Sumbangan Dokrin Agama Dalam Pemikiran Orang Betawi

“Cuman ame hukum Islam Jakarta bisa aman dari segala bentuk kriminal, orang-orang nyang korupsi ampe triliunan kalo dipenjara doang kage ade kapoknye, mendingan dipotong aje tangannye… …orang nyolong ayam aje hukumannye mati, mase nyang nyolong triliunan tuh ye…kan… kage diape-apein” Harapan ini Syariat Islam dan hukum Islam bukan merupakan keniscayaan orang Betawi dalam memperjuangkan Islam sebagai asas dan hukum Negara, hanya saja mereka orang-orang Betawi telah enggan melihat keadaan Betawi dan orang Betawi berada dalam kehidupan yang berbau maksiat, korupsi, kolusi, serta meningkatnya angka kriminalitas, dan kotor. Upaya yang dilakukan masyarakat Betawi untuk menunjukkan performans kebetawian dalam sendi-sendi kehidupan bernegara adalah dengan menepis segala bentuk kemaksiatan yang ada, hal ini pernah dilakukan oleh kawan-kawan FBR pimpinan KH. Ahmad Fhadoli, yang didukung oleh seorang Habib kelahiran Betawi el-Habib Rizik Shihab. Adapun terobosan mereka di bidangan yang lebih politis dalam memperjuangkan hal tersebut adalah dengan mempercayakan wakil-wakil personal mereka yang ada di jajaran pemerintahan atau organisasi besar, seperti K.H.Saifuddin Amsir yang sekarang aktif di N.U Nahdhatul Ulama, dan pada jajaran pemerintahan daerah pemda.H. Fauzi Bowo sebagai wakil Gubernur DKI Raya.

B. Sumbangan Dokrin Agama Dalam Pemikiran Orang Betawi

Salah satu keunggulan Islam dalam mempengaruhi jiwa dan pemikiran orang Betawi adalah suaranya yang menentang perbudakan, oleh karenanya Islam dapat dengan mudah dianut oleh mayoritas orang Betawi yang pada besik awal keyakinan mereka adalah animisme, dinamisme, Budha dan Hindu. Tingkat keimanan orang Betawi terhadap Islam memang sudah tidak dapat diragukan lagi karena islam telah menjadi suatu jalan hidup, dan selain itu islam juga telah menjadikan betawi abadi, sebagaimana yang dikatakan el-Habib Rizik Shihab: “Betawi akan tetap terjaga dan awet karena Islamnya yang kuat, makanya acapkali orang Betawi berfikir maka islamlah yang pertama menjadi referensi pemikirannya”. Pengakuan kekuatan Islam dalam diri dan benak fikiran orang Betawi bukan saja beliau el-Habib Rizik, al-Marhum Buya HAMKA, Koentjaraningrat dan para pemikir asing seperti Tilden, Abayasekere dan Dr. Snouck Hurgronje juga menyakini dan mengkui kekuatan Islam dalam Benak fikiran dan jiwa orang Betawi yang seakan-akan mereka orang betawi dan islamnya mempersakasikan kepada manusia bahwa ‘Saksikanlah Bahwa Kami ini Orang Muslim’ ‘isyhaduu bi anna muslimun’, seperti dalam kutipan-kutipan komentar mereka di bawah ini: “Pukulan yang diderita penduduk Jakarta asli dari pihak Belanda kepadanya sebagai rakyat terjajah, sangatlah parahnya … … rumah-rumah orang Jakarta yang terdiri dari dinding bambu anyaman dan atap rumbia ditempat yang becek. Namun apabila waktu telah masuk, fajar pun telah menyingsing, terdengaranlah sayup-sayup dari lorong-lorong yang becek itu suara azan yang mendayu-dayu … … Sesudah sembahyang merekapun ratib bersama, la illa haillalah. Dengan suara yang keras dan berulang-ulang sampai ada yang jadzab, hilang kesadaran diri lantaran ingat kepada Allah dan lantaran berzikir itu bersama-sama dengan suara yang keras … … Maka itu anak Jakarta berzikir keras, la illa haillalah, maka itu saya orang Jakarta tetap ada. HAMKA “…….. Meskipun begitu penduduk kampung dimanapun di Jawa tidak ada yang lebih taat beragama muhammad dan dalam tingkahlakunya daripada di Betawi ……” Dr. Snouck Hurgronje 76 . : “ … the orang Betawi …… were devout and orthodox muslim … Abayasekere, 1985: 21 : “ … the orang Betawi were strongly Islamic, as can be seen in their customary law Tilden, 1985: 35 77 Berdasarkan komentar dan melihat pada kenyataan orang Betawi yang berada di Jakarta dan sekitarnya, maka penulis beranggapan bahwa pendidikan yang paling di utamakan oleh orang Betawi adalah pendidikan agama, dimana agama sebagai jalan hidup mereka sangat berperan penting dalam jiwa, tingkakah laku dan pemikiran orang Betawi dibandingkan dengan hal yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan dengan ketidak adanya orang Betawi asli yang menganut ajaran agama lain selain Islam, 78 oleh karena itu pada dikalangan orang Betawi terkenal sekali filafat agama yang membuat pengaruh agama dalam diri mereka menjadi kuat, berikut filafat agama berbunyi: 79 “Kekayaan tanpa ilmu murah Agama tanpa ilmu buta Hidup tanpa ilmu sengsara Kekayaan tanpa agama kikir Hidup tanpa agama kafir Ilmu tanpa agama terjungkir Ilmu tanpa kekayaan bahagia Ilmu tanpa agama berdosa Ilmu tanpa amal tak berguna” 76 Ridwan Saidi. Ibid., 77 Yasmin Zaki Shahab, “Betawi Dalam Jumlah dan Permasalahannya”, Makalah Seminar Batavia, h. 15 78 Keterangan H. Nur 60 th Sesepuh Betawi Jln. Ciragil. Jakarta Selatan Kepada Penulis, Jum’at Malam 16 Desember 2004 79 Ceramah agama KH. Drs. Kholidin Jakarta, 10, Januari 2000 Kekuatan mereka orang Betawi dalam menjadikan agama Islam sebagai landasan hidup dan pemikiran mereka selain dari ajaran agama itu sendiri juga dikarenakan juga oleh nasihat orang-orang yang menguasai agama, karena selain agama itu sendiri orang Betawi juga sangat menghormati orang yang menguasai agama seperti para Ustaz, Guru, dan Mualim, 80 sebagaimana kutipan yang telah diutarakan Koentjaraningrat dibawah ini: “Orientasi yang kuat terhadap agama Islam dalam kehidupan sehari- hari penduduk asli Jakarta ini merupakan salah satu faktor yang menghambat pendidikan mereka. Sekolah dilihat sebagai Kristen atau Belanda…disamping itu guru agama mendorong mereka masuk sekolah agama… Koentjaraningrat, 1975: 4-5 .

C. Track Record Politik Masyarakat Betawi Terhadap Perkembangan