Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan

sangat signifikan dalam menciptakan iklim yang lebih kondusif lagi bagi upaya pengembangan industri pasar modal di tanah air.

4.4. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan

Pada tanggal 1 April 1983, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG diperkenalkan untuk pertama kalinya sebagia indikator untuk membantu pergerakkan saham. Indeks ini mencakup pergerakan seluruh harga saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Jakarta BEJ. Rumus penghitungannya sama dengan yang dipakai oleh kebanyakan bursa lainnya, yaitu menggunakan pembobotan weighted average berdasarkan kapitalisasi pasar masing-masing sehingga makin tinggi nilai suatu saham, semakin besar pengaruhnya pada indeks. Enam tahun setelah pengenalannya, terutama setelah deregulasi sektor keuangan di tahun 1988, IHSG mulai menunjukkan kenaikan dan penurunan yang signifikan. Serial kebijakan ekonomi makro yang dilakukakan oleh pemerintah selama akhir dekade 1980 sampai dengan awal dekade 1990 memberikan dampak yang kuat terhadap fluktuasi IHSG ini. Faktor lain yang berpengaruh adalah pencatatan perusahaan-perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar.dari berbagai hal dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dibidang ekonomi makro, ekonomi mikro, moneter dan kebijakan lainnya. Bahkan IHSG ini sering menghubungkan suhu politik dengan kegiatan investasi di pasar modal. Begitu sensitifnya indeks ini terhadap berbagai faktor baik faktor ekonomi maupun politik baik didalam maupun diluar negeri. Hal ini sebagai konsekuensi kegiatan ekonomi satu negara dengan negara lainnya. IHSG merupakan gambaran dari pergerakan saham yang ada. Pada tahun 2000 di kuartal I, IHSG berada di posisi 583,276 poin sedangkan pada tahun berikutnya di kuartal I, IHSG menunjukkan posisi 381,050 poin, hal ini berarti IHSG mengalami penurunan sebesar 202,226 poin atau 34. Penurunan ini disebabkan oleh ketidakstabilan sosial dan politik dalam negeri, melemahnya kurs dan kenaikan harga bahan bakar minyak dalam negeri hingga menyebabkan tingkat inflasi juga meningkat. Pada tahun 2003 di kuartal ke III IHSG berada di posisi 597,677, namun secara perlahan IHSG mengalami kenaikan pada tahun 2004 dikuartal I yaitu 735,677 dan meningkat kembali di kuartal ke III sebesar 820,134 atau sebesar 10. Keputusan pemerintah mengakhiri hubungan dengan IMF memberikan dampak positif bagi IHSG. Perkembangan IHSG ini terus bergerak keatas hingga di kuartal ke IV menembus angka 1000,233. Sehingga tahun 2004 inilah yang menjadi momentum bagi IHSG untuk pertama kalinya menembus angka tiga digit. Hal ini salah satunya disebabkan karna keberhasilan pelaksanaan pemilu presiden secara langsung di Indonesia. Pada awal kuartal II-2006 hingga pertengahan periode laporan, perkembangan harga indeks saham menunjukkan tren yang meningkat. Hal ini juga didukung oleh kebijakan penurunan BI Rate yang sesuai dengan ekspektasi passar sehingga disambut positif oleh investor bursa saham. Penurunan BI Rate selama 3 kali pada kuartal III tahun 2006 semakin mendorong maraknya perdagangan pasar modal. Reaksi pasar tersebut terlihat dari kondisi dan pasca penurunan BI Rate dimana perdagangan saham semakin ramai. Dari sisi domestik, sentimen positif berupa kesesuaian ekspektasi pelaku pasar atas penurunan BI Rate, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II tahun 2006 yang cukup baik, dan pergerakan nilai tukar yang cenderung stabil mendorong investor untuk menambah portofolio investasinya di pasar saham. Disisi eksternal, kebijakan bank sentral AS yang menahan kenaikan suku bunga Fed Funds Rate untuk kedua kalinya telah mendorong pasar modal dunia untuk meningkat. Sentimen global ini kemudian ikut mendukung peningkatan IHSG. Secara keseluruhan, membaiknya kondisi fundamental Indonesia serta kemungkinan penurunan suku bunga BI Rate lebih lanjut semakin mendorong minat investor domestik maupun asing untuk memperbesar aktivitasnya. Kebangkitan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi pertumbuhan negara lainnya. Contohnya pertumbuhan ekonomi Cina dan India yang tinggi dalam bebebrapa tahun terakhir ini merupakan harapan jadi lokomotif yang baru untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dunia , terutama negara-negara Asia. Pada tahun 2008 dikuartal I,IHSG berada diposisi 2447, 299 poin, hal ini menunjukkan peningkatan IHSG yang semakin membaik, akan tetapi hal ini hanya berlangsung sampai pada kuartal ke II, pada kuartal ke III IHSG menunjukkan penurunan yang cukup drastis yaitu menjadi 1832,507 poin, hal ini disebabkan karena gejolak eksternal dari pasar keuangan global. Berawal dari pecahnya bubble economic yang memicu terjadinyaproses delevaraging sehingga memperlambat perekononomian, imbasnya adalah penurunan laba serta kebangkrutan intitusi keuangan global. Dengan keaadan tersebut investor mulai mengurangi portofolio dananya di emerging market yang menyebabkan indeks di emerging market terkoreksi termasuk IHSG. Penurunan komoditas pertanian dan pertambangan juga berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi IHSG. Bahkan di kuartal ke IV IHSG terus mengalami penurunan menjadi 1355,408 poin. Hingga pada tahun 2009, perekonomian dan isu isu politik baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri mulai membaik menyebabkan perdagangan pasar modal bergairah kembali. Para investor asing maupun domestik tertarik untuk menanamkan modalnya kembali di pasar modal karena melihat prospek perekonomian Indonesia membaik dan menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari IHSG pada kuartal I berada diposisi 1434,074 poin kemudian pada kuartal ke II meningkat menjadi 2026,780 poin. Nilai ini menguat tajam dibandingkan akhir tahun 2008 sebesar 1355,408 poin dan merupakan yang tertinggi di Asia. Laporan Perekonomian Indonesia, 2000-2009. Berikut adalah tabel dari perkembangan IHSG secara kuartalan mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 :

4.5. Analisis dan Pembahasan