pusat atau tingkat atas yang sifatnya makro atau menyeluruh, sedangkan perencanaan dari bawah ke atas bottom up planning adalah perencanaan yang dibuat oleh
lembaga atau institusi pemerintah di tingkat bawah yang sifatnya mikro. Hal ini sering terjadi salah pengertian dan penafsiran dibanyak kalangan terhadap isitilah top
down planning dan bottom up planning. Khususnya mengenai bottom up planning sering dimaksudkan perencanaan yang dibuat oleh masyarakat secara langsung
32
.
2. Konsepsi
Pada bagian kerangka konsepsi akan dijelaskan hal-hal yang berkenan dengan konsep yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian Tesis, ini yang
merupakan defenisi operasional untuk memberikan pegangan bagi penulis, sebagai berikut :
a. “Kedudukan dan Peranan”, merupakan unsur baku dalam struktur suatu
organisasi. Pembedaan antara kedudukan dan Peranan adalah untuk kepentingan Ilmu Pengetahuan, kedua-duanya tidak dapat dipisah-pisahkan oleh karena yang
satu tergantung kepada yang lain dan sebaliknya. Tidak ada kedudukan tanpa peranan atau peranan tanpa kedudukan.
“Kedudukan” diartikan sebagai tempat atau posisi suatu badan atau lembaga dalam struktur suatu organisasi sehubungan dengan badan atau lembaga
lainnya dalam organisasi tersebut atau tempat suatu badan lembaga diantara lembaga-lembaga badan-badan lainnya dalam satu organisasi yang lebih besar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa “kedudukan” mengandung pengertian sebagai
32
Ibid, hlm. 115
Universitas Sumatera Utara
tempat suatu badan lembaga dalam struktur organisasinya dalam arti lingkungan kerjanya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. “Kedudukan”
mempunyai dua arti yaitu secara abstrak kedudukan sebagai tempat dalam suatu pola tertentu dan sebagai suatu kumpulan hak-hak serta kewajiban-kewajiban jika
dipisahkan dari badan lembaganya. “Peranan” merupakan aspek yang dinamis dari “Kedudukan”. Apabila hak-hak
dan kewajiban-kewajiban yang ada telah dijalankan sesuai dengan kedudukannya maka dikatakanlah bahwa “Peranan” telah dijalankan. Suatu “Peranan” paling
sedikit mencakup tiga hal, yaitu : a.
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat badan lembaga dalam struktur suatu organisasi. Peranan dalam hal ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang mengatur badan lembaga dalam menjalankan tugas dan fungsinya pada struktur suatu organisasi.
b. Peranan adalah konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh badan lembaga
dalam suatu organisasi. c.
Peranan dapat juga dikatakan sebagai cara bertindak badan lembaga yang penting bagi struktur organisasi.
b. “BAPPEDA”, adalah akronim dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
yang merupakan unsur pemerintahan di daerah yang mempunyai tugas membantu Gubernur, Kepala Daerah, dalam menentukan kebijaksanaan bidang perencanaan,
penyelenggaraan pembangunan, serta penilaian atas pelaksanaannya yang langsung berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.
c. Pemerintahan Daerah dalam rangka melancarkan pembangunan yang tersebar di
pelosok negara dan dalam membina ketertiban politik serta kesatuan bangsa, maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atas
dasar keutuhan Negara Kesatuan diarahkan pada pelaksanaan Otonomi Daerah
Universitas Sumatera Utara
yang nyata dan bertanggungjawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah serta dilaksanakan bersama-sama dengan Desentralisasi.
d. Pelaksanaan pembangunan dalam hal ini diperlukan suatu perencanaan yang
matang, agar pembangunan tersebut tidak sia-sia,baik setelah selesai ataupun kelak dibelakang hari. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan
pada scope yang luas dari suatu daerah. Pada dasarnya pembangunan dari suatu daerah berjalan berkesinambungan, ini dapat tercapai apabila adanya suatu
koordinasi, terutama dalam perencanaannya. Menyadari akan hal ini, Pemerintah melalui “Kepres No. 27 tahun 1980”
membuat suatu keputusan tentang pembentukan badan perencanaan pembangunan daerah dan disusul oleh Surat Keputusan Mendagri No. 185 tahun 1980 tentang
pedoman organisasi dan tata kerja Bappeda, dan khusus untuk Daerah Sumatera Utara dikeluarkan lagi suatu keputusan dari Mendagri Nomor 061.13.4.22-281
tanggal 20 April 1981 tentang pengesahan Perdasu No. 2 tahun 1981. e.
“Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan” maksudnya dalam tulisan ini adalah ruang lingkup pelaksanaan kekuasaan dan urusan pemerintahan di daerah
menurut garis politik dan perundang-undangan yang berlaku yaitu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang memberi pengertian bahwa
pemerintah di daerah yang dimaksud Undang-undang tersebut ialah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
f. “Pembangunan Daerah”, adalah suatu usaha atau serangkaian usaha pertumbuhan
dan perobahan yang berencana di daerah dan dilakukan secara sadar oleh suatu masyarakat hukum dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri
dalam ikatan negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dari dahulu sampai kini.
g. “Provinsi Sumatera Utara”, maksudnya adalah nama atau sebutan bagi wilayah
Negara Republik Indonesia yang menyelenggarakan Pemerintahan Daerah dimana wilayah Republik Indonesia dibagi atas Wilayah-wilayah Administratif
dan Daerah Otonom. Wilayah-wilayah Administratif terdiri atas Provinsi dan Ibu Kota Negara, Kabupaten dan Kecamatan. Sedangkan daerah otonom terdiri
atas Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam tesis ini adalah sebagai berikut :
1. Tipe atau Jenis Penelitian