Profesionalisme guru di Madrasahh Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bogor

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SITI KHOLIFAH

204018203278

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siti Kholifah

Nim : 204018203278 Jurusan : Kependidikan Islam

Fakutas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 September 2011

.


(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: Siti Kholifah NIM: 204018203278

Dibawah bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Yefnelti Z, M.Ag Drs. Hasyim Asy`ari, M.Pd NIP: 195311011982032001 NIP: 196610091993031004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(4)

diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata (S1) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam.

Jakarta, 05 Desember 2011 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil

NIP. 195605301985031002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. H. Mu`arif Sam, M.Pd

NIP. 196507171994031005 . . .

Penguji I

Dr. Sururin, M.Ag

NIP. 197103191998032001 Penguji II

Drs. H. Masyhuri, A.M., M.Pd NIP. 195005181987031002

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dra. Nurlena Rifa`i, M.A., Ph. D NIP.195910201986032001


(5)

i

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional. Karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Profesionalisme guru merupakan komitmen para guru dalam meningkatkan profesinya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam mengerjakan tugasnya sebagai guru. Tujuannya agar dapat memenuhi kewajibannya, yaitu mengajar, mendidik, dan membimbing siswa. Untuk itu, guru senantiasa harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi sosial, pribadi, maupun profesional. Salah satunya dengan mengikuti berbagai program peningkatan profesionalisme guru dan tidak lupa untuk menerapkannya di lapangan atau dalam proses belajar mengajar maupun dalam penampilan serta sikapnya di lingkungan masyarakat. Karena sikap guru menjadi cerminan atau teladan bagi siswa dan masyarakat di sekitarnya.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor, dengan metode deskriptif analisis. Yaitu metode yang meneliti dan menemukan informasi seluas-luasnya tentang variabel yang bersangkutan, sebagai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah guru yang berjumlah 69. Namun, dalam hal ini kuesioner disebarkan kepada siswa karena mereka yang akan menilai para guru.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka sampailah kepada kesimpulan bahwa tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor termasuk dalam kategori “cukup baik”. Hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase nilai rata-rata skor penilaian berdasarkan variabel sebesar 68,33% yang menunjukkan cukup baik. Ini berarti para guru di MAN 2 Kota Bogor memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai pendidik.


(6)

ii Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalaamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sang pemilik kerajaan langit dan bumi, Maha Berilmu dan Maha Mengetahui, yang memberikan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan izin dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh manusia yang menyerukan kebenaran.

Skripsi dengan judul “Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Nurlena Rifa`i, M.A., Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan sekaligus ketua program studi Manajemen Pendidikan Drs. Mu’arif Sam M.Pd, Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam.

3. Ibu Dra.Yefnelty Z, M.Ag, dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd, dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi nasehat serta motivasi kepada penulis.


(7)

iii MAN 2 Kota Bogor.

5. Seluruh staf administrasi dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah banyak membantu penulis dalam proses birokrasi jurusan.

6. Suamiku tercinta, Firman Syah, S.Sos.I yang senantiasa menyayangi sekaligus memotivasi sehingga penulis terus bersemangat.

7. Kedua orang tuaku tercinta Almarhumah Ibuku Marhamah dan Ayahku Nasikin serta Ibu Sulastri yang telah memberikan segenap do’a, perhatian serta kasih sayangnya kepada penulis.

8. Kakak dan Adikku tersayang Mas Ipul dan Bulloh, yang tidak bosan-bosannya memberikan saran dan kritik serta motivasinya kepada penulis. 9. Sahabat-sahabat KI-MP senasib seperjuangan terutama Susi, Alin, Amin, Ka

Vita, dan Dewi doank. Makasih ya sob atas kebersamaan dan motivasinya. 10. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik yang bersifat membangun dan sangat berguna demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya, khususnya bagi penulis pribadi. Aamiiin.

Wassalaamu ’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 10 Desember 2011


(8)

iv Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pengesahan Panitia Ujian

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Profesionalisme Guru ... 6

B. Kompetensi Profesional Guru ... 9

C. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional ... 14

D. Ciri-Ciri Guru Profesional... 17

E. Tugas dan Peran Guru ... 17

F. Kode Etik Profesi Guru ... 21

G. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru ... 21

1. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru ... 22

2. Pembinaan Guru ... 25


(9)

v

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Metode Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MAN 2 Kota Bogor ... 36

1. Sekilas Tentang MAN 2 Kota Bogor ... 36

2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 2 Kota Bogor ... 37

3. Keadaan Guru MAN 2 Kota Bogor ... 38

4. Sarana dan Prasarana ... 41

B. Analisa Data ... 42

1. Deskripsi Data ... 42

2. Analisis dan Interpretasi Data ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran-Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

vi

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Kepala Sekolah... 33

Tabel 3 Kategori Penilaian... 35

Tabel 4 Keadaan Guru PNS MAN 2 Kota Bogor ... 38

Tabel 5 Keadaan Guru Honorer MAN 2 Kota Bogor ... 40

Tabel 6 Guru Mengaitkan Materi Yang Diajarkan Dengan Pengalaman Siswa ... 42

Tabel 7 Cara Mengajar Guru Sesuai Dengan Kemampuan Siswa... 43

Tabel 8 Tingkat Pemahaman Siswa Terhadap Materi Yang Diajarkan Guru ... 43

Tabel 9 Referensi Yang Digunakan Tidak Hanya Dari Satu Sumber... 44

Tabel 10 Guru Menjelaskan Materi Yang Tidak Dikuasainya Pada Pertemuan Berikutnya ... 44

Tabel 11 Penerapan Teknik Mengajar Secara Bervariasi ... 45

Tabel 12 Penerapan Teknik Mengajar Sesuai Karakteristik Siswa... 45

Tabel 13 Guru Mengajar Dengan Metode Ceramah Disertai Metode Tanya Jawab... 46

Tabel 14 Mengembangkan Alat/Media Belajar ... 46

Tabel 15 Penerapan Alat/Media Belajar Sesuai Karakteristik Siswa ... 47

Tabel 16 Guru Mengajukan Pertanyaan Kepada Siswa Pada Akhir PBM ... 47

Tabel 17 Pelaksanaan Evaluasi Belajar... 48

Tabel 18 Pertanyaan Sesuai Dengan Topik Yang Telah Diajarkan ... 48

Tabel 19 Guru Mengulas Kembali Soal-Soal Yang Tidak Dikuasai Siswa... 49

Tabel 20 Keluwesan Guru Dalam Mengajar... 49

Tabel 21 Guru Menguasai Materi Yang Diajarkan... 50

Tabel 22 Guru Memiliki Pengetahuan Yang Luas... 50

Tabel 23 Guru Berbagi Pengalaman Belajar Kepada Siswa ... 51

Tabel 24 Guru Terampil Dalam Mengajar... 51


(11)

vii

Tabel 29 Menghukum Siswa Yang Tidak Disiplin... 54

Tabel 30 Guru Menjelaskan Materi Disertai Contoh-Contoh Pengalaman Siswa ... 54

Tabel 31 Guru Memberi Kebebasan Berpendapat Kepada Siswa ... 55

Tabel 32 Memberikan Tugas Pekerjaan Rumah Yang Sesuai Dengan Topik . 55 Tabel 33 Guru Mensyaratkan Kebersihan Kelas Pada Saat PBM Berlangsung ... 56

Tabel 34 Penerapan Pola Tempat Duduk Siswa ... 56

Tabel 35 Memantau Siswa Ke Setiap Sudut Kelas ... 57

Tabel 36 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Indikator... 58


(12)

viii 2. Pedoman Wawancara

3. Hasil Wawancara

4. Skor Perhitungan Kuesioner Profesionalisme Guru Di MAN 2 Kota Bogor 5. Surat Pengajuan Proposal Skripsi

6. Surat Bimbingan Skripsi

7. Surat Keterangan MAN 2 Kota Bogor 8. Lembar Uji Referensi


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Oleh karenanya pendidikan selalu menjadi bahan pembicaraan atas maju atau mundurnya perkembangan suatu bangsa.

Masa depan bangsa sangat erat kaitannya dengan komitmen politik dan upaya nyata bangsa dalam membangun pendidikan untuk mencerdaskan generasi muda. Sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alenia ke-4, salah satu cita-cita kemerdekaan nasional Indonesia adalah keinginan untuk mencerdaskan bangsa. Semangat tersebut seharusnya memberikan spirit dan komitmen semua elemen bangsa, khususnya para penyelenggara negara, untuk menyatukan visi dan misi serta tekad dalam membangun mutu pendidikan nasional.1

Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses pendidikan, karena harus didesain sedemikian rupa melalui perencanaan yang sistematis. Ketika berbicara pembelajaran, maka tidak bisa lepas dari peran dan fungsi guru, karena guru merupakan tokoh sentral dalam proses pembelajaran.

Mohammad Surya mengemukakan satu pandangan bahwa upaya mencapai

1

Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), cet. I, h. 5


(14)

pendidikan berkualitas harus dimulai dengan guru yang berkualitas. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan tanpa memperhitungkan guru secara nyata, hanya menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka.2 Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional. Karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Dengan kesadaran tersebut, diharapkan guru akan senantiasa melaksanakan tugasnya secara baik dan benar.

Guru profesional adalah guru yang berkemampuan dalam meminimalisir kesalahan-kesalahan. Hal ini biasa terjadi saat kegiatan belajar mengajar.3 Melalui sikap guru yang profesional tersebut, maka kompetensi guru dapat terwujud. Sebab, kompetensi sendiri dinilai penting bagi guru dalam menjalankan tugasnya.

Sebagaimana dikutip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang menyatakan bahwa kompetensi adalah keadaan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang memadai dalam suatu hal atau pekerjaan.4

Guru juga semestinya peka di setiap saat baik terkait sekolah, ilmu pengetahuan, maupun murid. Yakni tanggap terhadap perubahan-perubahan yang ada, baik di dalam maupun di luar lingkungan kelas dan sekolah.

Pembaharuan ilmu pengetahuan ke depan harus terus ditingkatkan. Mengingat penemuan-penemuan tentang sesuatu yang baru akan terus berlangsung dan berkembang. Semua sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dalam menghadapi perkembangan zaman.

Di sinilah tugas guru untuk senantiasa meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan kualitas pendidikannya, sehingga apa yang diberikan kepada siswa tidak tertinggal dengan perkembangan zaman.

Dengan ini, nantinya apa yang menjadi cita-cita dunia pendidikan dalam menghasilkan prestasi belajar siswa secara baik dapat terwujud.

2

Mohammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet. 1, h.4

3

Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, Juli 2011), cet. I, h. 10

4

Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, Agustus 2010), cet. 5, h. 465


(15)

Seorang guru yang profesional dituntut sejumlah persyaratan minimal, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai. Yakni pentingnya kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru yang ditempuh. Poin lainnya yaitu memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa yang kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus.5

Guru sebagai agen pembelajaran, wajib memenuhi kualifikasi pendidikan minimum, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 8 yang menyebutkan bahwa:

”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.6

Kualifikasi pendidikan guru dijenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah minimal D-4 atau S1. Artinya kelayakan profesi seorang guru baru dapat diakui apabila ia telah berlatar belakang pendidikan setingkat dengan D-4 atau S1.7

Setiap guru harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Dengan kompetensi tersebut, guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya.

MAN 2 Kota Bogor yang terletak di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor merupakan salah satu lembaga pendidikan yang peduli terhadap keberlangsungan proses pendidikan di lingkungan sekitar. Banyak siswa dari berbagai latar belakang lingkungan keluarga mengikuti proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pada akhirnya, mereka dapat memperoleh binaan, bimbingan,

5

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 50

6

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, h. 88

7

Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h. 47


(16)

serta didikan dari para guru.

Sebagai lembaga pendidikan formal, MAN 2 Kota Bogor bermaksud memberikan layanan secara optimal terkait berbagai kegiatan kependidikan, terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar dan hasil dari pembelajaran siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya. Sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.

Berdasarkan data dan pengamatan yang diperoleh, terdapat beberapa kelemahan di MAN 2 Kota Bogor, yaitu:

1. Beberapa guru masih ada yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan minimum.

2. Kualifikasi dan latar belakang tidak sesuai dengan bidang tugas guru. 3. Kurang disiplin seperti guru terlambat saat masuk kelas.

4. Cara mengajar beberapa guru yang masih monoton.

Untuk memperbaiki kelemahan tersebut, banyak upaya yang telah dilakukan oleh MAN 2 Kota Bogor. Caranya dengan meningkatkan kinerja para guru.

Berdasarkan penjabaran yang di atas, penulis coba untuk melihat dan menggali lebih jauh bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor. Itu semua akan diaktualisasikan dalam karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul ”Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor? 2. Apakah tingkat profesionalisme guru-guru di MAN 2 Kota Bogor sudah

memenuhi persyaratan?

3. Bagaimana pelaksanaan tugas guru di MAN 2 Kota Bogor dalam proses belajar mengajar?

4. Apa saja upaya yang dilakukan dalam meningkatkan profesionalisme guru MAN 2 Kota Bogor?


(17)

5. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menghambat upaya peningkatan profesionalisme guru MAN 2 Kota Bogor?

6. Apakah sarana dan prasarana sebagai penunjang guru dalam pelaksanaan tugasnya sudah memadai?

C.

Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini terarah, maka Penulis akan membatasi penelitian ini pada:

1. Penerapan kompetensi profesional guru di MAN 2 Kota Bogor. 2. Pemenuhan syarat profesional guru di MAN 2 Kota Bogor. 3. Pelaksanaan tugas guru dalam proses belajar mengajar. 4. Tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor.

D.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang ada, maka perumusan masalah yang penulis ambil adalah: Bagaimana profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?

E.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan untuk para pengelola sekolah MAN 2 Kota Bogor mengenai profesionalisme guru.

2. Bagi peneliti: sebagai bahan kelengkapan wawasan pengetahuan, keterampilan serta implementasi dari ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan dan aplikasinya dalam kenyataan lapangan.

3. Bagi pembaca: sebagai sarana kelengkapan khazanah ilmu pengetahuan terutama mengenai profesionalisme guru.


(18)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Profesionalisme Guru

Agar dapat memahami hakikat profesionalisme guru, penulis akan terlebih dahulu menelaah hakikat profesi dan hakikat guru.

Secara etimologi, “profesi” berasal dari istilah bahasa Inggris “profession” atau bahasa Latin “profecus”, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.8

Profesi yang demikian itu merupakan salah satu tanggung jawab sebagai pekerja guna menyukseskan sebuah pekerjaan. Tugas yang dapat dilaksanakan secara baik, maka akan lebih mudah dalam menatap masa depan.

Sedangkan secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.9

Jadi, seseorang yang akan memegang suatu profesi harus memiliki pengetahuan teoritis yang dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi. Memiliki pengetahuan teoritis ditambah dengan keahlian khusus, dapat diterapkan dalam suatu pekerjaan yang ditentukan atau dicita-citakan.

8

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 20

9


(19)

Menurut Kunandar, profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi serta penguasaan khusus yang mendalam. Seperti bidang hukum, militer, keperawatan, kependidikan dan sebagainya.10 Sedangkan menurut Moeliono, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.11

Dari beberapa pengertian profesi di atas, maka dapat dipahami bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan atau jabatan yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang telah diprogram secara khusus. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang. Untuk itu, memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus.

Selanjutnya kata profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.12

Mengenai definisi guru, dalam bahasa sansekerta, secara etimologis, gu berarti kegelapan dan ru adalah membebaskan diri. Artinya, guru adalah pembebas kegelapan menuju pencerahan. Dalam versi lain dikatakan, bahwa ‘Gu’ berarti kegelapan, dan ‘ru’ menghalau. Artinya, kata ‘guru’ lebih mangacu kepada orang yang menghalau kegelapan serta membawa lebih banyak pemahaman dan pencerahan.13

Di sinilah pentingnya peranan guru dalam membentuk kepribadian siswa. Sukses tidaknya siswa, selain dari dirinya sendiri dalam memahami ilmu pengetahuan, juga tergantung guru dalam memberikan ilmu pengetahuan.

Dalam falsafah lain, kita juga mengenal sehari-hari bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru. Yakni seseorang yang memiliki kharisma atau

10

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 45

11

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), cet. 3, h. 13

12

Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 23

13


(20)

wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru merupakan orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.14

Jadi, guru adalah orang dewasa yang berkewajiban mendidik dan membimbing peserta didik. Dituntut berperilaku sesuai dengan apa yang diajarkan. Sehingga dapat menjadi guru teladan bagi peserta didiknya.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Pasal 39 Ayat (2) yang berbunyi pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Setelah kita mengetahui hakikat profesi dan guru maka dapat dipahami bahwa profesionalisme guru merupakan komitmen para guru dalam meningkatkan profesinya. Secara terus-menerus, para guru mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam mengerjakan tugasnya. Yaitu, untuk dapat memenuhi kewajiban dalam mengajar, mendidik dan membimbing siswa sekaligus dapat memperoleh penghasilan dari tugas yang diembannya itu.

Komitmen berarti keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Komitmen guru untuk bersikap selaras antara perkataan dan perbuatan merupakan pekerjaan yang berat. Namun sikap seperti ini harus melekat pada guru, sehingga siswa akan dapat menemukan contoh nyata dari sosok guru yang mereka hadapi setiap hari di kelas.

Guru profesional akan tercermin dalam penampilannya melaksanakan tugas-tugas. Ditandai dengan berbagai keahlian, baik dalam penguasaan materi maupun metode yang digunakan dalam mengajar. Keahlian dimaksud adalah keahlian yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus.

14

Hamzah, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 15


(21)

Di samping keahliannya, sifat dan sikap guru profesional ditunjukkan dalam melaksanakan pengabdian. Memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, jujur, berwibawa, serta rasa kasih sayang terhadap sesama.

B. Kompetensi Profesional Guru

Sebelum membahas lebih jauh tentang kompetensi profesionalisme guru, terlebih dahulu mengkaji hakikat kompetensi.

Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja tersebut.15

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana dikemukakan sebagai berikut:

Menurut Usman kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.16 Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya. Sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik sebaik-baiknya.17

Sedangkan menurut Abdul Majid, kompetensi ialah seperangkat tindakan intelijensia penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.18

Dari beberapa pengertian kompetensi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak saat menjalankan profesi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap. Namun, yang penting adalah penerapannya dalam pekerjaan.

15

Hamzah, Profesi Kependidikan…, h. 62

16

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 14

17

Kunandar, Guru Profesional…, h. 52

18

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,


(22)

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas mengajar guru. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional untuk menjalankan fungsi guru. Artinya, guru bukan saja harus pintar, tetapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980), memberikan tiga dimensi umum (dasar) tentang kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Yaitu, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.19

1. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang mengutamakan budaya Bangsa Indonesia. Rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya.20 Menurut Wina Sanjaya, kompetensi pribadi mencakup antara lain:

a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya.

b. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar-umat beragama. c. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem

nilai, yang berlaku di masyarakat.

d. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru. Misalnya sopan santun dan tata krama.

e. Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan serta kritik.21 Kompetensi kepribadian biasanya diidentikkan dengan kepribadian seseorang. Secara sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Dan kepribadian seorang guru dinilai penting karena guru merupakan cerminan perilaku bagi para siswa. Guru yang memiliki bekal kompetensi pribadi, akan dapat menjadi penuntun yang benar-benar dapat ditiru dan diteladani oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.

19

Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h. 45

20

Kunandar, Guru Profesional…, h. 56

21

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 18


(23)

2. Kompetensi Sosial

Artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial. Baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Adapun yang mencakup kompetensi sosial antara lain:

a. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

b. Kemampuan mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.

c. Kemampuan menjalin kerja sama, baik secara individual maupun kelompok.22

Seorang guru dituntut untuk mempunyai kepribadian utuh dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitar secara baik. Juga memberikan contoh yang baik dalam sifat, sikap dan tutur kata. Karena bagaimana pun guru merupakan panutan dan suri tauladan bagi anak didik. Kemampuan sosial dinilai sangat penting. Sebab manusia bukan makhluk individu. Segala kegiatannya pasti dipengaruhi dan membutuhkan interaksi dengan orang lain. Maka dari itu sebagai makhluk sosial guru juga harus mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Memungkinkan guru membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.23

Secara umum, kompetensi profesional guru dapat diidentifikasikan ke dalam ruang lingkup sebagai berikut:

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan. Baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b. Mengerti serta dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan berbagai alat, media dan sumber belajar yang

relevan.

22

Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, h.19

23


(24)

f. Mampu mengorganisasikan juga melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.24

Sementara itu, Soedijarto berpendapat bahwa kompetensi profesional guru meliputi:

a. Merancang dan merencanakan program pembelajaran. b. Mengembangkan program pembelajaran.

c. Mengelola pelaksanaan program pembelajaran. d. Menilai proses dan hasil pembelajaran.

e. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.25

Kompetensi profesional seorang guru merupakan dasar pijakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pengajar. Dimana seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas untuk menguasai bidang studi yang diajarkan beserta metodologis. Yaitu, pengetahuan tentang konsep teoritik, memilih metode mengajar yang tepat, mampu menggunakan media pengajaran dan lain sebagainya yang berkaitan erat dengan kemampuan mengajar guru.

Guru dapat menerapkan landasan filosofi. Berarti seorang guru harus mengerti dan memahami ilmu yang diajarkan kepada siswa dan mengetahui apa yang harus dicapai (tujuan) dari ilmu tersebut. Dan guru harus mengetahui serta dapat merealisasikan cara-cara atau metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir.

Psikologi merupakan ilmu jiwa. Yakni, ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Guru dapat menerapkan landasan psikologis berarti seorang guru harus mengerti atau mempelajari kondisi kejiwaan siswanya. Seperti, kepribadian siswa, karakteristik atau sifat-sifatnya dan masalah-masalah yang sedang dihadapi siswa. Tujuannya agar guru dapat menyesuaikan pengajaran sesuai dengan kemampuan atau kondisi siswa.

24

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), cet. 1, h. 135

25


(25)

Sosiologi adalah ilmu yang memepelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosial. Guru dapat menerapkan landasan sosilogis. Berarti guru dapat menjalin hubungan dengan baik dan dapat menciptakan suasana yang akrab. Baik dengan kepala sekolah, sesama guru, siswa dan orang tua, termasuk juga dengan masyarakat di lingkungan sekitar, sehingga suasana menjadi harmonis.

Teori belajar adalah suatu pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam setiap mata pelajaran. Seorang guru dalam menerapkan teori belajar harus sesuai dengan perkembangan siswa. Yaitu perubahan tingkah laku, kejiwaan atau karakteristik yang terjadi pada siswa dari tahap ke tahap.

Metode pembelajaran adalah upaya atau cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Media pembelajaran adalah seluruh alat atau bahan yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran untuk tujuan pendidikan. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang dapat digunakan untuk membantu mengoptimalkan hasil belajar. Seperti guru, buku pelajaran, alat atau media belajar, lingkungan dan sebagainya.

Diagnosis merupakan istilah teknis yang diadopsi dari bidang medis. Artinya, upaya atau suatu proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar berarti upaya mencari kelemahan atau latar belakang yang menyebabkan terhambatnya keberhasilan pembelajaran, serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.

Semua hal yang disebutkan di atas merupakan sesuatu yang dapat menunjang terbentuknya kompetensi profesional guru. Kompetensi tersebut dapat berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan, sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan bermutu.

Guru yang dapat atau mampu mengembangkan semua aspek kompetensi di atas dengan baik, niscaya ia tidak hanya memperoleh keberhasilan, tetapi juga memperoleh kepuasan atas profesi yang dipilihnya.


(26)

C. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang. Modal guru dalam penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa belumlah cukup. Karena guru profesional harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru dan lain sebagainya.

Menurut Kunandar yang dikutip dari Sidi (2003), mengatakan bahwa seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya.26

Semua itu tidak lain dalam rangka membantu kelancaran dari tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh guru. Apalagi terkait dengan masa depan anak didiknya dalam meraih masa depan.

Pendapat lain, Oemar Hamalik mengatakan bahwa guru profesional harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki bakat sebagai guru. 2. Memiliki keahlian sebagai guru.

3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. 4. Memiliki mental yang sehat.

5. Berbadan sehat.

6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila.

8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.27

Dengan memenuhi itu semua, seorang guru dapat menjalankan tugas mengajar secara baik dan profesional. Terlebih lagi, persyaratan yang sudah terperinci di atas selalu menjadi pegangan dan dijalani oleh guru.

26

Kunandar, Guru Profesional…, h. 50

27

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press,2006), cet. 2, h. 24


(27)

Sedangkan Uzer Usman menyatakan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang guru, yaitu:

a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Memiliki klien/objek layanan yang tetap. Seperti dokter dengan pasiennya dan guru dengan muridnya.

c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.28 Ditambah dengan ketiganya yang merupakan bagian penting seorang guru, pendidikan di kelas diharapkan berhasil baik sesuai dengan cita-cita bangsa.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Guru menjelaskan bahwa guru harus:

1. Disiplin.

2. Berorientasi kualitas. 3. Rajin dan antusias. 4. Berpikir positif. 5. Fleksibel. 6. Rasional. 7. Etis. 8. Kompeten. 9. Strategi.

Sedangkan menurut Wirawan, persyaratan profesi mencakup antara lain: a. Pekerjaan Penuh

b. Ilmu Pengetahuan

c. Aplikasi Ilmu Pengetahuan d. Lembaga Pendidikan Profesi e. Perilaku Profesional

f. Standar Profesi g. Asosiasi Profesi h. Kode Etik Profesi.29

Pekerjaan penuh memiliki maksud bahwa suatu profesi merupakan pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya agar masyarakat dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Contoh: masyarakat membutuhkan guru. Tanpa guru mereka tidak dapat mengembangkan wawasan pengetahuan.

28

Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 15

29


(28)

Ilmu pengetahuan berarti untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu pengetahuan atau sains tertentu.

Aplikasi ilmu pengetahuan. Bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh harus dipraktekkan atau diterapkan secara terampil di lapangan.

Lembaga pendidikan profesi. Ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk pekerjaan profesi berasal dari lembaga pendidikan tinggi yang khusus mengajarkan, menerapkan, dan meneliti serta mengembangkan ilmu tersebut.

Perilaku profesional. Yaitu perilaku yang memenuhi persyaratan tertentu ketika melaksanakan profesional. Artinya, bahwa penyandang profesi harus memiliki dan mempraktekkan perilaku profesional pada saat melaksanakan tugas.

Asosiasi Profesi. Profesional mengorganisir diri dalam suatu organisasi profesi. Profesi merupakan organisasi inklusif yang beranggotakan hanya profesional bidang tertentu.

Kode etik profesi adalah kumpulan norma-norma yang merupakan pedoman perilaku profesional dalam melaksanakan profesinya.

Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah jabatan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian juga dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan fakultas keguruan lain di luar lembaga IKIP.

D. Ciri-Ciri Guru Profesional

Dalam dunia pendidikan, selain beberapa syarat yang telah disebutkan, guru juga memiliki ciri-ciri profesional.

Ciri-ciri yang dimaksud bertujuan agar guru mampu melaksanakan tugas kegiatan belajar mengajar secara benar dan baik. Yakni mengikuti aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah maupun yang berhubungan dengan keputusan oleh pihak sekolah.

Ciri-ciri profesional yang dimaksud seperti dikatakan Anwar Jasin yaitu: 1. Tingkat pendidikan spesialisnya menuntut seseorang melaksanakan jabatan


(29)

keputusan, mahir dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan.

2. Motif dan tujuan utama memilih jabatan adalah pengabdian kepada kemanusiaan.

3. Terdapat kode etik jabatan yang secara sukarela diterima menjadi pedoman perilaku dan tindakan kelompok profesional yang bersangkutan.

4. Terdapat semangat kesetiakawanan seprofesi (kelompok) misalnya dalam bentuk tolong menolong antara anggota-anggotanya, baik dalam suka maupun dalam duka.30

E. Tugas dan Peran Guru

Pada dasarnya, terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya.

Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.31

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti mendidik, mengajar dan melatih anak didik.

Tugas guru di bidang kemanusiaan adalah menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Hal ini dimaksudkan agar anak didik mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.

Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.

Abu Ahmadi mengelompokkan tugas guru sebagai profesi seperti berikut: 1. Tugas Educational (Pendidikan)

Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberi bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukan ”kepribadian” anak didik. Menjadi manusia yang mempunyai sopan santun tinggi, mengenal kesusilaan, dapat menghargai pendapat orang lain, mempunyai rasa tanggung jawab terhadap sesama, rasa sosial berkembang, dan lain-lain.

30

Drs. Fachruddin Saudagar, M.Pd dan Dr. Ali Idrus, M.Pd, ME, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), h. 97

31

Syaiful Bahri Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta Rineka Cipta, 2000), h. 37


(30)

2. Tugas Instrucsional (Pengajaran)

Di sini kewajiban pendidik dititikberatkan pada perkembangan kecerdasan dan daya intelektual anak didik. Menekankan perkembangan kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor, sehingga anak dapat menjadi manusia yang cerdas dan sekaligus terampil. 3. Tugas Managerial (Pelaksanaan)

Pendidik berkewajiban mengelola kehidupan lembaganya (kelas atau sekolah yang diasuh bagi guru), yaitu meliputi:

a. Personal atau anak didik, yang lebih erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian anak.

b. Material atau sarana, yang meliputi alat-alat, perlengkapan media pendidikan, dan lain-lain yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. c. Operasional atau tindakan yang dilakukan menyangkut metode mengajar,

pelaksanaan mengajar, sehingga dapat tercipta kondisi yang seoptimal mungkin bagi terlaksananya proses belajar mengajar. Dan dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya bagi anak didik.32

Dari uraian tentang tugas guru di atas, dapat diketahui bahwa tugas guru tidak hanya berkecimpung dalam lembaga pendidikan saja, seperti mendidik, mengajar, dan melatih siswa, serta mengelola sarana dan prasarana yang berhubungan dengan belajar mengajar. Namun, seorang guru juga bertugas mendidik, mengajar masyarakat, serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan agar menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.

Di samping tugas-tugas yang begitu kompleks tersebut, guru juga memegang peranan yang strategis, terutama dalam upaya membentuk watak-watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Menurut Sardiman peran-peran tersebut antara lain sebagai informator, organisator, motivator, direktor/pengarah, inisiator, transmiter, fasilitator, mediator, dan evaluator.33

Peranan guru dapat dikatakan besar dalam membentuk kepribadian murid di sekolah. Karenanya, dalam memberikan suatu pengertian dan pelajaran semestinya guru memberikan contoh terlebih dahulu.

Adapun menurut Wina Sanjaya, peranan seorang guru mencakup: 1. Guru sebagai sumber belajar.

2. Guru sebagai fasilitator.

32

Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta Rineka Cipta, 2001), h. 242

33

Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta Raja Grafindo Persada, 2008), h. 144


(31)

3. Guru sebagai pengelola. 4. Guru sebagai demonstrator. 5. Guru sebagai pembimbing. 6. Guru sebagai motivator. 7. Guru sebagai evaluator.34

Informator. Yaitu guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain juga sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

Organisator. Dalam hal ini guru memiliki kegiatan mengelola akademik, menyusun tata tertib sekolah, dan kalender akademik, serta lainnya.

Motivator. Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya ini, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan turunnya prestasi di sekolah.

Direktor/pengarah. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

Inisiator. Maksudnya, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Ide-ide ini harus kreatif dan dapat dicontoh oleh anak didik.

Transmiter yang berarti dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

Fasilitator. Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

Mediator. Dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya, dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah dan mengatur jalannya diskusi. Memberikan jalan keluar dari kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media.

Evaluator. Berarti memberikan penilaian atas segala tindakan yang dilakukan anak didik, baik penilaian dalam belajar maupun kepribadian anak didik.

34


(32)

Selain beberapa peran yang telah disebutkan oleh Wina Sanjaya di atas, menurut Trianto guru dan dosen juga berperan sebagai pemimpin pembelajar dan agen pembaharu.

Sebagai pemimpin pembelajar berarti guru harus mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam proses pembelajaran serta menyeimbangkan pembebasan dan keterlibatan kelas. Sedangkan sebagai agen pembaharu berarti guru dan dosen dapat merubah atau memperbaiki kesenjangan yang terlibat antara nilai dan tujuan dengan pernyataan atau hasil yang dicapai.

Demikianlah beberapa peran yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan terlaksananya peranan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar. Agar mampu menciptakan keluaran atau lulusan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

F. Kode Etik Profesi Guru

Secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik.35 Dimana secara profesional, guru harus berpegang pada kode etik dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian, semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dapat terlaksana secara baik dan benar.

Etik adalah sistem nilai-nilai yang menyatakan apa yang benar dan apa yang salah; apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.36 Karenanya, guru yang senantiasa berpedoman pada kode etik diharapkan senantiasa berjalan sesuai tatanan aturan secara benar. Sehingga tugas yang ada di sekolah dan selama di kelas dalam memberikan ilmu kepada para siswa secara profesional.

Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan yang harus dilaksanakan oleh guru.37

Dari sinilah guru memiliki kedudukan sangat penting dan tanggung jawab yang besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Dengan ini, maka guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode etik agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman bagi

35

Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi…, h. 151

36

Wirawan, Profesi dan Standar…, h. 16

37


(33)

guru untuk tetap profesional (sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi). Adapun maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik adalah untuk menjamin agar tugas pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya.38

G. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani benda hidup, berupa anak-anak atau siswa dengan karakteristik yang tidak sama. Pekerjaan sebagai guru menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Oleh karena itu, peningkatan profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi setiap institusi pendidikan demi meningkatkan efektifitas kerja guru.

1. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru

Dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, perlu dibuat program pengembangan tenaga guru melalui Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru (PPTG). Pada umumnya, PPTG dan tenaga kependidikan dimaksudkan agar guru mampu merespon perubahan dan tuntutan perkembangan iptek, kemajuan kemasyarakatan, termasuk perubahan sistem pendidikan serta pembelajaran secara mikro.39

Dari PPTG ini, terdapat dua kegiatan yaitu kegiatan pendidikan dan kegiatan pelatihan.

a) Pendidikan

Secara umum pendidikan merupakan usaha yang sengaja diadakan dan dilakukan secara sistematis, terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, serta sesuai dengan tingkatan masing-masing. Tujuannya guna menyampaikan, menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau

38

Udin S. Saud & Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h.75

39


(34)

keterampilan yang dikehendaki.40 Dengan berpedoman pada konsep pendidikan tersebut, diharapkan dapat berjalan lancar sesuai visi dan misi.

Sedangkan pendidikan pegawai adalah kegiatan pengembangan sumber daya manuasia untuk meningkatkan total dari pegawai di luar pada bidang pekerjaan atau jabatan saat itu.41

Jadi, pendidikan guru adalah kegiatan pengembangan guru untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimilikinya saat ini.

Dalam hal ini, terdapat dua jenis pendidikan tenaga guru. Yaitu, pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan.42

1) Pendidikan Prajabatan

Pendidikan prajabatan tenaga guru merupakan pendidikan persiapan mahasiswa untuk meniti karir dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti.

2) Pendidikan Dalam Jabatan

Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan selama masa pengabdiannya sebagai guru. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara formal seperti kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Atau pun dapat juga secara informal melalui media massa baik televisi, radio, koran, majalah, maupun publikasi yang lain.

b) Pelatihan

Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja

40

Agus M. Hardjana, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 13

41

Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta), cet. 3, h. 102

42


(35)

pekerja dalam tugas yang diserahkan kepada mereka.43 Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan supaya pekerja dapat lebih luwes dan cermat saat melaksanakan tugas dan menyelesaikan kewajibannya sebagai karyawan.

Ada dua tujuan program latihan karyawan. Pertama, latihan dan pengembangan yang dilakukan untuk menutup ”gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan.44

Pelatihan di sini sangat menentukan keberhasilan atau tidaknya pekerjaan yang diemban. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pekerja, sudah semestinya berbagai pelatihan senantiasa diperogramkan.

Pelatihan-pelatihan yang dimaksud antara lain mencangkup: 1) Pelatihan-pelatihan untuk pelaksanaan program-program baru.

2) Pelatihan-pelatihan untuk menggunakan alat-alat atau fasilitas-fasilitas baru.

3) Pelatihan-pelatihan untuk para pegawai yang akan menduduki job atau tugas-tugas baru.

4) Pelatihan-pelatihan untuk pengenalan proses atau prosedur kerja yang baru.

5) Pelatihan bagi pegawai-pegawai baru, dan sebagainya.45

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan guru di lembaga formal bukan hanya berlangsung tiga atau lima tahun. Setelah menjabat, guru pun perlu menjalani pendidikan lagi. Seperti mengikuti penataran, lokakarya, seminar atau belajar sendiri melalui media massa baik televisi, radio, koran dan sebagainya. Selain itu, guru juga perlu mengikuti berbagai pelatihan, baik di dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.

Di sisi lain, Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) diadakan. Karena melalui PLPG inilah, guru akan lebih memaksimalkan kinerja yang selama ini sudah baik.

43

Hardjana, Training SDM…, h.12

44

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2001), cet. 15. h. 103

45


(36)

Mohammad Saroni dalam karyanya Personal Branding; Guru Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru, mengatakan bahwa pendidikan profesi sangat penting untuk melihat kesesuaian antara bidang studi dengan latar belakang pendidikan guru, guna meningkatkan profesionalisme guru, standar kualitas guru yang senantiasa dikedepankan, pemenuhan standar kualitas guru, serta dalam rangka meningkatkan kompetensi guru.46

Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan kuliah, mengikuti kegiatan atau program pendidikan profesionalitas, dan belajar secara mandiri.

PLPG yang diadakan harus dapat memberikan jaminan untuk terpenuhinya standar kompetensi guru. Adapun model dilaksanakan dengan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Juga disertai workshop Subject Specific Pedagogic (SSP) untuk mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran.47

Sebagaimana disebutkan dalam Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, bahwasannya tujuan dari diadakannya PLPG adalah untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan kelulusan guru peserta sertifikasi.

Penyelenggaraan PLPG sendiri dilaksanakan oleh LPTK dalam jangka waktu kegiatan selama minimal 10 hari dan bobot 90 jam. Materi PLPG disusun dengan memperhatikan empat kompetensi guru, yaitu pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Materi tersebut dapat berupa buku, diktat, atau modul.48

2. Pembinaan Guru

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) mengharuskan

46

Mohammad Saroni, Personal Branding; Guru Meningkatkan Kualitas Dan Profesionalitas Guru, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I, h. 205

47

Website http://www.bahtiar.net/2011/01/sertifikasi-guru-2011-pendidikan dan-latihan-profesi-guru-plpg/

48

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian pendidikan nasional, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), 2011


(37)

orang untuk terus belajar. Lebih-lebih bagi guru, yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar. Sedikit lengah dalam belajar, akan ketinggalan perkembangan, termasuk siswa yang diajar. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan guru.

Menurut Gouzali Saidam, pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.49

Harapannya, para guru akan lebih memiliki inovasi yang bagus di masa akan datang. Konsep pendidikannya pun akan semakin lebih baik.

Pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama dalam wujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas, serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.50

Adanya pembinaan yang seperti ini dan dilakukan dengan kontinyu, tingkat profesionalisme guru dapat dipertahankan dan dikembangkan.

Jadi, tujuan pembinaan guru untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan, terutama bercorak layanan profesional kepada guru dapat dilaksanakan. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.51

Artinya, pembinaan guru merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menyempurnakan dan memberikan inovasi terhadap hasil kerja guru. Dalam hal ini proses tersebut dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dan hasil belajar demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun teknik-teknik pembinaan guru seperti disebutkan dalam Buku Pedoman Pembinaan Guru, yang dikeluarkan meliputi kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat dewan guru, kunjungan antar kelas, penerbitan buletin

49

Gouzali Saidam, Manajemen Sumber Daya Manusia: Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab), (Jakarta: Djambatan, 2000), cet. 2, h. 408

50

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 9

51


(38)

profesional, dan penataran.52

Kunjungan kelas, yaitu kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan mengunjungi ke setiap kelas pada saat guru mengajar di kelas.

Pertemuan pribadi, yakni pertemuan antara kepala sekolah dengan guru untuk berdialog atau bertukar pikiran mengenai usaha peningkatan kemampuan profesional.

Sedangkan rapat dewan guru, merupakan pertemuan antara semua guru dengan kepala sekolah. Pertemuan itu dipimpin oleh kepala sekolah atau seseorang yang ditunjuk olehnya untuk membicarakan segala hal bersangkutan dengan penyelenggaraan pendidikan, terutama proses belajar mengajar.

Sementara kunjungan antar sekolah, yaitu kunjungan yang dilakukan oleh guru-guru bersama kepala sekolah ke sekolah-sekolah lain. Tujuannya untuk belajar dari pencapaian keberhasilan serta menghindari kegagalan yang dialami oleh sekolah tersebut.

Penerbitan buletin, yaitu selebaran berkala yang terdiri dari beberapa lembar berisi tulisan mengenai topik-topik tertentu terkait usaha proses belajar mengajar.

Dan pembinaan dalam kelompok kerja, ialah pertemuan yang dihadiri oleh guru dan kepala sekolah untuk membicarakan suatu masalah. Terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar, kemudian mencari solusi.

3. Penyediaan Sarana dan Prasarana Penunjang

Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pengembangan profesi guru, maka penyediaan sarana bagi kelancaran tugas-tugas profesi merupakan sesuatu yang sangat penting. Sehebat apa pun kualitas SDM tanpa ditunjang sarana yang memadai, tampaknya hasil maksimal akan sulit diharapkan. Oleh sebab itu, tersedianya sarana pendukung tidak dapat diabaikan.

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan. Khususnya dalam proses

52

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 4, h. 176


(39)

kegiatan belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta peralatan dan media pembelajaran.

Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, dan sebagainya.53

Keduanya secara sekilas tidak ada hubungan. Namun, adanya keduanya dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Bila salah satu unsur di antaranya tidak ada, maka kurang lengkap dan mengakibatkan tidak sempurnanya sarana dan prasarana sekolah.

Adapun menurut Departemen Agama sarana dan prasarana yang perlu diadakan meliputi sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok mencangkup seperangkat peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan lengkap dengan petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis), dan buku-buku yang relevan. Sedangkan sarana penunjang terdiri dari peralatan atau perlengkapan kerja. Seperti alat tulis kantor (ATK), mesin ketik/komputer, filing kabinet, ruang kerja, serta sarana pendukung terkait tugas keprofesiannya.54

Lengkapnya sarana dan prasarana membuat semua pihak sekolah dapat melangsungkan belajar dengan baik dan terwujud pendidikan yang maju.

53

Fachrudin Saudagar & Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 156

54


(40)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Bagaimana kompetensi profesional guru di MAN 2 Kota Bogor?

2. Apakah guru-guru di MAN 2 Kota Bogor sudah memenuhi syarat profesional?

3. Bagaimana pelaksanaan tugas guru di MAN 2 Kota Bogor dalam proses belajar mengajar? dan

4. Bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?

B.

Waktu dan Tempat

Penelitian tentang profesionalisme guru ini dilaksanakan di MAN 2 Kota Bogor, tepatnya di Jalan Raya Pajajaran No. 6 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari April hingga Mei 2011.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai persamaan pada karakteristik umum. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 2 Kota Bogor berjumlah 1400 siswa. Namun, karena keterbatasan


(41)

sumber daya yang dimiliki peneliti, maka dibatasi pada populasi terjangkau yaitu siswa kelas XI yang terbagi dalam 9 kelas. Seluruhnya berjumlah 400 siswa.

Ditentukannya populasi terjangkau pada kelas XI, karena kelas X merupakan murid baru, sehingga belum mampu memberi penilaian terhadap guru. Sedangkan kelas XII tidak diizinkan oleh kepala sekolah karena khawatir mengganggu keseriusan belajar untuk menghadapi UN.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi yang ada. Atas pertimbangan kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, dan dana, maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa atau 15% dari total populasi.

D.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis. Secara bahasa, deskripsi menguraikan tentang suatu masalah secara jelas dan terperinci.55 Sedangkan analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.56

Metode deskriptif analisis adalah metode yang meneliti dan menemukan informasi seluas-luasnya tentang variabel mandiri. Di sini penulis berusahan mencari jawaban tentang seberapa besar prosentase guru profesional, seberapa baik kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan keprofesionalan guru, dan lain sebagainya.

Penulis juga menggunakan kuantitatif untuk memperkuat pembuktian hipotesis. Yakni, suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.57

55

Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, Agustus 2010), cet. 5, hal. 184

56

Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 44

57


(42)

Ini semua dilakukan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.

Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah. Sekedar menguatkan data yang ada. Data yang terkumpul mula-mula disusun, kemudian dikelompokkan, dijelaskan, dan dianalisis, kemudian diberikan interpretasi.

Bila nantinya hasil analisis hipotesis meragukan, penulis akan melakukan in depth interview. Yakni mengulang pencarian dan pengumpulan data secara lebih mendalam dan detail.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, digunakan teknik sebagai berikut:

a. Kuesioner atau Angket. Digunakan untuk memperoleh data tentang profesionalisme guru MAN 2 Kota Bogor. Angket disebarkan kepada siswa, karena dalam hal ini siswa yang menilai para guru. Angket berbentuk pernyataan, dimana responden hanya memilih jawaban paling tepat pada empat alternatif jawaban yang telah disediakan.

b. Inteview atau Wawancara. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara terstruktur. Dimana peneliti sudah menyiapkan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada kepala sekolah MAN 2 Kota Bogor untuk mendapatkan informasi dan data pendukung secara langsung tentang profesionalisme guru.

c. Dokumentasi. Digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan profesionalisme guru. Baik berupa visi dan misi sekolah, latar belakang pendidikan guru, sarana serta prasarana, dan lain sebagainya. Agar penulis memperoleh informasi secara mendalam.

F.

Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Artinya


(43)

lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian yang digunakan dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, atau kuesioner. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah pedoman angket dan wawancara.

Sebelum menggunakan pedoman angket atau wawancara, maka perlu dibuat suatu panduan/acuan yang digunakan yaitu kisi-kisi penelitian yang dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1

Kisi-Kisi Instrumen Angket Untuk Siswa

Variabel Dimensi Indikator No.

Item

Jml. Item Profesionalisme

Guru MAN 2 Kota Bogor

a. Kompetensi Profesional Guru

b. Syarat-Syarat Guru Profesional

1) Menerapkan teori belajar sesuai karakteristik siswa

2) Mengembangkan bidang studi yang diemban 3) Menerapkan metode

pembelajaran yang bervariasi

4) Mengembangkan alat/media belajar 5) Melaksanakan evaluasi

belajar siswa

1) Memiliki bakat sebagai guru

2) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas

3) Aplikasi Ilmu pengetahuan 1,2,3 4,5 6,7,8 9,10 11,12 13,14 15,16 17,18 19 3 2 3 2 4 2 2 1


(44)

c. Tugas Guru 1) Tugas edukasional (membentuk kepribadian anak siswa)

2) Tugas instruksional (mengembangkan kecerdasan dan daya intelektual siswa) 3) Tugas manajerial

(mengelola kelas dan sekolah 20,21, 22,23, 24 25,26 27 28,29, 30 5 3 3 Tabel 2

Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Kepala Sekolah

Dimensi Indikator No.

Item Jml. Item a. Kompetensi

Profesionalisme Guru b. Syarat-Syarat Guru

Profesional c. Tugas Guru

d. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru

- Melaksanakan Tugas Profesional

- Memenuhi Syarat Profesional

- Melaksanakan Tugas Guru

- Melaksanakan Pendidikan Dan Pelatihan - Melaksanakan

Pembinaan Guru - Memenuhi Sarana Dan

Prasarana 1,2,3,4 5,6 7,8,9 10,11,12 13,14 15 4 2 3 3 2 1


(45)

G.

Teknik Analisis Data

Dari data yang telah dikumpulkan selama penelitian, selanjutnya diolah untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Dalam pengolahan data ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Editing

Dalam mengolah data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap pengisian angket. Setiap angket harus diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan, dan kebenaran pengisian angket tersebut. Agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan dalam mendapatkan informasi, sehingga dapat diperoleh data yang akurat.

2. Tabulasi

Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Selanjutnya dibuat suatu tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket. Sehingga terlihat jawaban yang satu dengan responden yang lain.

3. Prosentase

Setelah ditabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban, setiap data perlu diprosentasekan. Angka prosentase diperoleh dengan cara frekuensi jawaban, dibagi dengan jumlah responden, dikalikan 100%. Adapun rumus yang digunakan seperti yang dikatakan Sudjana (2001: 129) yaitu:

P = N F

x 100%.58 Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi

N = Jumlah Respoden

58

Nana Sudjana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 2001), h. 129


(46)

100% = Bilangan Tetap

Setelah didapat hasil prosentase dari angket yang telah disebarkan kepada siswa, maka untuk menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, perumusannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Kategori Penilaian

No. Prosentase Penafsiran

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

100% 90% - 99% 60% - 89% 51% - 59% 50% 40% - 49% 10% - 39% 1% - 9% 0%

Seluruhnya

Hampir Seluruhnya Sebagian Besar

Lebih Dari Setengahnya Setengahnya

Hampir Setengahnya Sebagian Kecil Sedikit Sekali Tidak Sama Sekali

Instrumen atau kuesioner untuk siswa disusun dengan menggunakan skala likert seperti dibawah ini:

A = Selalu B = Sering

C = Kadang-Kadang D = Tidak Pernah

Ketentuan:

Bila responden menjawab A, maka nilainya adalah 4 poin, Bila responden menjawab B, maka nilainya adalah 3 poin, Bila responden menjawab C, maka nilainya adalah 2 poin, Bila responden menjawab D, maka nilainya adalah 1 poin.


(47)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MAN 2 Kota Bogor 1. Sekilas Tentang MAN 2 Kota Bogor

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bogor adalah lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di bawah pengelolaan Kementerian Agama. MAN 2 Kota Bogor merupakan madrasah alih fungsi dari Pendidikan Agama Islam (PGAN) Bogor. Berdiri pada 1950 dengan nama Sekolah Guru Agama Islam (SGAI) berdasarkan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 277/C9 Tanggal 15 Agustus 1950.

Selanjutnya pada 1951, SGAI berubah menjadi PGA berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1951 dengan masa belajar 5 tahun. Kemudian pada 1953 dilakukan perubahan kembali dengan masa belajar 6 tahun. Pembagian kelas yang ada yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 4 lama belajar 4 tahun. Sementara kelas 5 hingga kelas 6 lama belajar 2 tahun.

Kemudian, melalui keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1978 mengalami perubahan kembali menjadi PGAN 6 tahun. Yaitu, sekolah dinas yang menyelenggarakan Pendidikan Guru Agama sejak kelas 1 sampai dengan kelas 6. Dan pada 1978, Menteri Agama melalui Surat Keputusan Nomor 19 Tahun 1978 merubah PGAN 6 tahun menjadi PGAN 3 tahun.

Menteri Agama RI juga megeluarkan Surat Keputusan dengan Nomor 64/1990 yang mana PGAN Bogor dialihfungsikan menjadi Madrasah Aliyah


(48)

Negeri Bogor II. Kemudian pada 27 Januari 1992 keluar Surat Keputusan Penyempurnaan bernomor 42 Tahun 1992 yang berisi Madrasah Aliyah Negeri Bogor II menjadi Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor (sekarang lebih dikenal MAN 2 Kota Bogor). Letak sekolah di Jalan Raya Pajajaran Nomor 06 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor.

2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 2 Kota Bogor

Visi MAN 2 Kota Bogor adalah “Terwujudnya madrasah yang berprestasi dan istiqomah dalam akhlakul karimah”. Adapun misinya adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

b. Menumbuhkembangkan budaya berprestasi kepada seluruh warga madrasah melalui optimalisasi proses pembelajaran.

c. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Islam agar menjadi insan yang berakhlakul karimah.

d. Memelihara lingkungan yang sehat, kondusif dan harmonis.

e. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan warga Madrasah dan stakeholder.

Tujuan Satuan Pendidikan Madrasah Aliyah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tujuan MAN 2 Kota Bogor antara lain:

1) Terlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal selaras dengan potensi yang dimilikinya.

2) Penerapan penilaian hasil belajar peserta didik secara konsisten dan berkesinambungan.

3) Optimalisasi pelaksanaan program perbaikan dan pengayanaan (remedial teaching).


(49)

4) Optimalisasi penanaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Islam melalui keteladanan para pengelola madrasah.

5) Optimalisasi pelayanan terhadap peserta didik dengan melengkapi sarana dan prasarana proses pembelajaran.

3. Keadaan Guru MAN 2 Kota Bogor

Para pengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bogor berjumlah 69 orang. Terdiri dari 10 orang berkualifikasi S2 dan guru bina, berkualifikasi S1 berjumlah 57 orang dan sisanya 2 orang berkualifikasi D3. Sementara jumlah pegawai sebanyak 20 orang. Terdiri dari 13 orang tenaga administrasi, 3 orang satpam dan 4 orang petugas kebersihan.

Tabel 4

Keadaan Guru PNS MAN 2 Kota Bogor

No Nama Pend. Terakhir Jabatan GMP

1 Drs. H. Asep Encu, M.Pd S2/ Pngmb. Kur Kepsek _

2 Dra. Hj. Mudrichatun S1/ B. Arab Guru B. Arab

3 Hj. Aisyah Yusuf, S.Ag S1/PAI Guru A. Akhlak

4 Dra. Lina Rosmalina S1/PAI Guru Matematika

5 Drs. Imron Rosyadi Amir S1/Matematika Guru Matematika

6 Dra. Susiati Nasikin, M.Si S2/Mtk. Terapan Guru Matematika

7 Dra. Fauziah Said S1/Psikologi

Pend. & Bimb. Guru Guru BP

8 Dra. Mia Immawaty S1/Tadris IPA Guru Fisika

9 Drs. Ahmad Juhaedi S1/PAI Guru Fiqih

10 Drs. Muhammad Ridwan S1/B. Arab Guru B. Arab

11 Drs. Ruyani S1/Tadris B. Ing Guru B. Inggris

12 Dra. Yeni Andriani S1/Tadris B. Ing Guru B. Inggris

13 Drs. H. Atma S1/Fil. Sos. Pend Guru Geografi

14 Dra. Baeti Suharti S1/Tadris IPA Guru Fisika

15 Drs. Wahyu Sarwono S1/Tadris IPS Guru Geografi


(50)

17 Taufiq Qurrahman, S.Ag S1/Tadris B. Ind Guru B. Indonesia

18 Hj. Lela Solihah, S.E., M.M. S2/Ekonomi Guru Ekonomi

19 Dra. Hj. Ruafni, M.Pd.I. S2/Biologi Guru Biologi

20 Dra. Nani Sumarni, M.Si S2/Pend. Biologi Guru Biologi

21 Dra. Sri Damayanti, M.Pd S2/Pend. B. Ing Guru B. Inggris

22 Mukti Hikmah, S. Pd S1/Pend. B. Ind Guru B. Indonesia

23 Drs. H. Eman Supriyatman S1/Tadris Mtk Guru Matematika

24 Shofiyah Gumanti, S. Ag S1/Pend. B. Arab Guru B. Arab

25 Teti Sugiharti, S.E. S1/Ekon. Manaj Guru Ekonomi

26 H. Komarullah, S.Ag S1/PAI Guru Fiqih

27 Suja, S.Pd S1/Pend. Kimia Guru Kimia

28 Yani Maryani, S.Pd S1/Pend. Biologi Guru Sosiologi

29 Dra. Suminar S1/Tadris Mtk Guru Matematika

30 Sukaesih Nurliawati, S.Pd S1/Pend. B. Ind Guru B. Indonesia

31 Wulan Rosidah S., S.Pd S1/PMPKn Guru Pkn

32 Suhartini, S.Sn S1/Seni Guru Kesenian

33 Jijah Dhilhijah, S.Ag S1/Tadris B. Ing Guru B. Inggris

34 Lala Nurmala, S.Pd S1/Pend. B. Ind Guru B. Indonesia

35 Yayat Supriyatna, S.Pd S1/PMPKn Guru Pkn

36 Nurul Qodariah, S.Pd S1/Pend. Biologi Guru Geografi

37 Sri Ningsih Nurhayati, S.E. S1/Ekonomi Guru Ekonomi

38 H. Ade Rahman, S.Si, M.Pkim S2/Pend. Kimia Guru Kimia

39 Idrus Sambasi, S.Pd, M.Pfis S2/Pend. Fisika Guru Fisika

40 Dedeh Dhohiah, S.Ag S1/Q. Hadist Guru Q. Hadist

41 Hj. Nurlaela Komalasari, S.E.,

M.M. S2/Akuntasi Guru B. Sunda

42 Suhaemi, S.Ag S1/PAI Guru

43 Abdul Mukti, S.Ag S1/PAI Guru Q. Hadist

44 Badriyah, S.Pd.I. S1/PAI Guru SKI


(51)

46 Kholilullah, S.Ag S1/PAI Guru

47 Hoerudin Mujahik, S.Ag S1/BPI Guru

48 Faujiah, S.Pd.I. S1/PAI Guru SKI

49 Nurhayatus Sa’adah, S.Ag S1/PAI Guru Q. Hadist

50 Dian Kardinah, S.Pd S1/Pend. Ekon Guru IPS Sejarah

51 Badru Salam, S.Th.I. S1/Tafsir Hadist Guru Q. Hadist

52 Efi Haryutsi, S.H.I. S1/Syari’ah Guru SKI

53 Ikhwanul Aziz, S.Pd.I. S1/PAI Guru A. Akhlak

54 Hartuti, S.E. S1/Ekon. Manaj Guru Ekonomi

55 Siti Yulianah, S.E. S1/Manajemen Guru

56 Rida Nurul Istiqomah, S.Pd S1/Tadris B. Ing Guru B. Inggris

57 Yayu Agustin Rahayu, S.Pd S1/Bimb. Kons Guru Guru BP

58 Syarifah Nurjanah, A.Md D2/PAI Guru A. Akhlak

59 Drs. Abdul Jamil S1/Kimia Guru Kimia

60 Dra. Rahmawati S1/Psikologi

Pend. Bimb Guru Guru Bp

Tabel 5

Keadaan Guru Honorer MAN 2 Kota Bogor

1 Retno Mujiarti, S.Pd, M.Si S2 Guru Biologi

2 Asep Syamsul Hidayat, S.Pd S1 Guru Sosiologi

3 H. Ukat Sukatma, S.Sos.I. S1 Guru Fiqih

4 Nurhasanah, S.Pd S1 Guru B. Perancis

5 Dudi Mahdi, S.Sos.I. S1 Guru Seni Budaya

6 Hendra Gunawan, S.Pd S1 Guru Olahraga

7 Aditya Sukma G., S.Kom S1 Guru TIK

8 Trimadya Arief H., A.Md D3 Guru TIK


(52)

Dari data guru yang menjadi pengajar MAN 2 Kota Bogor, ada beberapa guru dinilai belum sesuai antara latar belakang pendidikan dengan bidang studi yang diemban.

Di antaranya, guru latar belakang PAI mengajar matematika, latar belakang filsafat sosiologi pendidikan mengajar geografi, pengajar sosiologi berasal dari pendidikan biologi, keluaran akuntansi yang mengajar bahasa sunda, guru berlatar belakang PAI dan pendidikan ekonomi mengajar IPS Sejarah.

4. Sarana dan Prasarana a. Tanah dan Halaman

Tanah sepenuhnya adalah milik Negara. Luas areal seluruhnya 7.206 M2.

Keadaan tanah MAN 2 Kota Bogor

Status : Milik Negara

Luas tanah : 7.206 M2

Luas Bangunan : 3.206 M2

Luas Halaman/taman : 724,67 M2

Luas Lap. Olah raga : 1.000 M2

Luas Kebun : 500 M2

Lain – lain : 1.775,33 M2

b. Gedung Sekolah

Untuk memperkaya pengalaman belajar siswa, MAN 2 Kota Bogor memiliki bangunan sekolah. Pada umumnya, semua dalam keadaan baik sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan serta kreatifitas siswa. Adapun rincian fasilitas yang ada di sekolah sebagai berikut:

1) Gedung sekolah yang representatif dengan lingkungan kondusif. 2) Ruang Perpustakaan dan Ruang Baca.

3) Ruang Laboratorium Fisika, berstandar nasional. 4) Ruang Laboratorium Biologi, berstandar nasional. 5) Ruang Laboratorium Kimia, berstandar nasional.


(53)

6) Ruang Laboratorium Agama/Mushola sebagai sarana kegiatan praktek keagamaan.

7) Ruang Laboratorium Bahasa. 8) Ruang Laboratorium Komputer.

B. Analisa Data 1. Deskripsi Data

Data yang telah disebarkan kepada responden dan dikumpulkan kembali untuk diolah oleh penulis dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi persentase. Maksud dari pengolahan data tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan penjelasan lebih akurat berdasarkan jawaban dari responden.

Untuk memudahkan analisis data hasil penelitian tersebut, maka setiap item dibuatkan suatu tabulasi yang disesuaikan dengan jenis analisis data. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan dari masalah yang diteliti. Lebih jelas dapat diperhatikan pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 6

Guru Mengaitkan Materi Yang Diajarkan Dengan Pengalaman Siswa

No. Soal Kategori Jawaban F P

1.

Selalu Sering Kadang-Kadang

Tidak Pernah

8 13 39 -

13,33% 21,67% 65%

-

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 13,33% siswa yang menjawab selalu, 21,67% yang menjawab sering, dan 65% menjawab kadang-kadang. Hal ini berarti bahwa menurut siswa sebagian besar guru pada saat mengajar kadang-kadang mengaitkan materi dengan pengalaman siswa. Namun hanya sebagian kecil guru saja yang dalam mengajar selalu mengaitkan materi dengan pengalaman siswa.


(54)

Tabel 7

Cara Mengajar Guru Sesuai Dengan Kemampuan Siswa

No. Soal Kategori Jawaban F P

2.

Selalu Sering Kadang-Kadang

Tidak Pernah

4 11 45 -

6,67% 18,33%

75% -

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas, dapat diuraikan bahwa 6,67% siswa yang menjawab selalu, 18,33% menjawab sering, 75% menjawab kadang-kadang, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah. Jadi menurut siswa sebagian besar guru kadang-kadang mengajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka. Namun, sedikit sekali guru yang selalu mengajar sesuai dengan kemampuan belajar siswa.

Tabel 8

Tingkat Pemahaman Siswa Terhadap Materi Yang Diajarkan Guru

No. Soal Kategori Jawaban F P

3.

Selalu Sering Kadang-Kadang

Tidak Pernah

4 19 37 -

6,67% 31,66% 61,67%

-

Jumlah 60 100%

Hasil dari tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa 6,67% siswa menjawab selalu, 31,66% menjawab sering, 61,67% menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah. Ini menunjukan bahwa menurut siswa sebagian besar materi yang diajarkan guru kadang-kadang dapat dipahami oleh mereka. Namun, sedikit sekali siswa selalu paham atas materi yang diajarkan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)