Pengaruh waktu pembakaran terhadap kandungan K

Menurut Babayemi, et al., diharapkan dengan kandungan abu yang semakin tinggi maka yield dari alkali juga semakin tinggi, akan tetapi hal tersebut tidak demikian. Dengan kata lain, hubungan antara kandungan abu dan kandungan alkali merupakan 2 hal variatif yang bergantung pada jenis spesies tanaman [22].

4.2.6 Pengaruh waktu pembakaran terhadap kandungan K

2 O dan K 2 CO 3 Gambar 4.7 Pengaruh waktu pembakaran terhadap kandungan K 2 O dan K 2 CO 3 pada suhu 600 o C dengan jumlah massa 15 g Hasil abu yang diperoleh dianalisa menggunakan metode AAS Atomic Absorption Spectroscopy. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa kondisi waktu yang optimum untuk memperoleh kandungan alkali terbanyak adalah 3 jam. Pada kondisi waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam kandungan K 2 O meningkat. Ini disebabkan abu yang terbentuk pada temperatur yang tinggi didalam keadaan atmosfir oksigen yang secara utama membentuk logam oksida [8]. Akan tetapi pada kondisi waktu selama 4 jam dan 5 jam kandungan K 2 O menjadi turun. Menurut Jenkin, et al. [25], kombinasi kandungan oksigen tinggi dengan bahan organik volatil yang terkandung didalam biomassa menunjukkan potensi terjadinya penguapan pada sejumlah bahan anorganik selama pembakaran. Begitu pula menurut Bale, et al. [41], perlakuan dengan bertambahnya temperatur pada pembakaran, logam alkali, K dan Na, membentuk logam oksida yang kurang stabil dibandingkan dengan unsur lainnya yang terkandung dalam abu. Secara teori, pada temperatur yang tinggi kandungannya dapat berkurang oleh adanya senyawa karbon. Oleh karena itu, senyawa oksida tersebut bereaksi dengan uap air untuk mencapai keadaan stabil dan menjadi senyawa volatil hidroksida, KOH g 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 5 6 k a nd un g a n a lk a li waktu jam K2O K2CO3 K 2 O K 2 CO 3 Universitas Sumatera Utara dan NaOH g [36]. ini menunjukkan dengan perlakuan waktu pembakaran yang terlalu lama, kandungan alkali akan menurun yang diakibatkan oleh terjadinya penguapan.Pengambilan senyawa kalium dari limbah pertanian dilakukan dengan cara membakar limbah pertanian tersebut menjadi abu sehingga garam –garam anorganik yang terkandung didalamnya berubah menjadi kalium karbonat K 2 CO 3 [37], jika abu tersebut diekstraksi dengan air maka akan terbentuk K 2 CO 3 dan KHCO 3 [38]. Adapun reaksi-reaksi yang terjadi : K 2 O+CO 2 ↔K 2 CO 3 , K 2 CO 3 +CO 2 +H 2 O↔2KHCO 3 , K 2 O+H 2 O↔2KOH [42;43] Dari hasil penelitian yang diperoleh jika dibandingkan dengan kandungan kalium pada beberapa kulit pisang [22], kandungan Kulit pisang kepok Musa paradisiaca Linn cv. „Saba‟ cukup tinggi. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN