Metoda Penentuan Kesadahan Standar Baku Kualitas Air Minum

11 Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda, pada umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi, hal ini terjadi karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air Marsidi, R. 2001. Kadar kesadahan yang dianjurkan untuk air yang layak diminum adalah sebesar 10-300 mgL Depkes, 1990. Kadar kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan misalnya penyakit batu ginjal dan karang gigi karena air sadah banyak mengandung ion logam Ca 2+ dan Mg 2+ . Kandungan maksimum kalsium dan magnesium yang diperbolehkan dalam air minum masing-masing adalah 75-200 mgL dan 30-150 mgL Setyaningtyas dkk, 2008.

2.5. Metoda Penentuan Kesadahan

Kesadahan air dinyatakan dengan mgliter CaCO 3 . Metoda yang dapat digunakan dalam menentukan kesadahan air adalah dengan metoda perhitungan dan metoda titrasi EDTA. Metoda perhitungan didasarkan atas perhitungan dari ion-ion yang bervalensi 2 yang didapat dari hasil analisis. Metoda titrasi EDTA banyak digunakan di laboratorium untuk penentuan kesadahan. Metoda ini berhubungan dengan penggunaan larutan EDTA Ethylen Diamine Tetra Acetic atau garam sodium sebagai agen titrasi. Indikator yang digunakan adalah Eriochroma Black T Marsidi, R. 2001. Di alam unsur kalsium banyak ditemukan dan bersifat basa. Sumber utama Ca adalah mineral gips CaSO 4 .2H 2 O, dolomit atau CaMg CO 3 2 , dan kalsium karbonat CaCO 3 . Kalsium dalam bentuk ion Ca 2+ bersama-sama dengan Mg berperan dalam menentukan kesadahan air. Kesadahan air akan mengakibatkan terbentuknya endapan dan dapat dihilangkan dengan menidihkan air tersebut. Ca dalam air dapat dalam bentuk ion Ca 2+ , Ca 2+ HCO 3 - , atau Ca 2+ SO 4 2- . Universitas Sumatera Utara 12 Sama halnya dengan Kalsium, Magnesium juga bersifat basa. Magnesium terutama berasal dari dolomit atau CaMgCO 3 2 . Magnesium dalam air dapat dalam bentuk ion Mg 2+ , Mg 2+ HCO 3 - atau Mg 2+ SO 4 2- Manik, K. E. S. 2003.

2.6. Air Minum Isi Ulang

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum kemasan atau air minum isi ulang dapat terkontaminasi oleh zat kimia, mikroba, dan materi berbahaya yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Contoh zat kimia berbahaya meliputi pecahan kaca dan kepingan logam Winarti, 2006 Menurut SNI 01-3553-2006, definisi air isi ulang adalah air isi ulang yang diperoleh dari air tanah ataupun dari PDAM yang pengolahannya secara sederhana dan banyak dikembangkan oleh masyarakat. Proses produksi AMIU merupakan suatu proses dalam usaha menjadikan air pegunungan yang belum layak dikonsumsi menjadi air yang layak dikonsumsi masyarakat. Air yang berasal dari mata air pegunungan yang dapat dijadikan bahan baku air baku ditampung kemudian diangkut dengan mobil tangki air. Air tersebut ditampung dalam suatu wadah, kemudian dialirkan melalui pipa dan disaring menggunakan alat filter, kemudian disterilisasi dengan ozon. Air yang telah steril dialirkan ke tangki lalu disaring lagi melalui penyaringan halus kemudian diinjeksikan dengan sinar ultraviolet, saring sekali lagi melalui penyaring halus. Air melalui pengisian dimasukkan kedalam botol dan ditutup Kacaribu, 2008. Munculnya usaha air minum isi ulang merupakan fenomena yang tidak dapat dihilangkan. Dengan menjamurnya usaha tersebut, yang diperlukan adalah pengaturan berupa standar produk dan prosesnya. Dengan begitu bukan hanya pihak konsumen yang terlindungi tetapi juga usaha air minum isi ulang itu sendiri Widiyanti. 2004. Universitas Sumatera Utara 13

2.6.1. Depot Air Minum

Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Air minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang bisa diperoleh di depot-depot itu harganya bias sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan depot-depot air minum isi ulang bermunculan. Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan POM atas kualitas depot air minum isi ulang di Jakarta Kompas, 2003 menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah contoh Widiyanti, N. L. P. 2004.

2.6.2. Cara Memilih Depot Air Minum

Cara memilih depot air minum agar tetap aman mengonsumsi air minum isi ulang: a. Cuci botol kemasan dengan sabun pembersih alat dapur yang tidak beraroma. Tujuannya agar tidak mempengaruhi rasa air yang akan diisi nanti. b. Setelah bersih dari air sabun, bilas botol dengan air panas suhu 80 derajat Celcius. c. Lalu, tutup botol dengan rapat dengan plastik bersih. Buka tutup tersebut, tepat sebelum botol diisi air minum isi ulang, sehingga debu tidak mudah masuk. Universitas Sumatera Utara 14 Selain itu, lakukan usaha-usaha desinfeksi sendiri di rumah, misalnya rebus air minum isi ulang tersebut di atas api hingga mendidih selama minimum 2 menit http:F:Cara Mengetahui Bakteri Dalam Air Isi Ulang Kumpulan Artikel Tips.htm.

2.7. Standar Baku Kualitas Air Minum

Penilaian fisik air dapat dianalisis secara visual dengan panca indra. Misalnya keruh atau berwarna dapat langsung dilihat, bau dapat dicium menggunakan hidung. Penilaian tersebut tentu saja bersifat kualitatif. Misalnya, bila tercium bau yang berbeda maka rasa air pun berbeda. Faktor yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan standar kualitas air, yaitu : 1. Kesehatan : faktor kesehatan dipertimbangkan dalam penetapan standar guna menghindarkan dampak merugikan kesehatan. 2. Estetika : faktor estetika diperhatikan guna memperoleh kondisi yang nyaman. 3. Teknis : faktor teknis ditinjau dengan mengingat bahwa kemampuan teknologi dalam pengolahan air sangat terbatas. 4. Menghindarkan efek-efek kerusakan dan gangguan instalasi atau peralatan yang berkaitan dengan pemakaian air yang dimaksud. 5. Toksisitas : faktor toksisitas ditinjau guna menghindarkan terjadinya efek racun bagi manusia. 6. Populasi : faktor populasi dimaksudkan dalam kaitannya dengan kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh suatu polutan. 7. Proteksi : faktor proteksi dimaksudkan untuk menghindarkan atau melindungi kemungkinan terjadinya kontaminasi. 8. Ekonomi : faktor ekonomi dipertimbangkan dalam rangka menghindarkan kerugian-kerugian ekonomi Purbowarsito, H. 2011. Universitas Sumatera Utara 15 Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga : untuk air minum, air mandi, dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan internasional WHO dan APHA ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan Ri No.173Men.KesPERVIII77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Kualitas air tersebut menyangkut : a. Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan. b. Kualitas Kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. c. Kualitas Biologis berhubungan dengan kehadiran mikroba pathogen penyebab penyakit, terutama penyakit perut, pencemar terutama bakteri coli dan penghasil toksin Widiyanti. 2004. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan digunakan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa mulai dari yang sangat sederhana sampai pada pengolahan yang mahirlengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bias dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu, dalam praktek sehari-hari pengolahan air menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber Universitas Sumatera Utara 16 persediaan atau tidak. Semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut Asmadi. 2011.

2.8. Logam