Teori-Teori Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja

32 atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja. 10. Fasilitas Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.

2.2.3 Teori-Teori Kepuasan Kerja

Teori-Teori Kepuasan Kerja adalah sebagai berikut: 1. Teori Pertentangan Discrepancy Theory Teori pertentangan dari Locke dalam Munandar 2001, menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai: a. Pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang ia terima, dan b. Pentingnya apa yang diinginkan bagi individu. Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan kerja dari setiap aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi individu. 2. Model dari Kepuasan BidangBagian Facet Satisfaction 33 Menurut model Lawler dalam Munandar 2001, orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka misalnya dengan rekan kerja, atasan, gaji jika jumlah dari bidang mereka persepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan jumlah yang mereka persepsikan dari yang secara aktual mereka terima. 3. Teori Proses-Bertentangan Opponent-Process Theory Teori proses-bertentangan dari Landy dalam Munandar 2001 menekankan bahwa orang ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional emotional equilibrium. Teori proses-bertentangan mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja dengan emosi yang berhubungan memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem pusat saraf yang membuat aktif emosi yang bertentangan atau berlawanan. Dihipotesiskan bahwa emosi yang berlawanan, meskipun lebih lemah dari emosi yang asli, akan terus ada dalam jangka waktu yang lebih lama. 4. Teori Dua Faktor Two-Factor Theory Teori dua faktor yang dikembangkan oleh Hezberg dalam As’ad 1999, ia membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaan menjadi kelompok satisfiers atau motivator dan kelompok dissatisfiers atau hygiene factors. Satisfiers motivator ialah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari: tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, capaian, dan pengakuan. 34 Dikatakan bahwa hadirnya faktor ini akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfiers hygiene factors ialah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari: administrasi dan kebijakan perusahaan, penyeliaan, gaji, hubungan antar pribadi, dan kondisi kerja. Perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan kerja. 5. Teori Keadilan Equity Theory Equity Theory dikembangkan oleh Adam dalam As’ad 1999, prinsip teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan equity atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lainnya. 6. Teori Hasil Value Theory Menurut konsep teori ini dalam Wibowo 2007, kepuasan kerja terjadi pada tingkatan di mana hasil pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas. Semakin sedikit mereka menerima hasil, akan kurang puas. Value theory 35 memfokuskan pada hasil manapun yang menilai orang tanpa memperhatikan siapa mereka.

2.2.4 Cara Meningkatkan Kepuasan Kerja