Metode Dekomposisi Menentukan Safety Stock

Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009.

2.2 Metode Dekomposisi

Metode Dekomposisi ini menguraikan bentuk data tersebut ke dalam tiga komponen yang terpisah. Ketiga komponen yang dimaksud adalah faktor trend, siklis, dan musiman. Trend menggambarkan keadaan data jangka panjang yang dapat bertambah atau berkurang atau bahkan terjadi perubahan. Persamaan matematik pendekatan dekomposisi sebagai berikut : X t = fS t , T t , C t , E t 2.1 di mana : X t = nilai deret waktu pada periode t S t = komponen musiman pada periode t T t = komponen trend pada periode t C t = komponen siklis pada periode t E t = komponen kesalahan error pada periode t Persamaan matematik model dekomposisi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk perkalian dan penjumlahan. Tetapi dalam penulisan ini, penulis menggunakan bentuk perkalian. Formula dalam bentuk perkalian sebagai berikut : X t = S t . T t . C t . E t 2.2 E t adalah kesalahan random yang tidak dapat diramalkan dan biasanya ahli statistika menyebutkan sebagai komponen irregular. Model perkalian ini sering digunakan di mana komponen faktor musim dan siklus dinyatakan dalam bentuk indeks.

2.3 Pengujian Data

2.3.1 Pengambilan Sampel

Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Sebagai ketentuan dalam setiap melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengambilan sampel adalah ukuran sampel yang diambil harus memenuhi untuk dianalisa. Rumus yang dipakai untuk melakukan uji sampel adalah : N’ = 2 2 2 20 t t t N X X X   −         ∑ ∑ ∑ 2.7 di mana : N’ = ukuran sampel yang diperlukan N = ukuran sampel pengamatan X = data aktual X t = nilai deret waktu pada periode t Apabila N’ N berarti sampel percobaan memenuhi syarat untuk dipakai sebagai sampel.

2.3.2 Uji Musiman

Untuk mengetahui adanya pola musiman dalam data dilakukan analisa data musiman yaitu dengan uji musiman. Adapun langkah-langkah uji musiman adalah sebagai berikut : H = Data tidak dipengaruhi musiman H 1 = Data dipengaruhi musiman Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Perhitungan: Tabel 2.1 Perhitungan Uji Musiman Periode t Musiman Total 1 2 3 . . . k 1 X 11 X 12 X 13 . . . X 1k 2 X 21 X 22 X 23 . . . X 2k 3 X 31 X 32 X 33 . . . X 3k . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . n X n1 X n2 X n3 . . . X nk Total S S 1 S 2 S 3 . . . S k j S ∑ Jumlah Kuadrat Z Z 1 Z 2 Z 3 . . . Z k j Z ∑ Jumlah Data n 1 n 2 n 3 . . . n k N Rata-rata kuadrat total S 1 2 n 1 S 2 2 n 2 S 3 2 n 3 . . . S k 2 n k 2 j j S n ∑ Jumlah Kuadrat Deviasi D D 1 D 2 D 3 . . . D k j D ∑ Derajat Bebas n 1 -1 n 2 -1 n 3 -1 . . . n k - 1 N - k Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Notasi : j tj S X = ∑ ; j tj S X = ∑ ∑∑ ; 2 j tj Z X = ∑ ∑ j S X n = ; tj tj X X k = Dengan t = 1, 2, … , n j = 1, 2, …, k Jumlah Kuadrat Total tot Z : 2 j tot j j S Z Z N = − ∑ ∑ Jumlah Kuadrat antar Musim am Z : am Z = 2 2 j j j j S S n N − ∑ ∑ Jumlah Kuadrat dalam Musim dm Z : dm Z = 2 tj tj j t j X X D − = ∑∑ ∑ Tabel 2.2 Anava Sumber Variasi Derajat Bebas Jumlah Kuadrat JK Jumlah Kuadrat Rata-rata Statistik Uji Antar Musim k - 1 am Z 2 1 am b Z S k = − 2 2 b w S F S = Dalam Musim N - k dm Z 2 dm w Z S N k = − Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Total N - 1 tot Z Kriteria pengujian : H ditolak jika 1, hitung k N k F F ≥ − − taraf nyata α dan terima H untuk lainnya.

2.4 Dekomposisi Data

2.4.1 Komponen Musiman

Komponen musiman merupakan pola berkala yang teratur dan terdapat dalam deret data yang sifatnya tahunan. Faktor ini banyak terdapat dalam dunia ekonomi yang biasanya dipengaruhi oleh hal-hal seperti temperatur, curah hujan, bulan pada suatu tahun, saat liburan, dan kebijaksanaan perusahaan. Dalam hal ini musiman yang berpengaruh adalah saat liburan sekolah dan hari-hari besar. waktu Gbr 2.1 Pola Data Musiman Uraian sebelumnya telah menyebutkan bahwa faktor musim dinyatakan dalam indeks, sehingga sering disebut dengan indeks musim. Indeks musim ini diperoleh dari hasil bagi data time series dengan faktor trend dan siklis. Pemisahan data dari trend-siklis melalui perhitungan rata-rata bergerak sesuai dengan jangka waktu musimannya 6 bulanan. Rata-rata bergerak tersebut adalah hasil kali antara faktor trend dan siklis, maka : M t = T t . C t Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Persamaan indeks musim sebagai berikut : Indeks Musim = t t X M = . . . . t t t t t t S T C E T C = S t . E t 2.3 Pembagian data asli dengan hasil kali trend dan siklis bermaksud memisahkan data aslinya dari faktor trend-siklis untuk menghilangkan faktor kesalahan error dari nilai-nilai pada persamaan 2.3 dengan metode rata-rata medial. Rata-rata medial adalah nilai rata-rata untuk setiap bulan setelah dikeluarkan nilai terbesar dan terkecil. Hal ini dimaksudkan agar persentasi yang ekstrim rendah dan ekstrim tinggi tidak mempengaruhi indeks musiman yang akan ditentukan.

2.4.2 Komponen Trend

Faktor Trend merupakan pergerakan yang mendasar pada jangka panjang dari deret waktu. Persamaan dari komponen Trend adalah : T t = a + b.t 2.4 Nilai a dan b diperoleh sebagai berikut : b = 2 2 . t t t M t M n t t n − − ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ a = . t M t b n n − ∑ ∑ di mana : M t = rata-rata bergerak 6 bulan Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. t = periode t = 1, 2, …, n n = jumlah pengamatan Rata-rata bergerak n-periode diperoleh dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : Rata-rata bergerak n-periode = jumlah permintaan dalam n-periode terdahulu n Setelah parameter a dan b diperoleh maka nilai trend T t dapat dipergunakan dengan menggunakan persamaan 2.4.

2.4.3 Komponen Siklus

Komponen Siklus menggambarkan fluktuasi ekonomi jangka panjang dan tidak konstan. Jika suatu time series telah dibebaskan dari pengaruh trend, gerak bermusim dan komponen error maka tinggallah pengaruh dari gerak siklusnya. Dengan membagi nilai rata-rata bergerak dengan nilai trend akan diperoleh persamaan Komponen Siklus : t t M T = C t 2.5

2.4.4 Komponen Kesalahan Error

Komponen error mempunyai gerak yang tidak teratur. Gerak tak teratur ini terjadi hanya sekali-sekali sehingga tidak dapat diduga ataupun diramalkan. Komponen error diperoleh dengan membagi data aktual terhadap ketiga komponen time series yang lainnya, sehingga : Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. . . t t t t X S T C = E t 2.6

2.5 Persediaan Inventory

Persediaan Inventory stok material yang ada pada suatu waktu tertentu atau aset nyata yang dapat dilihat, diukur dan dihitung atau dapat juga dikatakan sebagai sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. Persediaan dapat membuat kelancaran dan efisiensi dalam operasi manufacturing dengan kondisi yang tidak bergantung pada bagian atau departemen tertentu dalam kegiatan secara keseluruhan. Persediaan juga dapat membantu menyeimbangkan pasokan sekaligus menekan permintaan pasar.

2.5.1 Pengendalian persediaan bahan baku

Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan mengadakan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengadakan kegiatan produksi harus ada bahan baku. Bahan baku merupakan salah satu sumber daya yang harus dikelola dengan baik, tidak ada industri yang dapat hidup tanpa adanya bahan baku atau material. Persediaan inventory bahan baku sebagai kekayaan perusahaan memiliki peranan penting dalam operasi bisnis di industi manufaktur. Bahan baku merupakan faktor utama di dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi modal yang tertanam dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya pemeliharaan dan penyimpanan dalam gudang, serta kemungkinan terjadinya penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga semuanya ini akan Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. mengurangi keuntungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga. Cara penyelenggaraan persediaan inventory bahan baku berbeda-beda untuk setiap perusahaan, baik dalam jumlah unit persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, waktu penggunaannya, maupun jumlah biaya untuk membeli bahan baku tersebut. Perlunya persediaan inventory bahan baku bagi perusahaan merupakan akibat dari : 1 Mekanisme pemenuhan produksi, proses suatu barang tidak dapat dilaksanakan dengan segera bila bahan bakunya tidak tersedia. 2 Keinginan meredam ketidakpastian, ketidakpastian berasal dari adanya permintaan yang bervariasi dalam jumlah dan waktu, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan dan waktu pengiriman bahan baku yang cenderung tidak pasti. 3 Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga bahan baku pada waktu mendatang. Sehingga masalah kuantitatif yang berkaitan dengan persediaan inventory bahan baku adalah mengendalikan saat datangnya bahan baku agar bisa tepat waktu, mengendalikan banyaknya bahan baku yang datang, termasuk persediaan pengaman, dan mengendalikan biaya persediaan agar diperoleh biaya total minimum.

2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku

Ada beberapa macam faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku. Faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan baku. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut : Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. 1. Perkiraan pemakaian peramalan Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan maka manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan di dalam proses produksi pada suatu periode. Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besarjumlahnya bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses produksi pada periode yang akan datang. Dalam hal ini perkiraan pemakaian peramalan telah dilakukan pada uraian sebelumnya. 2. Harga bahan baku Harga bahan baku adalah salah satu faktor penentu dalam kebijakan persediaan bahan dan merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan sebagai investasi dalam persediaan bahan baku ini. 3. Biaya-biaya persediaan Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku. Biaya- biaya yang berhubungan dengan persediaan disini dapat berupa biaya pembelian bahan baku, biaya penyimpanan Carrying Cost atau Holding Cost dan biaya pemesanan Ordering Cost. 4. Pemakaian senyatanya Pemakaian bahan baku yang nyata dari periode-periode yang lalu data permintaan aktual merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian akan dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku yang mendekati kenyataan. 5. Waktu tunggu Lead Time Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Waktu tunggu adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku sampai dengan datangnya bahan baku.

2.6 Model Persediaan Inventory Model

Dalam sistem Inventory model deterministik dikenal 2 tipe dasar inventory, yaitu Fixed Order Quantity FOQ dan Fixed Order Interval FOI Tersine, 1994

2.6.1. Metode Fixed Order Quantity

Metode FOQ Fixed Order Quantity disebut juga model EOQ Economic Order Quantity ini digunakan untuk menentukan berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan yang meminimumkan biaya penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaan. Metode Fixed Order Quantity merupakan model persediaan yang akan membantu perusahaan agar investasi yang ditanamkan dalam persediaan tidak berlebihan tetapi perusahaan juga tidak mengalami kekurangan persediaan. Metode ini sering dipakai karena mudah untuk dilaksanakan dan mampu memberikan solusi yang terbaik bagi perusahaan, karena dengan perhitungan menggunakan FOQ tidak saja akan diketahui berapa jumlah persediaan yang paling efisien bagi perusahaan, tetapi akan diketahui juga biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dengan persediaan bahan baku yang dimilikinya dihitung dengan menggunakan TICTotal Inventory Cost dan waktu yang paling tepat untuk mengadakan pemesanan kembali. TIC Total Inventory Cost = Biaya pembelian + biaya pemesanan + biaya penyimpanan Total biaya Pemesanan = C x T 2.8 Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Sedangkan, T = R Q 2.9 Substitusi persamaan 2.9 ke persamaan 2.8, maka diperoleh total biaya pemesanan, yaitu : Total Biaya Pemesanan = . C R Q 2.10 Rata-rata persediaan = 2 Q sehingga total biaya penyimpanan menjadi Total Biaya Penyimpanan = . 2 H Q 2.11 Dengan demikian Total biaya persediaan TIC dengan menggunakan Model persamaan metode FOQ akan menjadi : TIC = . P R + . C R Q + . 2 H Q di mana : R = Total demandtahun per unit Requirement atau Revenue P = Harga beli bahan baku per unit Purchasing Cost C = Biaya pesansekali pesan Q = Jumlah order dalam unit Quantity Order H = Biaya penyimpanantahun per unit Holding Cost F = Fraksi biaya simpan tahunan dalam persentase TIC = Total biaya persediaan Total Inventory Cost selama satu periode Q ak a n o pt ima l jik a T I C min ima l, ha l in i a k a n d ic a p a i a p a bila Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. TIC Q ∂ = ∂ , ma k a : TIC = . P R + . C R Q + . 2 H Q TIC Q ∂ = ∂ - 2 . C R Q + 2 H = 0 2 H = 2 . C R Q H.Q 2 = 2 C. R Q 2 = 2 . C R H Q = 2 . C R H = 2 . . C R P F P a d a t it ik EO Q bia ya p e me s a na n a ka n s a ma d e ng a n bia ya p e n yimp a na n. M a ka kita dapat menentukan Economic Order Quantity EOQ atau jumlah bahan baku optimal yang harus dipesan sebagai berikut: Q = 2 . . C R P F Metode Fixed Order Quantity dapat dihitung dengan menghubungkan antara biaya penyimpanan per unit, biaya pemesanan setiap kali pesan, jumlah kebutuhan bahan baku untuk satu periode dan harga beli bahan baku per unit.

2.6.2. Metode Fixed Order Interval

Metode FOI ini merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kapan waktu pemesanan yang optimal yang harus dilakukan. Total biaya dengan menggunakan Model persamaan FOI : Total Cost TC = biaya pembelian + biaya pemesanan + biaya penyimpanan Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. = . . . 2 C H R T P R T + + Di mana: T = interval pemesanan tiap tahun Pada titik EOQ biaya pemesanan akan sama dengan biaya penyimpanan, . . 2 C H R T T = H.R.T 2 = 2C T 2 = 2 . C H R sehingga didapatkan persamaan interval pemesanan optimal sebagai berikut : T = 2 . C H R = 2 . . C P F R = EOI dalam tahun Dan diperoleh jumlah pesanan optimal dalam 1 tahun, sebagai berikut : m = 1 T Persediaan inventory Maksimum : E = RT + L n di mana : T = Interval pemesanan optimal dalam tahun L = Lead time order M = Jumlah order per tahun E = Maksimum inventory n = Hari kerja dalam 1 tahun Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Untuk Economic Order Interval EOI dengan interval pemesanan yang optimal persamaan total biaya tahunan sebagai berikut : TC T = P.R + H.R.T

2.7 Menentukan Safety Stock

Dalam metode Fixed Order Quantity diasumsikan bahwa baik permintaan maupun waktu pesan sampai tiba Lead Time penerimaan bahan baku adalah konstan atau tetap. Namun pada kenyataannya, permintaan dan waktu pesan sampai tiba penerimaan bahan baku tersebut adalah berubah-ubah. Untuk mengatasi resiko yang muncul akibat perubahan tersebut adalah dengan cara menyimpan persediaan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah pemakaian yang disebut Safety Stock. Safety Stock adalah jumlah inventory yang diadakan untuk mengatasi permintaan barang yang tidak konstan. Safety Stock juga digunakan sebagai cadangan jika terjadi peningkatan permintaan barang yang tidak diinginkan, keterlambatan supplier mengirimkan barang pesanan perusahaan dan ketidaktersediaan barang yang dipesan pada supplier. Terjadinya kekurangan persediaan barang atau Stock Out dapat disebabkan karena penggunaan persediaan yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan persediaan barang yang dipesan. Dengan diadakan Safety Stock ini dapat menghindari kerugian yang ditimbulkan karena timbulnya Stock Out, sebaliknya hal ini akan menambah besarnya biaya penyimpanan, jadi dalam menyediakan Safety Stock harus diusahakan agar biaya tetap serendah mungkin. Untuk menentukan berapa jumlah Safety Stock dapat digunakan metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Rata-Rata. Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu, kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time dalam bulan atau dalam minggu. Imelda Yuli Yanti Fransiska : Inventory Control Dan Perencanaan Bahan Baku Di Industri Manufakturing Pada PT. Indofood Sukses Makmur – Medan, 2009. Safety Stock = Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata x Lead Time. = max t t X X N − ∑ x Lead Time. Di mana N = Jumlah data series BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1 Pengumpulan Data