.

Menurut Kaplan dan Norton (2000: 20), mendefinisikan strategi sebagai: “…choosing the market and customer segment the business unit intends to serve, identifying the critical internal and business processes that the unit must excel at to deliver the value propositions to customers in the targeted market segments, and selecting the individual and organizational capabilities required for the internal, customer, and financial objectives”.

Untuk membangun sebuah Balanced Scorecard, diperlukan tahapan

dalam penerjemahan strategi. Menurut Hansen dan mowen (2003: 405), “strategy translation means specifying objectives, targets, and initiatives for each perspective”.


(29)

Gambar 2.1

Pemetaan Strategi (Strategy Map)

Sumber: Kaplan dan Norton, 2000. Balanced Scorecard: Menetapkan Strategi Menjadi Aksi, Jakarta: Erlangga, hal. 239.

Gambar di atas terlihat bahwa keempat perspektif ini dapat dilihat sebagai hubungan sebab akibat. Dimana sasaran strategis keuangan dapat dicapai jika sasaran strategis pelanggan telah tercapai. Dan sasaran strategis pelanggan dapat tercapai apabila sasaran dalam proses bisnis internal serta sasaran pertumbuhan dan pembelajaran tercapai.

Untuk itu langkah yang harus dilakukan dalam membangun sebuah Balanced Scorecard adalah (1) mengumpulkan dokumen internal mengenai visi, misi, dan strategi perusahaan dan unit bisnis yang kemudian dijadikan


(30)

dasar sebagai penentuan tujuan-tujuan strategis, (2) mengidentifikasikan ukuran-ukuran yang relevan untuk mengukur pencapaian organisasi terhadap tujuan-tujuan strategis yang telah teridentifikasi sebelumnya, dimana ukuran-ukuran ini dapat berupa indikator kinerja kunci bagi sebuah organisasi untuk kemudian dibandingkan antara hasil yang dicapai dengan target, standar, atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, (3) menentukan target untuk setiap ukuran yang teridentifikasi kemudian menspesifikasikan inisiatif yang memungkinkan target-target tersebut dapat tercapai.

Dalam membangun sebuah Balanced Scorecard, terlebih dulu harus

mempelajari tujuan unit bisnis, tema korporasi, dan keterkaitan unit bisnis yang satu dengan yang lain dalam suatu korporasi. Kaplan dan Norton (2000: 241), mengatakan bahwa hal ini diperlukan agar tidak terdapat pengembangan tujuan dan ukuran yang hanya meningkatkan kinerja satu unit organisasi, tetapi mengorbankan unit bisnis lain atau perusahaan secara keseluruhan.

Selanjutnya akan dijelaskan empat perspektif dalam metode Balanced Scorecard dan penerapan yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Perspektif Finansial

Tolak ukur finansial adalah penting, akan tetapi tidak cukup mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value) bagi organisasi. Balanced Scorecard dalam implementasi sistemnya berusaha mencari suatu keseimbangan dari tolak ukur kinerja, baik finansial maupun non finansial untuk mengarahkan kinerja organisasional terhadap keberhasilan


(31)

(Tunggal, 2002: 18). Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton (2000: 42-43) dibedakan menjadi tiga tahap:

a. Perkembangan (Growth)

Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang berpotensi untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini, seorang manajer harus terikat komitmen untuk:

1. Mengembangkan suatu produk atau jasa baru.

2. Membangun dan mengembangkan fasilitas produksi.

3. Menambah kemampuan operasi.

4. Mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta

5. Mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

Perusahaan dalam beroperasi dengan cash flow negatif dan tingkat pengembalian atas modal yang rendah. Investasi yang ditanam untuk kepentingan masa depan sangat memungkinkan memakai biaya yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu dihasilkan dari basis operasi yang ada, dengan produk dan jasa dan konsumen

yang masih terbatas. Sasaran keuangan untuk growth stage menekankan

pada persentase tingkat pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan penjualan di berbagai pasar sasaran, kelompok pelanggan, serta wilayah.


(32)

b. Bertahan (Sustain Stage)

Sebagian besar unit bisnis dalam sebuah perusahaan mungkin berada pada tahap bertahan, situasi dimana unit bisnis masih memiliiki daya tarik bagi penanaman investasi dan investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Unit bisnis ini diharapkan mampu mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan secara bertahap tumbuh tahun demi tahun. Proyek investasi akan lebih diarahkan untuk mengatasi berbagai kemacetan, perluasan kapasitas, dan peningkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan, dibandingkan investasi yang memberikan pengembalian modal dan pertumbuhan jangka panjang seperti yang dilakukan pada tahap pertumbuhan. Kebanyakan unit bisnis ditahap ini akan menetapkan tujuan finansial yang terkait dengan profitabilitas. Tujuan seperti ini dapat dinyatakan dengan memakai ukuran yang terkait dengan laba akuntansi seperti laba operasi dan marjin kotor. c. Panen (Harvest)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap

dimana perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke


(33)

yang mampu dikembalikan dari investasi dimasa lalu dan penghematan sebagai kebutuhan modal kerja.

Perspektif finansial dalam penelitian ini adalah mengenai penilaian kinerja finansial yang dihasilkan oleh manajemen untuk mengetahui

tingkat kesehatan bank, karena dalam manajemen Balanced Scorecard

penilaian kinerja finansial menjadi penting karena keberlangsungan bisnis suatu perusahaan sangat tergantung pada posisi dan kekuatan finansial. Berkaitan dengan hal ini rasio finansial yang digunakan dalam penelitian adalah berdasarkan pedoman perhitungan rasio keuangan untuk bank dalam penilaian tingkat kesehatan bank, yang meliputi rasio permodalan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio) atau rasio kewajiban penyediaan modal minimum dan rasio aktiva produktif yaitu NPL (Non Performing Loan) atau rasio kredit bermasalah terhadap total kredit, yang dalam ketentuan umum penilaian tingkat kesehatan bank memiliki bobot penilaian masing-masing sebesar 30% dan 25 %, lebih besar dibandingkan dengan rasio rentabilitas, rasio likuiditas, dan rasio kepatuhan yang seluruh bobot penilaiannya berjumlah 45% (www.bi.go.id, diakses tanggal 28 Desember 2010 pukul 14.41 WIB).

Rasio permodalan CAR bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Perhitungan modal dan aktiva tertimbang menurut risiko dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang berlaku dan untuk saat ini berdasarkan ketentuan Bank Indonesia suatu


(34)

bank dapat dikatakan sehat apabila memiliki persentase CAR minimal sebesar 8% dan dibawah nilai tersebut bank tersebut dikatakan tidak sehat (www.bi.go.id, diakses tanggal 28 Desember 2010 pukul 14.41 WIB).

Selanjutnya tujuan dari penggunaan rasio kualitas aset dalam penilaian kesehatan bank adalah karena dengan rasio ini dapat terlihat kualitas penanaman aktiva serta porsi penyesihan untuk menutupi kerugian bank akibat penghapusan aktiva produktif. Dalam perbankan yang dimaksud aktiva produktif adalah penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif. Penilaian kualitas aktiva produktif berdasarkan pada: prospek usaha, kondisi keuangan, dan kemampuan membayar. Dalam penelitian ini rasio dalam kualitas aset

yang digunakan adalah rasio NPL (Non Performing Loan) yang

merupakan jumlah jumlah baku debet kredit non performing dengan

kolektibilitas kurang lancar, dirugikan, dan macet. Dimana NPL yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah maksimal 5%.

2. Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan memiliki fokus pada bagaimana

organisasi/perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan mengetahui segmen pasar yang melingkupinya. Tolak ukur kepuasan pelanggan menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi harapan pelanggan atau tidak. Oleh karenanya kepuasan pelanggan merupakan salah satu ukuran penting dalam mengukur kinerja perspektif pelanggan. Pada masa


(35)

lalu seringkali perusahaan mengkonsentrasikan diri pada kemampuan internal dan kurang memperhatikan kebutuhan konsumen. Saat ini strategi perusahaan telah menggeser fokusnya yaitu dari internal ke eksternal. Jika suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang besar dalam jangka panjang, maka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk atau jasa yang bernilai dari biaya perolehannya. Suatu produk akan semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan persepsikan konsumen (Julianto, 2000: 34-35).

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Pada pendekatan Balanced Scorecard, tuntutan kinerja proses

internal dipengaruhi oleh harapan pihak eksternal tertentu. Perspektif proses bisnis internal, organisasi perlu mengidentifikasikan berbagai proses penting yang harus dikuasai dengan baik agar dapat memenuhi harapan stakeholder. Dalam proses bisnis internal, organisasi harus mengidentifikasi proses internal penting mana yang mengharuskan perusahaan menjalankannya dengan baik karena proses internal tersebut

mempunyai value yang diinginkan pelanggan, sehingga dapat menarik dan

mempertahankan pelanggan dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham.


(36)

Menurut Putri (2008: 26), tahapan Balanced Scorecard dalam proses bisnis internal meliputi:

a. Inovasi

Inovasi dalam tahapan proses bisnis internal dilakukan perusahaan dengan mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan pelanggan serta merumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Dalam tahap inovasi ini tolak ukur yang digunakan adalah jumlah produk-produk baru yang dikembangkan, lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu produk secara relatif jika dibandingkan perusahaan pesaing, besarnya biaya, banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan.

b. Proses Operasi

Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan berupaya secara nyata untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tolak ukur yang digunakan antara lain tingkat kerusakan produk pra penjualan, banyaknya bahan baku terbuang percuma, frekuensi pengerjaan ulang produk sebagai akibat terjadinya kerusakan, banyaknya permintaan para pelanggan yang tidak dapat dipenuhi, penyimpangan biaya produksi aktual terhadap biaya anggaran produksi serta tingkat efisiensi per kegiatan produksi.


(37)

c. Layanan Purna Jual

Aktivitas layanan purna jual berupaya memberikan manfaat tambahan kepada pelanggan yang telah membeli dan menggunakan berbagai produk layanan. Tolak ukur yang digunakan yaitu jangka waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pemeliharaan produk, perbaikan kerusakan atau penggantian suku cadang dari pelanggan (response time), banyaknya pelanggan yang dapat dilayani hanya dengan satu kali permintaan, dan perbaikan pembayaran.

4. Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan

Perspektif keempat dalam Balanced Scorecard dimaksudkan dengan

tujuan untuk mendorong organisasi agar tubuh menjadi organisasi belajar sehingga dapat mendorong pertumbuhannya. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Infrastruktur tersebut merupakan hasil investasi perusahaan yang bersifat discretionary cost (manfaat dan hasilnya tidak bisa dirasakan langsung).

Menurut Kaplan dan Norton (2000: 110), terdapat tiga perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:

a. Kemampuan pekerja (employee capabilities), akan diukur dengan:

1. Tingkat kepuasan pegawai.

2. Tingkat perputaran (turn over) pegawai.


(38)

b. Kemampuan sistem informasi (information system capabilities), yang akan diukur dengan:

1. Tingkat ketersediaan informasi.

2. Tingkat ketepatan/keakuratan informasi.

3. Kecepatan/jangka waktu memperoleh informasi.

c. Motivasi, pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan

(motivation, empowerment, and alignment), yang akan diukur dengan:

1. Pemahaman pegawai tentang visi dan misi perusahaan.

2. Adanya kebebasan pegawai menyampaikan saran.

3. Banyaknya saran perpegawai.

4. Jumlah saran yang diimplementasikan.

C. Konsep Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang kinerja diantaranya adalah:

a. Menurut Soeprihantono (2003: 42), kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang atau kelompok selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama.

b. Menurut Ruky (2002: 31), kinerja adalah sebuah penilaian sistematis atas individu karyawan mengenai prestasi kerjanya dan potensinya untuk pengembangan.


(39)

c. Menurut Suyadi (2003: 27), kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. 2. Tujuan Program Manajemen Kinerja

Menurut Ruky (2002: 32), ada sejumlah tujuan yang biasanya dicapai oleh organisasi dengan menerapkan sebuah sistem manajemen kinerja, yaitu:

a. Meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu maupun

sebagai kelompok, sampai setinggi-tingginya dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan perusahaan. Karyawan bersama atasan masing-masing menetapkan sasaran kerja dan standar prestasi yang harus dicapai dan meneliti serta menilai hasil-hasil yang sebenarnya dicapai akhir kurun waktu yang ditetapkan.

b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi karyawan secara perorangan pada

gilirannya akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas.

c. Merangsang minat dan pengembangan pribadi dengan tujuan untuk

meningkatkan hasil karya dan prestasi pribadi serta potensi laten karyawan dengan cara memberikan umpan baik pada mereka tentang prestasi mereka.


(40)

d. Membantu organisasi menyusun program pengembangan dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna. Pada gilirannya usaha ini akan membantu perusahaan untuk mempunyai pasokan tenaga yang cakap dan terampil yang cukup untuk pengembangan perusahaan di masa depan.

e. Menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi kerja pegawai

dengan tingkat gajinya atau imbalannya sebagai bagian dari kebijakan dan sistem imbalan yang baik.

f. Memberikan kesempatan pegawai untuk mengeluarkan perasaannya

tentang pekerjaan atau hal yang ada kaitannya. Dengan demikian jalur komunikasi dan dialog akan terbuka dan dengan demikian diharapkan bahwa proses penilaian prestasi kerja akan mengeratkan hubungan antara atasan dengan bawahan.

3. Unsur-unsur Pengukuran Kinerja

Perkembangan dan kemajuan ilmu manajemen dan khususnya sumber daya manusia terjadi akibat evolusi dalam berbagai konsep dan teknik yang digunakan manajemen. Salah satu teknik dalam bidang sumber daya manusia yang juga mengalami evolusi adalah dalam pendekatan terhadap cara penilaian prestasi karyawan.

Pendekatan-pendekatan tersebut dijelaskan oleh Ruky (2002: 35), sebagai berikut:

a. Kinerja berorientasi pada input. Cara ini merupakan cara tradisional yang menekankan pada pengukuran atau penilaian ciri-ciri kepribadian karyawan. Ciri-ciri atau karakteristik kepribadian yang banyak


(41)

dijadikan objek pengukuran adalah kejujuran, ketaatan, disiplin, loyalitas, kreativitas, adaptasi, komitmen, sopan santun dan lain-lain. b. Kinerja yang berorientasi pada proses. Melalui cara ini, kinerja atau

prestasi karyawan yang diukur dengan cara menilai sikap dan perilaku seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dengan kata lain penilaian masih tetap tidak difokuskan langsung pada kuantitas dan kualitas hasil yang dicapainya, yang diteliti adalah meneliti bagaimana tugas-tugas dilakukan dan membandingkan perilaku dan sikap yang diperlihatkan dengan standar yang telah ditetapkan untuk setiap tugas yang telah dibebankan padanya.

c. Kinerja yang berorientasi pada output. Sistem ini biasa juga disebut sistem manajemen kinerja yang berbasiskan pencapaian sasaran kerja individu. Sistem ini memfokuskan pada hasil yang diperoleh atau dicapai oleh karyawan. Sistem ini berbasis pada metode manajemen kinerja berbasiskan pada konsep manajemen berdasarkan sasaran. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005: 54), kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi.

b. Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran, dan motivasi.


(42)

c. Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan job design.

Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional), yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor-faktor internal dan eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang.

Masih menurut pendapat dari Mangkunegara (2005: 55), faktor penentu prestasi kerja individu dalam organisasi adalah faktor individu dan faktor lingkungan.

1. Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisiknya. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang


(43)

dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

5. Penilai Kinerja

Untuk mendapatkan informasi atas kinerja pegawai, maka ada beberapa pihak baik itu perorangan ataupun kelompok yang biasanya melakukan penilaian atas kinerja pegawai. Menurut Robbins (2001: 231), ada lima pihak yang dapat melakukan penilaian kinerja karyawan, yaitu:

a. Atasan langsung

Semua evaluasi kinerja pada tingkat bawah dan menengah dari organisasi dijalankan oleh atasan langsung karyawan itu karena atasan langsung yang memberikan pekerjaan dan paling tahu kinerja karyawannya.

b. Rekan sekerja

Penilaian kinerja yang dilakukan oleh rekan sekerja dilaksanakan dengan pertimbangan. Pertama, rekan sekerja dekat dengan tindakan. Interaksi sehari-hari memberikan kepada karyawan pandangan menyeluruh terhadap kinerja seseorang karyawan dalam pekerjaan. Kedua, dengan menggunakan rekan sekerja sebagai penilaian menghasilkan sejumlah penilaian yang independen.


(44)

c. Evaluasi diri

Evaluasi ini cenderung mengurangi kedefensifan para karyawan mengenai proses penilaian, dan evaluasi ini merupakan sarana yang unggul untuk merangsang pembahasan kinerja karyawan dan atasan karyawan.

d. Bawahan langsung

Penilaian kinerja karyawan oleh bawahan langsung dapat memberikan informasi yang tepat dan rinci mengenai perilaku seorang atasan karena lazimnya penilai mempunyai kontak yang sering dengan yang dinilai.

e. Pendekatan menyeluruh

Penilaian kinerja karyawan dilakukan oleh atasan, pelanggan, rekan sekerja, dan bawahan. Penilaian kinerja ini cocok di dalam organisasi yang memperkenalkan tim.

Dimensi yang dipergunakan di dalam melakukan penilaian kinerja karyawan menurut Lubis (2008: 23), sebagai berikut:

a. Pengetahuan atas pekerjaan, kejelasan pengetahuan atas tanggung

jawab pekerjaan yang menjadi tugas karyawan.

b. Perencanaan dan organisasi, kemampuan membuat rencana pekerjaan

meliputi jadwal dan urutan pekerjaan, sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas.


(45)

d. Produktivitas, jumlah pekerjaan yang dihasilkan dibandingkan dengan waktu yang digunakan.

e. Pengetahuan teknis, dasar teknis dan kepraktisan sehingga

pekerjaannya mendekati standar kinerja.

f. Judgement, kebijakan naluriah dan kemampuan menyimpulkan tugas sehingga tujuan organisasi tercapai.

g. Komunikasi, kemampuan berhubungan secara lisan dengan orang

lain.

h. Kerjasama, kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan sikap

yang konstruktif dalam tim.

i. Kehadiran dalam rapat, kemampuan dan keikutsertaan (partisipasi) dalam rapat berupa pendapat atau ide.

j. Manajemen proyek, kemampuan mengelola proyek, baik membina

tim, membuat jadwal kerja, anggaran dan meciptakan hubungan baik antar karyawan.

k. Kepemimpinan, kemampuan mengarahkan dan membimbing

bawahan, sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas.

l. Kemampuan memperbaiki diri sendiri, kemampuan memperbaiki diri

dengan studi lanjutan atau kursus-kursus.

Berdasarkan teori tentang kinerja tersebut, maka dalam penelitian ini dimensi kinerja yang akan dipakai adalah dimensi kuantitas kerja, kualitas kerja, kerja sama, pemahaman terhadap tugas, inisiatif, disiplin, tanggung jawab dan kehandalan.


(46)

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh penerapan Balanced Scorecard terhadap

kinerja manajemen telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi PT. Bank Danamon Indonesia Tbk untuk meningkatkan kinerjanya. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai

penerapan Balanced Scorecard terhadap kinerja manajemen.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti

(tahun) Judul Penelitian

Variabel yang diteliti

Metodologi

Penelitian Hasil Penelitian

1. Dedi

Kusmayadi (2009)

Pengukuran kinerja dengan balanced

scorecard: kajian teoritis dan empiris

1. Perspektif keuangan 2. Perspektif pelanggan 3. Perspektif proses bisnis intern 4. Perspektif proses belajar dan pertumbuhan Kajian teoritis dan empiris Balanced scorecard adalah salah satu sistem pengukuran kinerja strategis pengukuran kinerja keuangan (financial performance measurement) dan kinerja

non keuangan (non

financial performance measurement). Dalam perkembangannya balanced scorecard lahir menjadi suatu alat pengukuran kinerja strategis, yang sampai saat ini teruji selain mampu memberikan informasi kinerja yang lebih baik juga merupakan salah satu alat implementasi strategi untuk memicu pencapaian kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang. Bersambung pada halaman selanjutnya


(47)

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No Peneliti

(tahun) Judul Penelitian

Variabel yang diteliti

Metodologi

Penelitian Hasil Penelitian

2. Yudi

Hardiyanto, Achmad Holil Noor Ali dan Her

Arsa Pambudi (2005) Perancangan dan pembuatan sistem informasi pengukuran kinerja pemasaran dengan metode balanced scorecard studi kasus PT. Semen Gresik 1. Perspektif keuangan 2. Perspektif pelanggan 3. Perspektif proses bisnis intern 4. Perspektif proses belajar dan pertumbuhan Analisis data menggunakan metode kualitatif

Tugas akhir ini menghasilkan aplikasi untuk menganalisa data perusahaan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Fungsi utama sistem ini pada proses data secara dinamis dengan filter dan pengelompokan, serta perbandingan hasil realisasi kinerja dengan target perusahaan. Fungsi analisa pengukuran kinerja tersebut dimulai dengan penetapan target kinerja dan fungsi masukan data-data pemasaran.

3. Isniar

Budiarti (2004)

Balanced

scorecard sebagai alat ukur kinerja dan alat pengendalian sistem manajemen strategis 1. Perspektif keuangan 2. Perspektif pelanggan 3. Perspektif proses bisnis intern 4. Perspektif proses belajar dan pertumbuhan Analisis data menggunakan metode kualitatif Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukut. Tujuan dan tolak ukur

dikembangkan untuk setiap perspektif keuangan, pelanggan, proses usaha intern serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Pengukuran untuk keempat perspektif ini Bersambung pada halaman selanjutnya


(48)

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No Peneliti

(tahun) Judul Penelitian

Variabel yang diteliti

Metodologi

Penelitian Hasil Penelitian tergantung dari strategi yang telah ditetapkan perusahaan

sebelumnya. Oleh karena itu balanced scorecard selain dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menilai apakah strategi yang dilakukan

perusahaan sudah tepat, dan juga untuk

mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan.

4. Syafrizal

Helmi (2004) Balanced Scorecard: pengukuran kinerja organisasi 1. Perspektif keuangan 2. Perspektif pelanggan 3. Perspektif proses bisnis intern 4. Perspektif proses belajar dan pertumbuhan Analisis data menggunakan metode kualitatif Pengukuran kinerja suatu perusahaan adalah sangat penting bagi manajer, guna mengevaluasi perencanaan masa depan. Aplikasi balanced scorecard dimulai dari akarnya yaitu pembelajaran dan pertumbuhan, yang memberikan kontribusi pada internal bisnis, sehingga pelanggan menjadi puas dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tercermin dalam performasi keuangan. Sumber: diolah dari berbagai referensi


(49)

E. Keterkaitan Antar Variabel

1. Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis

Internal dan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terhadap

Kinerja Manajemen

Penelitian yang telah dilakukan oleh Budiarti (2004), mengenai

Balanced Scorecard sebagai alat ukur kinerja dan alat pengendalian sistem

manajemen strategis, hasil penelitian menunjukkan bahwa Balanced

Scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap perspektif keuangan, pelanggan, proses usaha intern serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran untuk keempat perspektif ini tergantung dari strategi yang

telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Oleh karena itu Balanced Score

card selain dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menilai apakah strategi yang dilakukan perusahaan sudah tepat, dan juga untuk mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berpengaruh terhadap kinerja manajemen. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:


(50)

Ha1 : Perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajemen. 2. Perspektif Keuangan terhadap Kinerja Manajemen

Penelitian yang telah dilakukan oleh Helmi (2004), mengenai Balanced Scorecard: pengukuran kinerja organisasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengukuran kinerja suatu perusahaan adalah sangat penting bagi manajer, guna mengevaluasi perencanaan masa depan.

Aplikasi Balanced Scorecard dimulai dari akarnya yaitu pembelajaran dan

pertumbuhan, yang memberikan kontribusi pada internal bisnis, sehingga pelanggan menjadi puas dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang tercermin dalam performasi keuangan.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel perspektif keuangan berpengaruh terhadap kinerja manajemen. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha2 : Perspektif keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja manajemen.

3. Perspektif Pelanggan terhadap Kinerja Manajemen

Penelitian yang telah dilakukan oleh Hardiyanto, dkk., (2005), mengenai perancangan dan pembuatan sistem informasi pengukuran kinerja pemasaran dengan metode Balanced Scorecard studi kasus PT. Semen Gresik, hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas akhir ini


(51)

menghasilkan aplikasi untuk menganalisa data perusahaan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Fungsi utama sistem ini pada proses data secara dinamis dengan filter dan pengelompokan, serta perbandingan hasil realisasi kinerja dengan target perusahaan. Fungsi analisa pengukuran kinerja tersebut dimulai dengan penetapan target kinerja dan fungsi data-data pemasaran.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel perspektif pelanggan berpengaruh terhadap kinerja manajemen. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha3 : Perspektif pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja manajemen.

4. Perspektif Proses Bisnis Internal terhadap Kinerja Manajemen

Penelitian yang telah dilakukan oleh Budiarti (2004), mengenai Balanced Scorecard sebagai alat ukur kinerja dan alat pengendalian sistem

manajemen strategis, hasil penelitian menunjukkan bahwa Balanced

Scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap perspektif keuangan, pelanggan, proses usah intern serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran untuk keempat perspektif ini tergantung dari strategi yang

telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Oleh karena itu Balanced


(52)

dapat digunakan sebagai alat untuk menilai apakah strategi yang dilakukan perusahaan sudah tepat, dan juga untuk mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel perspektif proses bisnis internal berpengaruh terhadap kinerja manajemen. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha4 : Perspektif proses bisnis internal berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja manajemen.

5. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terhadap Kinerja

Manajemen

Penelitian yang telah dilakukan oleh Kusmayadi (2009), mengenai

pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard: kajian teoritis dan

empiris, hasil penelitian menunjukkan bahwa Balanced Scorecard adalah

salah satu sistem pengukuran kinerja strategis pengukuran kinerja

keuangan dan kinerja non keuangan. Dalam perkembangannya Balanced

Scorecard lahir menjadi suatu alat pengukuran kinerja strategis, yang sampai saat ini teruji selain mampu memberikan informasi kinerja yang lebih baik juga merupakan salah satu alat implementasi strategi untuk memicu pencapaian kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel perspektif pembalajaran


(53)

dan pertumbuhan berpengaruh terhadap kinerja manajemen. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha5 : Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja manajemen. F. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tujuan penelitian di atas mengenai pengaruh penerapan Balanced Scorecard terhadap kinerja manajemen, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran


(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian empiris dimana peneliti terlibat langsung dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Balanced Scorecard terhadap kinerja kinerja manajemen. Populasi penelitian ini adalah para karyawan dan nasabah PT. Bank Danamon Indonesia Tbk yang berlokasi di Jl. Metro Duta UA No. 5 Plaza 1 Pondok Indah Jakarta Selatan 12310.

B. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur,

dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007: 30). Metode convenience sampling

digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan dan nasabah PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.


(55)

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002: 150). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan kinerja manajemen perusahaan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah karyawan dan nasabah pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Pengumpulan data

kuesioner dilakukan dengan teknik personally administered

questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002: 154).

D. Metode Analisis

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2005: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau


(56)

tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan

total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha,

kemudian uji dengan membandingkan rhitung (tabel corrected item-total

correlation) dengan rtabel (tabel Product Moment dengan signifikan 0.05)

untuk degree of freedom (df) = n-k. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel (Ghozali, 2005: 45).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari cronbach alpha > 0.60 maka data tersebut mempunyai keandalan yang tinggi (Ghozali, 2005: 41-42).

3. Uji Model Regresi

Untuk melakukan uji model regresi atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.


(57)

a. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji

multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2005: 91). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005: 91). Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan

mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat

dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0.05). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko (Santoso, 2004: 203-206).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot


(58)

melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability

Plot(P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004: 212).

4. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004: 163). Variabel independen terdiri dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Sedangkan variabel dependennya adalah kinerja manajemen.


(59)

Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Y : Kinerja Manajemen

a : Konstanta (harga Y, bila X=0)

b1-3 : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau

penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen)

X₁ : Perspektif Keuangan

X₂ : Perspektif Pelanggan

X₃ : Perspektif Proses Bisnis Internal

X4 : Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

e : Error

Pengujian hipotesis dilakukan melalui: a. Uji statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05 (Ghozali, 2005: 84). Menurut Santoso (2004: 120) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel


(60)

independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

b. Uji statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05 (Ghozali, 2005: 84).

Menurut Santoso (2004: 168) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima atau

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau

bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen

atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.


(61)

c. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005: 83).

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian. Adapun cara pengukuran dari variabel ini adalah dengan menggunakan skala pengukuran Likert atau Interval. Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Pengukuran Perspektif

Keuangan (X1) (Sumber:

Kaplan dan Norton (2000))

1. Perkembangan 1. Mengembangkan suatu produk atau jasa

baru

2. Membangun suatu produk atau jasa baru 3. Menambah kemampuan operasi

4. Mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung

Skala Interval


(62)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Pengukuran

2. Bertahan

3. Panen

Hubungan global

5. Mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan

1. Daya tarik bagi penanaman investasi dan investasi ulang

2. Mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki

3. Peningkatan aktivitas perbaikan yang berkelanjutan

1. Memelihara dan perbaikan fasilitas 2. Tidak melakukan ekspansi atau

membangun suatu kemampuan baru

Skala Interval

Perspektif Pelanggan (X2) (Sumber:

Julianto (2000))

1. Kepuasan Pelanggan 2. Customer Relationship 3. Kecepatan Layanan

Skala Interval

Perspektif Proses Bisnis

Internal (X3)

(Sumber: Putri (2008))

1. Inovasi

2. Proses Operasi

3. Layanan Purna

Jual

1. Produk baru yang dikembangkan 2. Lama waktu yang dibutuhkan untuk

mengembangkan suatu produk 3. Besarnya biaya produk

4. Banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan

1. Tingkat kerusakan produk pra penjualan 2. Frekuensi pengerjaan ulang produk

sebagai akibat terjadinya kerusakan 3. Banyaknya bahan baku terbuang percuma 4. Banyaknya permintaan para pelanggan

yang tidak dapat dipenuhi

1. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pemeliharaan produk

2. Perbaikan kerusakan atau penggantian suku cadang dari pelanggan

Skala Interval


(63)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Pengukuran Perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan (X4) (Sumber:

Kaplan dan Norton (2000))

1. Kemampuan pekerja

2. Kemampuan sistem informasi 3. Motivasi,

pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan

1. Tingkat kepuasan pegawai 2. Tingkat perputaran pegawai

3. Besarnya pendapatan perusahaan per pegawai

1. Tingkat ketersediaan informasi

2. Tingkat ketepatan/keakuratan informasi 3. Kecapatan/jangka waktu memperoleh

informasi

1. Pemahaman pegawai tentang visi dan misi perusahaan

2. Adanya kebebasan pegawai menyampaikan saran

3. Banyaknya saran per pegawai

4. Jumlah saran yang diimplementasikan

Skala Interval Kinerja Manajemen (Y) (Sumber: Ruky (2002))

1. Kinerja berorientasi pada input

2. Kinerja yang berorientasi pada proses 3. Kinerja yang

berorientasi pada output

1. Kejujuran 2. Ketaatan 3. Displin 4. Loyalitas 5. Kreativitas 5. Adaptasi 6. Komitmen 7. Sopan santun

1. Menilai sikap seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

2. Perilaku seorang pegawai dalam melaksanakan tanggung jawabnya 1. Hasil yang diperoleh atau dicapai oleh

karyawan

Skala Interval

Sumber: diolah dari berbagai referensi


(64)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah PT. Bank Danamon Indonesia Tbk

Berdiri sejak tahun 1956, PT. Bank Danamon Indonesia Tbk termasuk bank komersial di Indonesia dan dikenal sebagai salah satu bank di bidang konsumen dan UKM yang juga melayani nasabah korporasi dan kelembagaan di seluruh Indonesia.

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk saat ini merupakan bank hasil penggabungan 9 bank swasta nasional, yaitu: Bank PDFCI, Bank Tiara Asia, Bank Tamara, Bank Nusa Nasional, Bank POS Nusantara, Bank Risjad Salim Internasional, Bank Jaya, Bank Rama dan Bank Duta ke dalam PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1956 dengan nama PT. Bank Kopra Indonesia dan sejak tahun 1976 namanya berubah menjadi Bank Danamon Indonesia hingga kini. Bank Danamon menjadi bank devisa swasta pertama di Idonesia tahun 1988 dan Perseroan Terbuka pada tahun 1989.

Pada tahun 1997, sebagai akibat krisis moneter Asia, Bank Danamon mengalami kesulitan likuiditas dan diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai bank BTO. Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN merekapitalisasi Bank Danamon dengan obligasi pemerintah senilai Rp 32 triliun. Saat itu juga, sebuah bank BTO dilebur ke


(1)

netral 10 16.7 16.7 21.7

setuju 40 66.7 66.7 88.3

sangat setuju 7 11.7 11.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

KM7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

sangat tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3

tidak setuju 5 8.3 8.3 11.7

netral 16 26.7 26.7 38.3

setuju 29 48.3 48.3 86.7

sangat setuju 8 13.3 13.3 100.0

Valid

Total 60 100.0 100.0

KM8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

sangat tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3

tidak setuju 3 5.0 5.0 8.3

netral 20 33.3 33.3 41.7

setuju 27 45.0 45.0 86.7

sangat setuju 8 13.3 13.3 100.0

Valid

Total 60 100.0 100.0

KM9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3

netral 15 25.0 25.0 28.3

setuju 33 55.0 55.0 83.3

sangat setuju 10 16.7 16.7 100.0

Valid

Total 60 100.0 100.0

KM10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

netral 12 20.0 20.0 25.0

setuju 40 66.7 66.7 91.7

sangat setuju 5 8.3 8.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Lampiran 16: Validitas dan Reliabilitas Pernyataan Kinerja Manajemen (Y)

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

KM1 33.92 27.942 .759 .923

KM2 33.67 29.480 .866 .918

KM3 33.85 30.875 .698 .926

KM4 33.63 32.745 .493 .934

KM5 33.68 28.932 .810 .919

KM6 33.67 29.480 .866 .918


(3)

KM8 33.92 29.230 .647 .929

KM9 33.67 29.412 .811 .920

KM10 33.73 31.046 .660 .927

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.931 10

Lampiran 17: Regresi Linear Berganda

Model Summaryb

Change Statistics Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .545a .297 .246 5.238 .297 5.811 4 55 .001

a. Predictors: (Constant), perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif pelanggan, perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal b. Dependent Variable: kinerja manajemen

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 637.768 4 159.442 5.811 .001a

Residual 1509.215 55 27.440

1

Total 2146.983 59

a. Predictors: (Constant), perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif pelanggan, perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal

b. Dependent Variable: kinerja manajemen

Coefficientsa


(4)

B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

(Constant) 15.543 6.780 2.292 .026 1.955 29.131

perspektif keuangan 1.343 .377 1.070 3.566 .001 2.098 .588 .138 .433 .403 .142 7.047 perspektif pelanggan .345 .202 .209 3.707 .003 .060 .749 .051 .224 .193 .854 1.170 perspektif proses bisnis internal .026 .423 .022 3.060 .021 .873 .822 .267 .008 .007 .400 7.013 1

perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan 1.757 .501 1.314 3.510 .001 .754 2.761 .335 .428 .397 .912 8.970


(5)

(6)