BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan katekin dari kalus teh Camellia sinensis L. hasil subkultur kedua yang dielisitasi dengan dinding sel Saccharomyces cerevisiae telah diekstraksi.
Data terhadap morfologi kalus, berat basah kalus, berat kering kalus, dan kandungan katekin pada kalus telah diperoleh.
4.1 Morfologi Kalus
Potongan daun teh Camellia sinensis L. yang digunakan sebagai sumber eksplan ditanam pada medium MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh 1 mgL
2,4-D dan 1 mgL kinetin. Potongan kalus terlihat mulai menggembung pada usia 5 hari setelah tanam kemudian diikuti dengan pembentukan kalus pada tepi
eksplan yang dipotong. Pertumbuhan kalus yang terbentuk pada awalnya sangat lambat. Kalus yang terbentuk berwarna putih dan teksturnya kompak
Gambar 4.1a. Kalus yang tumbuh selama 4 minggu, disubkultur pada medium yang sama. Kalus yang terbentuk setelah disubkultur berwarna putih kehijauan
dan teksturnya kompak Gambar 4.1b. Kalus hasil subkultur kedua, dipilih berdasarkan ukuran dan berat yang relatif sama. Kalus yang dipilih dielisitasi pada
medium perlakuan yang telah diberi dinding sel Saccharomyces cerevisiae dengan beberapa variasi konsentrasi elisitor. Kalus pada media perlakuan diinkubasi
selama 1 minggu pada ruang steril, selanjutnya kalus dipanen dan dapat dilihat perubahan pada bagian permukaan kalus yang bersentuhan langsung dengan
media. Permukaan kalus berwarna kuning tua hingga kecoklatan Gambar 4.1c. Morfologi kalus daun teh Camellia sinensis L. pada usia 2 minggu, 12 minggu
sebelum dielisitasi dan 13 minggu setelah dielisitasi dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Kalus Teh: a usia 2 minggu, 1 berwarna putih dan teksturnya kompak, 2 sisa eksplan yang menggembung; b usia 12 minggu
sebelum dielisitasi, berwarna putih kehijauan dan teksturnya kompak perbesaran 10x10; c usia 13 minggu setelah
dielisitasi, 3 pada bagian yang bersentuhan dengan media dan tepi kalus berwarna coklat, dan teksturnya kompak perbesaran
10x10.
Berdasarkan Gambar 4.1a di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan kalus pada bagian tepi yang dipotong menunjukkan respon tanaman untuk melindungi
diri dari rangsangan yang diberikan, sehingga jaringan membentuk sel-sel baru dan terus mengalami pembelahan tanpa mengalami diferensiasi. Namun
pertumbuhan yang terjadi berlangsung lambat. Sedangkan pada Gambar 4.1b dapat dilihat bahwa pertumbuhan kalus hasil subkultur lebih cepat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kalus 4 minggu setelah tanam. Pertumbuhan yang cepat disebabkan oleh kalus yang terbentuk sudah mengalami adaptasi
dengan medium baru sehingga kalus dapat menyerap nutrisi dengan baik. Perubahan warna pada kalus dapat disebabkan karena kalus dapat memanfaatkan
cahaya lampu yang diberikan untuk membentuk pigmen hijau. Sedangkan pada kalus hasil elisitasi, terjadi perubahan warna pada bagian permukaan kalus yang
bersentuhan langsung dengan media. Hal ini mungkin disebabkan oleh elisitor yang diberikan mempengaruhi sintesis metabolit sekunder pada kalus yang
ditandai dengan perubahan warna pada kalus akibat senyawa fenol yang dihasilkan.
Menurut Evans et al. 2003, ketika jaringan tanaman dilukai, kemudian diletakkan di atas media padat yang sesuai, maka kalus akan terbentuk pada
permukaan jaringan sebagai respon tanaman untuk memperbaiki jaringan yang rusak, selain cekaman dari medium. Hasil yang sama dilaporkan oleh Sutini 2008
Universitas Sumatera Utara
2010, pertumbuhan kalus dari eksplan pucuk daun teh menunjukkan pertumbuhan pada usia 1 sampai 3 minggu. Kalus yang terbentuk dari jaringan
yang dipotong kemudian melebar hingga seluruh eksplan membentuk kalus. Namun setelah berumur 4 minggu, pertumbuhan kalus sangat lambat. Hal ini
disebabkan karena kalus menyesuaikan diri dengan media baru dan kalus masih berada pada fase lag menuju fase linier, dimana pada fase linier kalus mulai
memproduksi metabolit sekunder. Kalus sebaiknya disubkultur untuk mencegah kematian sel.
Menurut Pandiangan 2011, faktor lingkungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan kalus pada kultur jaringan adalah cahaya dan suhu, sehingga
tingkat kelembaban dalam kultur yang tertutup terpelihara. Umumnya kultur disimpan pada suhu ruang 20-25
C. Cahaya disuplai dengan lampu neon kira-kira 30-50 µmolm
2
det. Iradiasi ini cukup untuk memberi respon morfologi pada kultur. Menurut Hendaryono dan Wijayanti 1994, warna kalus yang terbentuk
dapat disebabkan oleh adanya pengaruh cahaya sehingga terjadi pigmentasi, dan bagian tanaman yang dijadikan sebagai sumber eksplan. Eksplan yang cenderung
berwarna kecoklatan mungkin disebabkan oleh kondisi eksplan yang secara internal mempunyai kandungan fenol tinggi sehingga dengan adanya cahaya akan
menyebabkan teroksidasinya fenol menjadi kuinon. Merurut Hamdiyati 1999 dan Isaac 1992, warna kecoklatan pada kalus
menunjukkan terjadinya sintesis metabolit sekunder. Pencoklatan yang terjadi pada kalus selain karena adanya akumulasi fitoalexin, juga disebabkan adanya
sintesis senyawa fenolik. Menurut Peltonen et al. 1997, sintesis senyawa fenolik diinduksi karena adanya serangan senyawa mikroorganisme atau kondisi cekaman
lainnya. Salah satu senyawa fenolik DHBA asam 2,3-dihidro benzoaat dapat terakumulasi dengan cepat, yaitu sekitar 6 jam setelah elisitasi dilakukan.
4.2 Pengaruh Elisitasi Terhadap Peningkatan Berat Basah Kalus