BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan hukum nasional yang pada saat sekarang ini merupakan masalah hangat, karena didorong oleh adanya semangat untuk menegakkan The
Rule of Law, dan didukung oleh perasaan tidak puas terhadap hukum-hukum positif sekarang ini.
Dalam rangka proses pembangunan di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, permasalahan hukum adalah merupakan suatu hal yang tidak
dapat diabaikan termasuk dalam hal ini permasalahan-permasalahan yang berada dalam ranah hukum pidana.
Pembangunan dalam bidang hukum khususnya pembangunan hukum pidana, tidak hanya mencakup pembangunan yang bersifat struktural, yakni
pembangunan lembaga-lembaga hukum yang bergerak dalam suatu mekanisme, tetapi juga harus mencakup pembangunan substansial berupa produk-produk yang
merupakan hasil suatu sistem hukum dalam bentuk peraturan hukum pidana dan yang bersifat kultural, yakni sikap-sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
berlakunya sistem hukum.
1
Hukum pidana tidak akan terlepas dari masalah pokok yang menjadi titik perhatiannya. Masalah pokok dalam hukum pidana tersebut meliputi masalah
tindak pidana perbuatan jahat, kesalahan dan pidana serta korban sebagai objek dalam ilmu hukum pidana. Masalah perbuatan jahat perlu dibedakan ke dalam
1
Nyoman Serikat Putra Jaya, Relevansi Hukum Pidana Adat dalam Pembaharuan Hukum Pidana
Nasional, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, Hal. 3-4.
Universitas Sumatera Utara
perbuatan jahat sebagai gejala masyarakat dipandang secara konkret sebagaimana terwujud dalam masyarakat, yaitu perbuatan manusia yang
memperkosamenyalahi norma-norma dasar masyarakat secara konkret. Ini adalah pengertian “perbuatan jahat”dalam kriminologis. Perbuatan jahat dalam arti
hukum pidana, perbuatan jahat disini adalah perbuatan jahat sebagaimana terwujud in abstractio dalam peraturan-peraturan pidana.
2
Perbuatan-perbuatan pidana ini menurut wujud atau sifatnya adalah bertentangan dengan tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh hukum,
perbuatan-perbuatan tersebut adalah perbuatan yang melawan melanggar hukum. Tegasnya perbuatan-perbuatan tersebut merugikan masyarakat, dalam arti
bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang baik dan adil. Dapat pula dikatakan bahwa perbuatan-perbuatan
pidana itu bersifat merugikan masyarakat, jadi anti-sosial. Karenanya perbuatan- perbuatan itu dilarang keras atau pantang dilakukan.
3
Perkembangan masyarakat pada masa sekarang ini mengakibatkan banyak kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan oleh masyarakat sebagai suatu
tindakan yang telah menyimpang dari hukum yang ada. Faktor ekonomi serta pendidikan yang rendah mengakibatkan adanya efek negatif yang berkembang di
dalam masyarakat sehingga menimbulkan suatu perbuatan yang bisa dikategorikan sebagai suatu kejahatan dan meresahkan masyarakat sekitar.
Hukum Pidana seringkali digunakan untuk menyelesaikan masalah sosial
2
Fuad Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, UMM Press, Malang, 2004, Hal. 32.
3
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta,2008, Hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
khususnya dalam penanggulangan kejahatan khususnya masalah perjudian sebagai salah satu bentuk penyakit masyarakat, salah satu bentuk patologi sosial.
4
Perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk patologi sosial. Sejarah perjudian sudah ada di muka bumi ini sejak beribu-ribu
tahun yang lalu, sejak dikenalnya sejarah manusia. Masih segar menempel di ingatan sewaktu masih kecil, tengah bermain-main kelereng. Barangsiapa yang
menang, mendapat hadiah segenggam gundu atau kemenangan dalam jenis permainan lainnya mendapat hadiah berupa: digendong oleh temannya melintas
halaman. Dalam permainan karet gelang jika kalah bermain, sebab gelang karetnya tertindih oleh milik lawan, dia harus membayar 5 gelang karet.
Bermacam-macam bentuk permainan anak-anak itu sudah mengandung unsur perjudian secara kecil-kecilan, karena di dalamnya ada unsur pertaruhan.
5
Pada dasarnya, individu yang melakukan tindakan judi disebabkan oleh adanya ekspektasi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya utility
maximitation bagi kesejahteraannya. Ekspektasi tersebut kemudian membuat para pelaku judi melakukan spekulasi-spekulasi dengan cara-cara yang destruktif
yang menghalalkan segala cara. Kemenangan yang dirasakan ketika berhasil Perjudian merupakan penyakit sosial yang buruk. Kemenangan yang
dihasilkan dari perjudian tidak akan bertahan lama dan justru akan berakibat pada pengrusakan karakter individu dan akan merusak kehidupannya. Banyak sudah
fakta menceritakan bahwa pemenang judi tidak selalu memiliki hidup yang sejahtera, sebagian besar mengalami kemiskinan yang begitu parah dan
mengalami keterasingan dari keluarga dan masyarakat.
4
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Rajawali Pers, Jakarta, 1992, Hal. 57.
5
Ibid, Hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
meraup keuntungan membuat eskalasi kegembiraan yang sangat tinggi dan mengantar keinginan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi. Salah
satu cara destruktif yang digunakan oleh para pelaku tindakan judi adalah akan mempertaruhkan segala sesuatu yang dianggap sebagai harta untuk diserahkan di
tempat perjudian. Kelanjutan dari perilaku tersebut akan berefek kepada tindakan- tindakan yang menyimpang lainnya disfungtional behaviour, tidak lagi
mematuhi pranata-pranata sosial, norma, nilai dan hukum positif sehingga akan menimbulkan virus di dalam masyarakat, bila tidak diselesaikan secara
komprehensif, baik secara persuasif dan preventif maka akan menimbulkan penyakit sosial masyarakat. Penyakit sosial akan sulit diobati bilamana didukung
oleh suatu kebiasaan atau perilaku menetap yang telah dilakukan oleh sebagian masyarakat pada generasi sebelumnya yang terus menerus masih dilestarikan
seperti perilaku sabung ayam dan sejenisnya yang di dalamnya ada unsur judi. Terdapat pula pemahaman yang keliru oleh sebagian masyarakat bahwa perilaku-
perilaku yang cenderung beraroma judi dianggap sebagai permainan dan filantropi kerelaan memberikan sumbangan kepada pihak lain namun semua itu jelas
menggambarkan model judi yang dimodifikasi.
6
Perjudian di satu pihak sangat erat berkaitan dengan kehidupan dunia bawah underworld, tapi di pihak yang lain dilegatisasi dan seakan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari dunia rekreasi dan hiburan. Keberanian dalam mengambil risiko dan ketangguhan menghadapi ketidakpastian dalam dunia
perjudian dan bisnis merupakan dua elemen yang nuansanya sama, kendati dalam konteks yang amat berbeda. Oleh sebab itu, dalam komunitas masyarakat tertentu
6
https:purplenitadyah.wordpress.com20120505patologi-sosial-perjudian-2 diakses
tanggal 26 September 2016
Universitas Sumatera Utara
perjudian tidak dianggap sebagai perilaku menyimpang yang dapat menimbulkan masalah moral dalam komunitas. Berbeda dengan pendapat tersebut, American
Psychiatric Association APA menyatakan bahwa perilaku berjudi dapat dianggap sebagai gangguan kejiwaan yang termasuk dalam Impuls Control
Disorder, jika perilaku berjudi tersebut sudah tergolong kompulsif. Hal ini didasarkan atas kriteria perilaku yang cenderung dilakukan secara berulang-ulang
tanpa dikendalikan, sudah mendarah daging dan sulit untuk ditinggalkan.
7
Selain itu kasus yang banyak terjadi adalah tindak pidana perjudian yang dilakukan oleh sebagian orang adalah tindak pidana perjudian yang sama sekali
baru. Baru dalam artian cara melakukan serta alat-alat yang digunakan untuk berjudi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan iptek termasuk juga lingkungan
dimana mereka sering berinteraksi. Seperti mengenai judi yang dilakukan dalam dunia maya, Pemerintah khususnya Lembaga Perwakilan Rakyat yang salah satu
fungsinya adalah legislasi, membentuk peraturan-peraturan mengenai kejahatan di dalam dunia maya termasuk perjudian. Hal tersebut dapat kita lihat dalam
Pada dasarnya telah ada pengaturan mengenai tindak pidana perjudian sebagaimana diatur dalam Pasal 303 KUHP serta Undang-undang No. 7 Tahun
1974 tentang Perjudian. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih ditemukan beberapa kelemahan. Suatu permainan dapat dikatakan judi apabila beberapa
orang telah tertangkap tangan sedang bermain suatu permainan yang telah dikategorikan judi di dalam peraturan oleh petugas yang berwenang. Artinya,
pelaku judi tidaklah perlu takut harus ditangkap akibat laporan dari pihak lain selama pelaku tidak tertangkap tangan oleh aparat ketika sedang bermain judi.
7
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ITE terkhusus pada Pasal 27. Kenyataannya adalah masih banyak di bentuk-
bentuk perjudian yang dilakukan yang belum diketahui oleh Pemerintah yang berkembang dari masing-masing daerah.
Judi atau permainan “judi” atau “perjudian” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “permainan dengan memakai uang sebagai taruhan”.
8
Berjudi ialah
9
Sedangkan menurut Kartini Kartono dalam bukunya Patologis Sosial, perjudian adalah
: “Mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan tebakan
berdasarkan kebetulan dengan tujuan mendapatkan sejumah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula”.
10
1. Adanya pengharapan untuk menang;
: “Pertaruhan dengan sengaja; yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu
yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan- harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan,
perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya”.
Berdasarkan Pasal 303 ayat 3 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, perjudian dinyatakan sebagai berikut:
“Main judi berarti tiap-tiap permainan yang kemungkinannya akan menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja; juga kalau
kemungkinan bertambah besar, karena pemain lebih pandai atau lebih cakap. Main judi mengandung juga segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau main itu, demikian juga segala pertaruhannya.”
Berdasarkan defenisi tersebut maka Permainan Judi hazardspel mengandung unsur:
8
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, Hal. 419.
9
Ibid
10
Kartini Kartono, Op.cit, Hal. 51-52.
Universitas Sumatera Utara
2. Bersifat untung-untungan saja;
3. Ada yang dipertaruhkan;
4. Ada insentif berupa hadiah bagi yang menang; dan
5. Pengharapan untuk menang semakin bertambah jika ada unsur kepintaran,
kecerdasan dan ketangkasan. Secara hukum, pihak yang dapat dihukum dalam perjudian, ialah
11
1. Orang atau Badan Hukum Perusahaan yang mengadakan atau memberi
kesempatan main judi sebagai mata pencahariannya, dan juga bagi mereka yang turut campur dalam perjudian sebagai bagian penyelenggara judi atau
juga sebagai pemain judi. Walaupun di tempat tersembunyi tetap dapat dihukum.
:
2. Orang atau Badan Hukum Perusahaan yang sengaja mengadakan atau
memberi kesempatan untuk main judi kepada umum. Dalam hal ini tidak perlu disyaratkan sebagai mata pencaharian, asal di tempat umum yang dapat
dikunjungi orang banyakumum dapat dihuku, kecuali ada izin dari pemerintah bahwa judi tersebut tidak dapat dihukum.
3. Orang yang mata pencahariannya dari judi.
4. Orang yang hanya ikut pada permainan judi yang bukan sebagai mata
pencaharian.
Perjudian dalam proses sejarah generasi ternyata tidak mudah untuk diberantas. Ironisnya sekalipun secara eksplisit hukum menegaskan bahwa segala
bentuk “judi” telah dilarang dengan tegas dalam undang-undang, namun segala bentuk praktik perjudian menjadi diperbolehkan jika ada “izin” dari pemerintah.
Hal ini tertuang dalam Pasal 303 bis ayat 1 ke-2 yaitu:
“Barangsiapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari
penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu”
Di dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa turut bermain judi di jalan umum merupakan suatu kejahatan kecuali jika telah ada izin dari pemerintah yang
11
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor, 1994,Hal. 192.
Universitas Sumatera Utara
berwenang. Kenyataannya adalah hasil perjudian pernah dipergunakan oleh pemerintah untuk usaha-usaha pembangunan, sebagai contohnya, di Provinsi DKI
Jakarta semasa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin yang melegalkan perjudian dan prostitusi. Namun, terlepas dari itu pengaruh negatif dari perjudian lebih besar
daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu pemerintah dan aparat hukum terkait harus mengambil tindakan tegas agar masyarakat menjauhi dan akhirnya
berhenti melakukan tindakan perjudian.
12
B. Rumusan Masalah