Tahapan seseorang terkena HIV Noviana, 2013: Upaya Pencegahan dan penanggulangan HIVAIDS

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan. b. Dermatitis generalisata. c. Adanya herpes zotermultisegmental dan herpes zoster berulang. d. Kandidas orofaringeal. e. Herpes simpleks kronis progresif. f. Limfadenopati generalista. g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita. h. Retinitis virus sitomegalo.

2.2.7 Tahapan seseorang terkena HIV Noviana, 2013:

Bila seseorang dewasa 12 tahun dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV. Pada orang yang telah terinfeksi HIV tidak bisa langsung terlihat secara fisik. Terdapat tahap-tahap seseorang terkena HIV. 1 Tahap Jendela Window Period Yaitu masa dari masuknya virus, sampai ketika dilakukan tes, hasilnya positif. Masa jendela pada beberapa orang berbeda-beda, bervariasi antara 2 minggu sampai 6 bulan. Pada masa jendela ini, meskipun hasil tes negatif, apabila seseorang terinfeksi HIV, maka ia dapat menularkan HIV pada orang lain. 2 Masa tanpa Gejala Universitas Sumatera Utara Masa tanpa gejala ini berkisar antara 5-12 tahun, dimana seseorang telah benar-benar terinfeksi HIV tetapi tidak ada gejala apapun secara fisik yang berkaitan dengan infeksi. 3 Masa Pembesaran kelenjar limfe Pada tahapan ini, seorang ODHA akan mengalami pembengkakan pada kelenjar limfa. Biasanya terjadi beberapa kali secara berulang. 4 Tahap AIDS Tahap akhir atau yang disebut full blown AIDS, pada umumnya muncul gejala yang khas, yaitu adanya gejala mayor dan minor. Gejala mayor antara lain : demam berkepanjangan, diare kronis yang berulang dan terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10 dalam satu bulan. Sedangkan gejala minor antara lain : batuk kronis,infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap, kanker khususnya kanker kulit yang disebut sebagai sarkoma kaposi, munculnya Herpes zoster.

2.2.8 Upaya Pencegahan dan penanggulangan HIVAIDS

Cara pencegahan penularan HIV yang paling efektif adalah dengan memutus rantai penularan. Pencegahan dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV.Infeksi HIVAIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif, maka pencegahan dan penularan menjadi sangat penting terutama melalui Universitas Sumatera Utara pendidikan kedehaatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai patofisiologi HIV dan cara penularannya. Penanggulangan merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penanganan dan rehabilitasi. Seperti diketahui penyebaran virus HIV melalui hubungan seks, jarum suntik yang tercemar, transfusi darah, penularan dari ibu ke anak maupun donor darah atau donor organ tubuh Noviana, 2013 1 Pencegahan penularan melalui hubungan seksual Infeksi HIV terutama terjadi melaui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual. Agar terhindar dari tertularnya HIV dan AIDS seseorang harus berperilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab. Yaitu hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan sendiri. Apabila salah seorang pasangan sudah terinfeksiHIV maka dalam melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom dengan benar. Melakukan tindakan seks yang aman dengan pendekatan ABC. Abstinent yaitu tidak melakukan hubungan seksual, Be faithful tidak berganti-ganti pasangan, use Condom yaitu menggunakan kondom dengan baik dan benar. 2 Pencegahan penularan melaui darah : a. Transfusi darah Memastikan bahwa darah yang dipakai untuk transfusi tidak tercemar HIV. Universitas Sumatera Utara b. Alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit Desinfeksi atau membersihkan alat-alat seperti jarum, alat cukur, alat tusuk untuk tindik dan lain-lain dengan pemanasan atau larutan desinfektan. c. Pencegahan penularan dari ibu anak Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Pemberian ASI meningkatkan resiko penularan sekitar 10-15. Resiko ini tergantung pada faktor-faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui. 3 Pemahaman dan Penerapan kewaspadaan universal universal precaution disarana pelayanan kesehatan untuk mengurangi resiko infeksi yang ditularkan melalui darah. Kewaspadaan universal, meliputi : a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakanperawatan. b. Penggunaan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan. c. Pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-hati. d. Pengelolaan limbah yang tercemar, darah cairan tubuh dengan aman. e. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi yang benar. Universitas Sumatera Utara 4 Melakukan skrining adanya antibodi HIV untuk mencegah penyebaran melalui darah, produk darah dan donor darah. 5 Mencegah penyebaran HIV secara vertikal dari ibu ke anak yang dapat terjadi selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui. WHO mencanangkan empat strategi pencegahan penularan HIV terhadap bayi, yaitu : a. Mencegah seluruh wanita jangan sampai terinfeksi HIV. b. Bila sudah terinfeksi HIV, cegah jangan sampai ada kehamilan yang tidak diinginkan. c. Bila sudah hamil, cegah penularan dari ibu bayi ke anaknya. d. Bila ibu dan anak sudah terinfeksi perlu diberikan dukungan dan perawatan bagi ODHA dan keluarganya. 6 Layanan Voluntary Counseling and Testing VCT, yakni merupakan program pencegahan sekaligus jembatan untuk mengakses layanan manajemen kasus dan CST Care, Support, Trade atau perawatan,dukungan dan pengobatan bagi ODHA.

2.3 Masyarakat