2.3.3. Tujuan Penambahan Zat Pewarna
Menurut Syah, dkk 2005, kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa
memberi warna yang stabil pada produk pangan. Beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan:
1. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara, atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
2. Memperbaiki variasi alami warna. Produk pangan yang salah warna akan diasosiasikan dengan kualitas rendah. Jeruk yang matang dipohon misalnya sering
disemprotkan pewarna Citrus Red No. 2 untuk memperbaiki warnanya yang hijau burik atau orange kecoklatan.
3. Membuat identitas produk pangan. Identitas es krim strawberi adalah merah. Permen rasa mint akan berwarna hijau muda sementara rasa jeruk akan berwarna
hijau yang sedikit tua. 4. Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan.
5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari
selama produk disimpan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Dampak Zat Pewarna Terhadap Kesehatan
Pemakaian zat pewarna sintetis dalam makanan dan minuman mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu
makanan lebih menarik, meratakan warna makanan, mengembalikan warna bahan dasar yang telah hilang selama pengolahan ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan dan bahkan memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan konsumen.
Menurut Cahyadi 2008, ada hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif tersebut apabila :
1. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang.
2. Bahan pewarna sintetis dimakan dalam jangka waktu yang lama.
3. Kelompok masyarakat yang luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu
tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik.
4. Beberapa masyarakat menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan.
Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan.
Universitas Sumatera Utara
Berikut tabel daftar zat pewarna sintetis yang dilarang di Indonesia.
Tabel 2.3. Daftar Zat Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia
Bahan Pewarna Nomor Indeks Warna C.l.No.
Citrus red No.2 Ponceau 3 R
Ponceau SX Rhodamin B
Guinea Green B Magenta
Chrysoidine Butter Yellow
Sudan I Methanil Yellow
Auramine Oil Oranges SS
Oil Orange XO Oil Yellow AB
Oil Yellow OB 12156
16155 14700
45170 42085
42510 11270
11020 12055
13065 41000
12100 12140
11380 11390
Sumber: Peraturan Menkes RI, Nomor 722MenkesPerIX88 Berbagai jenis pewarna tekstil yang disalahgunakan sebagai pewarna
makanan, yang paling banyak digunakan adalah Rhodamin B dan Metanyl Yellow. Padahal keduanya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang mungkin baru
muncul bertahun-tahun setelah kita mengkonsumsinya. Rhodamin B sebenarnya adalah pewarna untuk kertas, tekstil, dan reagensia untuk pengujian antimon, cobalt
dan bismut. Zat warna sintetis ini berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam larutan berwarna merah terang berpendar berfluorescensi.
Penggunaan rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama kronis akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati dan kanker. Bila terpapar rhodamin B dalam
jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin
Universitas Sumatera Utara
B. Bila rhodamin B tersebut masuk melalui makanan maka akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan air kencing
bewarna merah ataupun merah muda Yuliarti, 2007. Methanyl Yellow adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk berwarna kuning
kecoklatan, larut dalam air. Methanyl Yellow umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat serta sebagai indikator reaksi netralisasi asam-basa. Methanyl Yellow
dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau jaringan kulit.
2.4. Minuman 2.4.1. Pengertian Minuman