Perkembangan Penjualan Saham di Pasar Modal

seperti Amerika Serikat dan Cina. Dengan penggabungan dua bursa ini, maka lahirlah nama baru yaitu Bursa Efek Indonesia BEI.

4.3.2. Perkembangan Penjualan Saham di Pasar Modal

Sejak tahun 1999, BEJ telah berupaya untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi,upaya lain yang dilakukan antara lain adalah reorganisasi pasar termasuk aplikasi teknologi informasi yang mendukung aktifitas perdagangan. Kemampuan mesin JATS Jakarta Automated Trading System misalnya telah ditingkatkan dari 150000 menjadi 300000 transaksi. Piranti kerss dan lunak yang diperlukan dalam proses transaksi tanpa warkat scripless trading tetapi melalui pemindahbukuan overbooking atau book entries rekening saham dan rekening dana. Sistem scripless memungkinkan bursa untuk menjangkau daerah yang lebih jauh dan luas. Sehingga kota-kota besar dari propinsi, kotamadya, dan kabupaten dapat ikut aktif berdagang melalui sistem satu jaringan perdagangan remote trading dan floorless trading. Peran pasar modal sebagai alternatif pembiayaan bagi dunia usaha menemukan momentumnya pasca digulirkannya serangkaian paket deregulasi disektor keuangan sejak akhir tahun 1987 hingga 1989. Beberapa diantara kebijakan – kebijakan baru yang diambil pemerintah waktu itu antara lain berupa : a. Penyederhanaan proses emisi efek baik saham maupun obligasi di Bapepam Badan Pengawas Pasar Modal yang waktu itu masih menjalankan dualisme fungsi baik sebagai pengawas maupun sebagai penyelenggara bursa; b. Dihapuskannya biaya emisi efek yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam untuk tiap kali perusahaan melakukan emisi efek di pasar modal; c. Dihapuskannya limit atau batasan fluktuasi harga saham di bursa efek sehingga pergerakan harga saham dipasar sekunder sepenuhnya di serahkan kepada mekanisme pasar; d. Mulai diijinkannya asing untuk memiliki saham dengan maksimal 49 dari total emisi yang tercatat di bursa efek; e. Diperkenalkannya Bursa Paralel untuk memfasilitasi perusahaan menengah memperoleh sumber pembiayaan dari masyarakat melalui pasar modal; f. Mulai diberlakukannya konsep legal lending limit bagi perbankan nasional; g. Mulai dikenakannya pajak atas bunga deposito sehingga tercipta the same level palying field antara instrumen perbankan dengan instrumen pasar modal; dan h. Mulai diperkanannya swasta untuk menyelenggarakan bursa efek. Rangkaian kebijakan – kebijakan baru tersebut langsung maupun tidak langsung telah mendorong pertumbuhan jumlah emisi dipasar modal secara cukup signifikan pada kurun waktu selanjutnya pasca deregulasi tersebut sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2. Emisi Saham pada Pasar Modal Tahun Jumlah emiten Emisi Saham miliar lembar Nilai Emisi triliun rupiah 1987 24 0,57 0,129 1988 25 0,68 0,173 1989 67 3,0 2,2 1990 132 9,6 8,0 1991 145 1,1 8,9 1992 162 1,7 11 1993 181 3,3 16 1994 231 6,4 26 1995 248 11 35 1996 267 25 49 1997 306 51 70 1998 309 62 75 1999 321 714 206 2000 347 811 225 2001 379 826 231 2002 401 876 241 2003 411 905 251 2004 424 922 258 2005 432 971 268 2006 444 1035 281 2007 468 1125 328 2008 485 8399 407 2009 497 8429 420 Sumber : Statistik Pasar Modal Bapepam L-K Dari tabel tersebut terlihat bahwa, jumlah emiten saham mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 36, sedangkan nilai emisi tumbuh rata-rata sebsar 175 sepanjang 1988 sampai dengan 1997 pasca deregulasi. Maka dapat dikatakan bahwa peran pemerintah sebagai regulator sekaligus otoritas fiskal dan moneter waktu itu adalah sangat signifikan dalam menciptakan iklim yang lebih kondusif lagi bagi upaya pengembangan industri pasar modal di tanah air.

4.4. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan