BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Teori Keagenan
Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori
prinsipal-agen menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak principal membuat suatu kontrak, baik
secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain agent dengan harapan bahwa agen akan bertindakmelakukan pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal
dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang. Hubungan prinsipal-agen terjadi apabila tindakan yang dilakukan seseorang
memiliki dampak pada orang lain atau ketika seseorang sangat tergantung pada tindakan orang lain. Pengaruh atau ketergantungan ini diwujudkan dalam
kesepakatan-kesepakatan dalam struktur institusional pada berbagai tingkatan, seperti norma perilaku dan konsep kontrak. Menurut Lane 2000 teori keagenan dapat
diterapkan dalam organisasi publik. Ia menyatakan bahwa negara demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal-agen Lane, 2000: 12-13.
Dalam hubungan keagenan di pemerintahan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif adalah agen dan legislatif adalah prinsipal Halim, 2002. Seperti
dikemukakan sebelumnya, diantara prinsipal dan agen senantiasa terjadi masalah
p d f Machine
A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine.
Get yours now
Universitas Sumatera Utara
keagenan. Oleh karena itu, persoalan yang sering timbul di antara eksekutif dan legislatif juga merupakan persoalan keagenan.
Johnson 1994: 5 menyebut hubungan eksekutif atau birokrasi dengan legislatif atau kongres dengan nama self-interest model. Dalam hal ini, legislators
ingin dipilih kembali, birokrat ingin memaksimumkan anggarannya, dan konstituen ingin memaksimumkan utilitasnya. Agar terpilih kembali, legislators mencari
program dan projects yang membuatnya populer di mata konstituen. Birokrat mengusulkan program-program baru karena ingin agency-nya berkembang dan
konstituen percaya bahwa mereka menerima benefits dari pemerintah tanpa harus membayar biayanya secara penuh.
Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Publik
Dalam hubungan keagenan antara legislatif dan publik, legislatif adalah agen dan publik adalah prinsipal Lane, 2000. Dalam hal pembuatan kebijakan, Von
Hagen 2002 berpendapat bahwa hubungan prinsipal-agen yang terjadi antara pemilih dan legislatif pada dasarnya menunjukkan bagaimana voters memilih politisi
untuk membuat keputusan-keputusan tentang belanja publik untuk mereka dan mereka memberikan dana dengan membayar pajak. Ketika legislatif kemudian
terlibat dalam pembuatan keputusan atas pengalokasian belanja dalam anggaran, maka mereka diharapkan mewakili kepentingan atau preferensi prinsipal atau
pemilihnya. Kedudukan legislatif atau parlemen sebagai agen dalam hubungannya dengan
publik menunjukkan bahwa legislatif memiliki masalah keagenan karena akan
p d f Machine
A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine.
Get yours now
Universitas Sumatera Utara
berusaha untuk memaksimalkan utilitasnya self-interest dalam pembuatan keputusan yang terkait dengan publik. Persoalan abdication menjadi semakin nyata
ketika publik tidak memiliki sarana atau institusi formal untuk mengawasi kinerja legislatif, sehingga perilaku moral hazard legislatif dapat terjadi dengan mudah.
Menurut Hagen 2005, politisi yang terpilih bisa saja berlaku oportunistik dan karenanya voters berkeinginan menghilangkan peluang untuk mendapat rents
dengan membuat politisi terikat pada suatu aturan yang menentukan apa yang dapat atau harus mereka lakukan pada kondisi tertentu. Akan tetapi, membuat aturan untuk
sesuatu yang tidak jelas unforeseen development dan kompleskitas situasi yang dihadapi menyebabkan kontrak yang sempurna tidak mungkin dibuat. Politisi juga
tidak akan dapat memenuhi semua janji yang dibuatnya selama kampanye pemilihan. Oleh karena itu, seperti halnya dalam bentuk hubungan keagenan yang lain,
hubungan keagenan antara pemilih voters dengan politisi dapat dipandang sebagai incomplete contract.
Hubungan Keagenan dalam Penyusunan Anggaran Daerah di Indonesia
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia dokumen anggaran daerah disebut
anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD, baik untuk provinsi maupun kabupaten dan kota. Proses penyusunan anggaran pasca UU 221999 dan UU
322004 melibatkan dua pihak: eksekutif dan legislatif, masing-masing melalui sebuah tim atau panitia anggaran.
p d f Machine
A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine.
Get yours now
Universitas Sumatera Utara
Sebelum penyusunan APBD dilakukan, terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang arah dan kebijakan umum AKU dan prioritas
anggaran, yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Eksekutif membuat rancangan APBD sesuai dengan AKU dan
prioritas anggaran, yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai peraturan daerah Perda. Dalam
perspektif keagenan, hal ini merupakan bentuk kontrak incomplete contract, yang menjadi alat bagi legislatif untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif.
Proses penyusunan anggaran APBD diawali dari rencana pelayanan yang akan diberikan oleh pemerintah daerah. Pemilihan pelayanan dalam bentuk kegiatan
direncanakan secara bersama-sama dengan inisiatif terbesar ada di pihak eksekutif. Eksekutif kemudian mengalokasikan anggaran untuk setiap kegiatan, program, dan
prioritas anggaran. Rangkuman usulan kegiatan dan anggarannya ini kemudian disamapaikan kepada legislatif untuk dibahas terlebih dahulu sebelum disahkan
menjadi peraturan daerah Perda. Realisasi perilaku oportunistik eksekutif dalam pengusulan belanja ini
diantaranya adalah: 1.
Mengusulkan kegiatan yang sesungguhnya tidak menjadi prioritas. 2.
Mengusulkan kegiatan yang memiliki lucrative opportunities peluang untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang besar.
3. Mengalokasikan komponen belanja yang tidak penting dalam suatu kegiatan.
p d f Machine
A pdf w rit er t hat produces qualit y PDF files w it h ease
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application yo u can use pdfMachine.
Get yours now
Universitas Sumatera Utara
4. Mengusulkan jumlah belanja yang terlalu besar untuk komponen belanja dan
anggaran setiap kegiatan. 5.
Memperbesar anggaran untuk kegiatan yang sulit diukur hasilnya. Perilaku oportunistik legislatif dapat terjadi pada dua posisi, yakni sebagai
prinsipal dan juga sebagai agen. Sebagai prinsipal bagi eksekutif, legislatif dapat merealisasikan kepentingannya dengan membuat kebijakan yang seolah-olah
merupakan kesepakatan di antara kedua belah pihak, tetapi menguntungkan legislatif dalam jangka panjang, baik secara individual maupun institusional. Melalui
discretionary power yang dimilikinya, legislatif dapat mengusulkan kebijakan yang sulit untuk ditolak oleh eksekutif, meskipun usulan tersebut tidak berhubungan
langsung dengan pelayanan publik dan fungsi legislatif.
2.1.2. Anggaran Daerah Sektor Publik