Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

apa yang dimaksudkannya ialah Islam sebagai satu cara hidup mengikut Islam yaitu Islam sebagai ad-din. Di dalam perkara 11 ayat 1 Perlembagaan Persekutuan memperuntukkan ketentuan yang mengatur tentang mengamalkan agama yang berbunyi: .... setiap orang adalah berhak menganuti dan mengamalkan agamanya dan tertakluk kepada Pasal 4 mengembangkan agamanya .... Pasal 4 memperuntukkan bahwa: a Undang-Undang Negeri dan Wilayah-wilayah Persekutuan Kuala Lumpur dan Labuan, Undang-Undang Persekutuan boleh mengawal dan menyekat pengembangan apa-apa iktikad atau kepercayaan agama antara orang yang menganuti agama Islam. 3 Bidang hukum Islam yang sangat dekat dan erat dengan prilaku masyarakat Islam Malaysia adalah bidang hukum sosial keluarga yang di dalamnya meliputi perkawinan, warisan dan wakaf. Sebab peristiwa yang berkenaan dengan aturan tata nilai sosial tersebut pasti akan dialami dan dijalani oleh setiap muslim dalam perjalanan hidupnya. 4 Di Malaysia, Undang-Undang Keluarga yang berlaku berbeda dengan undang-undang di negara lain karena masyarakatnya terdiri atas berbagai bangsa dan suku. 5 Bagi masyarakat yang menganut agama Islam, mereka tunduk kepada Undang-undang Islam dibawah pengurusan berbagai enakmen yang ada di setiap negeri-negeri bagian. 6 Bagi yang beragama Kristen atau selain 3 Perlembagaan Persekutuan Malaysia, rujuk Perkara 11 ayat 1, Artikel diakses pada 25 Januari 2009 dari http:wikisource.orgwikiPerlembagaan_Persekutuan_Malaysia. 4 Tan Sri Ahmad Mohamed Ibrahim, Tinjauan Kepada Perundangan Islam, Kuala Lumpur: Institut Kefahaman Islam Malaysia, 1996, cet. Kedua, h. 41 5 Mimi Kamariah Majid, Undang-Undang Keluarga Islam Di Malaysia, Kuala Lumpur: Butterworths Asia, 1992, h. 2 6 Hamid Jusoh, Kedudukan Undang-undang Dalam Perlembagaan Di Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1992, h. 67 dari agama Islam, upacara perkawinan yang dijalankan hendaklah mengikuti peruntukan di dalam Ordinan Perkawinan Sivil 1952. Mana-mana perkawinan yang diupacarakan tidak berdasarkan kepada Ordinan undang-undang yang bersangkutan adalah dianggap batal. 7 No.11 Enakmen 8 Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Sembilan 2003, di dalam pembubaran perkawinan, ada mengatakan di dalam perkara 46 ayat 1 dan ayat 2 yang mengatakan bahawa: 1 Jika salah satu pihak kepada sesuatu perkahwinan itu murtad atau memeluk sesuatu kepercayaan selain Islam, maka perbuatan yang demikian tidak boleh dengan sendirinya berkuatkuasa untuk membubarkan perkahwinan itu melainkan jika dan sehingga disahkan sedemikian oleh Mahkamah. 2 Jika salah satu pihak kepada sesuatu perkahwinan bukan Islam memeluk agama Islam, maka perbuatan yang demikian tidak boleh dengan sendirinya berkuatkuasa untuk membubarkan perkahwinan itu melainkan jika dan sehingga disahkan sedemikian oleh Mahkamah . 9 Perkara Pertukaran Agama sebelum ini dianggap sebagai isu yang sensitif oleh banyak pihak dan tidak dibincangkan secara terbuka bahkan statistiknya juga tidak dipublikasikan kepada umum. Rentetan daripada ini, pihak berkuasa perlu lebih prihatin dan seharusnya mempublikasikan statistik permohonan pertukaran agama oleh masyarakat Melayu-Islam ini, karena gejala ini bisa merusakkan institusi Keluarga Islam bahkan ia lebih buruk daripada gejala sosial dan narkoba. Terdapat banyak pandangan, pendekatan dan ide-ide yang telah dilakukan sebelum ini yang masih belum menampakkan hasil karena itu dirasakan perlu dibuat satu pengkajian yang tuntas untuk mengoreksi kasus ini dengan lebih tepat, yang berupaya membantu pihak kerajaan mengenal secara pasti cara penyelesaian yang terbaik mengatasi permasalahan pertukaran agama dikalangan masyarakat di Malaysia. 7 Ibid, h. 69 8 Enakmen maksudnya undang-undang bertulis yang disahkan oleh Parlemen 9 Undang-undang Syariah Negeri Sembilan, Enakmen No. 10 Undang-undang Keluarga Islam Negeri Sembilan, Warta Kerajaan ,2003, h.255 Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merasa perlu untuk membahas mengenai pelaksanaan Pertukaran Agama, dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul: PERTUKARAN AGAMA MENURUT ENAKMEN PENTADBIRAN AGAMA ISLAM DI MAHKAMAH TINGGI SYARIAH SEREMBAN NEGERI SEMBILAN, MALAYSIA.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah Agar lebih terfokusnya pembahasan ini, maka penulis membatasi penelitian ini dalam hal Pertukaran Agama menurut Nomor 10 Tahun 2003 Enakmen Pentadbiran Agama Islam di Mahkamah Tinggi Syariah Seremban di Negeri Sembilan, Malaysia. Pertukaran agama ini dibatasi pada pertukaran agama dari Islam ke agama lain, dan bukan dari agama lain ke agama Islam. Mahkamah Tinggi Syariah dibatasi hanya di Mahkamah Tinggi Syariah Seremban, Negeri Sembilan, dan bukan di negeri lain. 2 Perumusan Masalah Masalah dalam skripsi ini penulis merumuskan bahwa Pertukaran Agama di Negeri Sembilan mestinya sesuai dengan aturan yang dijalankan menurut Enakmen Pentadbiran Agama Islam Di Mahkamah Tinggi Syariah Seremban, kenyataannya tidak bersesuaian dengan aturan yang ada di dalam No. 10 Tahun 2003 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Sembilan. Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk Pertukaran Agama di Negeri Sembilan, Malaysia? 2. Apakah dasar-dasar hukum dan sanksi terhadap orang yang bertukar agama menurut Perundangan di Negeri Sembilan, Malaysia? 3. Bagaimana Implikasi hukum terhadap orang yang bertukar agama di Negeri Sembilan, Malaysia? 4. Bagaimana dampak pertukaran agama kepada masyarakat serta langkah yang bagaimana seharusnya dilakukan dalam menyelesaikan kasus ini?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menyelesaikan dan mencari jawaban atas masalah-masalah tersebut dengan upaya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk Pertukaran Agama di Negeri Sembilan, Malaysia 2. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum dan sanksi terhadap orang yang menukar agama menurut Perundangan di Negeri Sembilan, Malaysia 3. Untuk mengetahui Implikasi hukum apa yang ditimbulkan apabila berlakunya pertukaran agama di Negeri Sembilan, Malaysia. 4. Untuk mengetahui dampak-dampak dan bahaya Pertukaran Agama kepada masyarakat Islam serta untuk mengetahui langkah yang seharusnya dilakukan dalam menyelesaikan kasus ini. Manfaat Penelitian ini dapat digunakan pada beberapa hal seperti: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Pertukaran Agama Islam kepada agama lain. 2. Sebagai tambahan bagi khazanah wacana keilmuan di Indonesia khususnya bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metodologi Penelitian

Untuk menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu proses pencarian data untuk memahami masalah yang didasari pada penelitian yang menyeluruh, dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah. Penelitian ini tidak dibatasi oleh angka-angka, perhitungan statistik dan sifatnya fleksibel. Oleh karena itu, fokusnya adalah lebih pada interpretasi daripada kuantifikasi. 2. Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian di Lokasi Mahkamah Tinggi Syariah di Seremban, Negeri Sembilan, di Perpustakaan Utama Universiti Malaya, Universiti Islam Antarabangsa, Universiti Kebangsaan Malaysia, di Perbadanan Perpustakaan Awam Negeri Melaka, di Jabatan Mufti, Jabatan Pendaftaran Negara dan Jabatan Agama Islam Negeri Sembilan. 3. Obyek dan Subyek Penelitian Subyek penelitian yang dilakukan ini adalah Pertukaran Agama menurut No.10 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Sembilan. Manakala obyeknya adalah Ketua Pendaftar Pegawai Syariah, wakil ketua, para hakim, ketua hakim dan pentadbiran Jabatan Agama Islam Negeri Sembilan.