63
Gambar 2.14 Lokasi Analisa Struktur Perkerasan
II.6. KERUSAKAN PADA PERKERASAN
Perkerasan yang telah didesain dengan metode tertentu ataupun dengan bahan perkerasan yang baik, pada akhirnya akan menemukan titik jenuh, dimana ketahanan
perkerasan dalam menerima beban kendaraan dalam masa layan tertentu akan mengalami kerusakan. Ada yang mengalami kerusakan pada waktu masa layan
umur rencana yang telah direncanakan, adapun yang mengalami kerusakan di awal atau sebelum akhir umur rencana yang telah ditetapkan.
Kerusakan dalam bentuk yang sederhana umumnya lebih mudah diidentifikasikan sebab-sebabnya.
64
Kerusakan perkerasan jalan dapat disebabkan oleh Hary, 2007 :
Beban lalu-lintas yang berlebihan.
Kondisi tanah dasar subgrade yang tidak stabil, sebagai akibat dari sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat-sifat
tanah dasar yang memang jelek.
Kondisi tanah pondasi yang kurang baik, lunak atau mudah mampat, bila jalan terletak pada timbunan.
Kondisi lingkungan, yaitu termasuk akibat suhu udara dan curah hujan yang
tinggi.
Material dari struktur perkerasan dan pengolahan yang kurang baik.
Penurunan akibat pembangunan utilitas di bawah lapisan perkerasan.
Drainase yang buruk, sehingga berakibat naiknya air ke lapisan perkerasan akibat isapan atau kapilaritas.
Kadar aspal dalam campuran terlalu banyak, atau terurainya lapis aus oleh
akibat pembekuan dan pencairan es.
Kelelahan fatigue dari perkerasan, pemadatan, atau geseran yang berkembang pada tanah dasar, lapis pondasi bawah subbase, lapis pondasi
base dan lapis permukaan.
Dalam perkerasan kaku, kondisi beton yang memburuk disebabkan oleh berkurangnya mutu kekuatan pada perkerasan beton akibat material
pembentuk yang tidak awet, proses beku-cair, reaksi agregat alkali dan lain- lain. Kerusakan perkerasan kaku juga bisa diakibatkan oleh melengkung atau
tidak tepatnya kelurusan batang ruji dowel dan tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan. Selain itu, perkerasan rusak oleh
65
akibat: pemompaan pumping, pecahnya bagian sudut pelat, rusaknya sambungan dan lain-lain.
Banyak bentuk kerusakan yang dapat terjadi pada perkerasan. Jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur, umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Deformasi : bergelombang, alur, ambles, sungkur, mengembang, benjol, dan
turun.
Retak : memanjang, melintang, diagonal, reflektif, blok, kulit buaya, dan bentuk bulan sabit.
Kerusakan tekstur permukaan : butiran lepas, kegemukan, agregat licin,
terkelupas, dan stripping.
Kerusakan lubang, tambalan dan persilangan jalan rel.
Kerusakan di pinggir perkerasan : pinggir retakpecah dan bahu turun. Pada subbab ini akan di bahas mengenai kerusakan pada perkerasan, yaitu
perkerasan lentur. Dengan bahasan kerusakan yang dikhususkan pada kerusakan alur rutting.
Dalam buku Hary Christady Hardiyatmo 2007 menjelaskan bahwa alur rutting adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya
perkerasan kearah memanjang pada lintasan roda kendaraan lihat gambar 2.19 dan 2.20. Distorsi permukaan jalan yang membentuk alur-alur terjadi akibat beban lalu
lintas yang berulang-ulang pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Gerakan ke atas perkerasan dapat timbul di sepanjang pinggir alur.
66
Gambar 2.15 Alur Pada Jalan Raya 1
Gambar 2.16 Alur Pada Jalan Raya 2 Alur biasanya baru nampak jelas ketika hujan dan terjadi genangan air di dalamnya.
Menurut Asphalt Institute MS-17, sebab-sebab terjadinya alur adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.17 Alur disebabkan oleh pemadatan deformasi tanah
dasar atau perpindahan campuran aspal yang tidak stabil. Faktor penyebab kerusakan adalah sebagai berikut :
67
Pemadatan lapis permukaan dan pondasi base kurang, sehingga
akibat beban lalu lintas lapis pondasi memadat lagi.
Kualitas campuran aspal rendah, ditandai dengan gerakan arah lateral dan ke bawah dari campuran aspal di bawah beban roda berat.
Gerakan lateral dari satu atau lebih dari komponen pembentuk lapis
perkerasan yang kurang padat. Contoh terjadinya alur pada lintasan roda yang disebabkan oleh deformasi dalam lapis pondasi atau tanah
dasar. Tanah dasar lemah atau agregat pondasi base kurang tebal, pemadatan kurang, atau terjadi pelemahan akibat infiltrasi air.
Gambar 2.17 Skema Terjadinya Alur Setelah melihat pengertian dan faktor penyebab kerusakan perkerasan lentur
berupa alur, bentuk kerusakan seperti ini harus segera diperbaiki. Karena apabila kerusakan alur dibiarkan terus menerus, perkerasan yang mengalami kenaikan dari
posisi awal desain kenaikan masih kecil lama kelamaan akan naik secara berlebihan di sepanjang alur yang terjadi. Sehingga ketinggian perkerasan disepanjang alur akan
68
dua kali lipat tingginya dari posisi awal desain perkerasan tersebut. Selain itu apabila alur ini digenangi oleh air akan menyebabkan kerusakan tambah meluas yang akan
mengakibatkan kecelakaan pada kendaraan dapat terjadi slip atau ambles ketika melintas di sepanjang alur. Hal ini tentunya mengurangi kenyamanan dan
keselamatan dalam berkendara. Untuk melakukan perbaikan kerusakan perkerasan berupa alur seperti ini
dapat dilakukan perbaikan berupa lapis tambah overlay. Pada perbaikan lapis tambah ini menggunakan campuran aspal panas hot mix. Seperti yang diketahui
overlay merupakan bentuk perbaikan yang dilakukan pada permukaan perkerasan saja. Oleh karena itu bagian perkerasan yang terjadi alur di ratakan kemudian
dilakukan pelapisan permukaan dengan hot mix. Proses perbaikan seperti ini sering dipakai untuk perbaikan sementara. Selain perbaikan dengan lapis tambah, apabila
penyebab kerusakan alur terjadi karena kurangnya daya dukung lapis pondasi base atau tanah dasar terhadap beban kendaraan, perbaikan yang cocok adalah dengan
melakukan perencanaan perkerasan kembali pada perkerasan tersebut. Shahin 1994 dalam buku Hary Christady Hardiyatmo 2007, memberikan
tabel tingkat kerusakan perkerasan untuk hitungan PCI, identifikasi dan pemilihan perbaikannya.
69
Tabel 2.16 Tingkat Kerusakan Perkerasan Aspal, Identifikasi dan Pilihan
Perbaikan Alur
Tingkat Kerusakan
Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan
L Kedalaman alur rata-rata
1 4
-
1 2
in 6
– 13 mm. Belum perlu diperbaiki;
mill dan lapisan tambahan.
M Kedalaman alur rata-rata
1 2
- 1 in
13 – 25,5 mm.
Penambalan dangkal,
parsial atau di seluruh kedalaman,
mill dan
lapisan tambah H
Kedalaman alur rata-rata 1 in.
25,4 mm Penambalan
dangkal, parsial atau di seluruh
kedalamn, mill dan lapisan tambah
II.7. PROGRAM KENPAVE